Kaskus

Story

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue 
(私のスレッドへようこそ)


Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR

Spoiler for Season 1 dan Season 2:


Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:




INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH


Spoiler for INDEX SEASON 3:


Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:



Quote:


Quote:

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:25
sehat.selamat.Avatar border
JabLai cOYAvatar border
al.galauwiAvatar border
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
342.8K
4.9K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#1966
Alya, Alya, Gila Banget
Setelah makan malam dengan Alya di mall, gue dan Alya kembali ke kostan dia. waktu menunjukkan pukul 21.00. Sudah saatnya gue pulang. Saat akan berpamitan, gue dicegah sebentar oleh Alya.

“Kang, kan kita baru sebentar ngobrol-ngobrol. Masa lo mau balik cepet?” katanya, dia membuka kemejanya dengan menyisakan hanya tanktop saja.

“Iya udah malem ini Al. nggak enak sama tetangga kostan lo.” sahut gue.

“Tenang aja kali kang. Disini mah bebas-bebas aja, nggak ada yang ngelarang mau bawa cewek atau cowok didalam kamar.”

“Haha, asyik juga yak.”

“Iya makanya lo santai aja kang.”

Gue akhirnya masuk lagi dan duduk di pinggiran sebelah kanan kasur Alya. Kasur empuk itu begitu menggoda buat ditiduri walaupun sebenarnya gue belum ngantuk sama sekali. lalu Alya mengganti celananya dengan hotpants yang dikaitkan di hanger belakang pintu kamarnya.

Alya kemudian banyak bercerita mengenai hubungan asmaranya yang selalu kandas sebelumnya. gue menyimak sambil duduk dipinggir kasur, sementara Alya merebahkan dirinya dikasur seperti memberikan kode untuk segera digarap. Haha. Tapi gue nggak mau kepedean dulu, karena dia sama sekali nggak ada kalimat menggoda gue.

Gue bisa mengendalikan situasi sehingga nggak terjadi apapun. Pikiran gue hanya terbagi ke dua orang aja ketika itu. Emi dan Lira. Kalau Lira, entah kenapa gue masih penasaran kok rada ribet ya ditaklukan. Bukan karena sayang, tapi gue hanya menginginkan prestasi tersendiri aja untuk melihat keseluruhan fisiknya, nggak lebih.

Kenapa gue nggak terlalu tertarik dengan Alya? Karena Alya nggak usah banyak diusahakan atau diberikan kata-kata mutiara juga pasti siap dengan apa yang gue mau. Setelah sempat berputar pikiran di Emi dan Lira, gue malah kepikiran untuk coba menantang Alya.

“Al, lo kan berani banget didepan gue. Kalo misal, ini misalnya doang ya, lo buka semua didepan gue, lo mau? Hahaha. Jangan diambil hati ya. nanya doang ini.”

Alya terdiam cukup lama, posisi badannya sedang memunggungi gue jadi gue nggak benar-benar bisa melihat langsung ekspresi wajahnya. Beberapa detik kemudian, dia membalikkan badannya dan cukup mengagetkan gue.

“Tapi lo juga. mau kan?” katanya sambil menyeringai licik.

“Hah? Kok jadi gue juga? kan gue nanyanya ke lo Al. hahaha.” Kata gue cukup panik dengan tembakan kata-kata Alya barusan.

“Lo nantangin gue, masa lo sendiri nggak berani kang? Hahaha.”

“Tapi ada konsekuensinya nggak nih?”

“Hmmm. No touching ya.”

“Itu mah syarat, bukan konsekuensi kali Al. haha.”

“Hahaa, lagian lo kenapa sih aneh banget kang tiba-tiba nantangin gue buka-bukaan depan lo?”

“Abis lo berani bener bebas-bebas aja didepan gue. kayak nggak ada orang.”

“Kan kita udah kenal lama kang.”

Hah? Kenal lama? Gue memang sudah saling mengenal dengan Alya dari lama banget. Tapi dalam rentang waktu itu gue dan dia nggak banyak berinteraksi. Berbeda dengan kenal lama gue dengan Ara. Gue selalu berhubungan dan berinteraksi dengannya. Mungkin mendefinisikan kenal lama itu berbeda antara gue dengan Alya.

“Terus kalo udah kenal lama terus jadi otomatis akrab gitu Al, jadi lo nya bebas gitu? Hahaha. Unik juga cara mikir lo Al.”

“Ya nggak tau juga sih kang. Gue emang nggak ada rasa-rasa gimana gitu sama lo, cuma gue senang aja ada lo disini.”

Nggak ada rasa gimana-gimana? Wah prediksi gue rada meleset sepertinya. Gue berpikir Alya suka sama gue, tapi nyatanya nggak. Gimana ya ini? Haha.

“Terus kalo nggak suka, kenapa lo mau aja gue suruh-suruh buka?”

“Soalnya kan kalo gue buka, lo juga harus buka kang. Impas dong jadinya.”

“Hahaha oh iya ya.”

“Jadi gimana, mau jadi buka nggak?”

“Hah? Kok lo yang jadi nantangin balik gue? hahaha.”

“Ya kan gue nanya.”

“Yaudah lo duluan.”

“Oke.”

Buset, oke-oke aja dia ini. Gue sempat bingung jadinya menghadapi situasi seperti ini. Karena sudah sangat lama gue nggak bertemu langsung dengan cewek-cewek, apalagi sekamar, kecuali dengan Emi. dan keinginan untuk aneh-aneh seperti jaman dulu itu seperti sudah terkikis dan mulai hilang seiring dengan ingin seriusnya hubungan gue dengan Emi.

Kebiasaan gue hanya banyak omong di chat saja tanpa ada keinginan untuk bertemu langsung, apalagi sampai sekamar bareng. udah gitu pakai acara mau buka-bukaan kayak gini. Ini adalah Ija yang dulu. Dan apakah perlu gue kembali kayak dulu lagi? Gimana dengan Emi? banyak pertanyaan dan akhirnya malah muncul ketakutan sendiri. Ini seperti membuat gue menjadi cupu didepan Alya.

“Kenapa kang? Kok lo jadi gitu mukanya? Takut terima tantangan yang lo bikin sendiri? Hehehe.” Ledek Alya. Posisi tangannya sudah memegang bagian bawah tanktop dan siap untuk ditarik keatas.

“Ah. Nggak apa-apa kok Al. ayo lanjut kalo lo berani.” Kata gue terbata.

“Hahaha. Jadi nggak nih? Ntar gue udah buka, lo nggak mau, gue rugi dong. Hahaha.” Nada bicara Alya semakin menunjukkan keliaran.

Dia nggak banyak omong lagi dan langsung menarik tanktopnya keatas sehingga gue bisa melihat punggungnya yang putih mulus jarang terekspos matahari. Dibagian pinggul kanannya ada terlihat tato kecil, entah apa gue nggak terlalu jelas.

Ternyata dia berani. Gila, gue udah nggak kenal lagi Alya yang sekarang. Dia benar-benar sudah menjadi orang yang sangat berbeda. Binal banget tentunya. Entah kenapa gue berpikir kalau cewek bertato itu identik dengan kebinalan, padahal nggak selalu seperti itu, bahkan mungkin hanya sebagian kecil aja dari kaum urban perempuan yang bertato plus bertindak binal seperti Alya ini.

“Ternyata lo beraninya munggungin gue ya. hahaha.” Gue meledek ragu.

“Hahaha. Lo juga buka kang, baru nanti gue menghadap ke lo.”

“Oke deh.”

Gue menuruti tantangan Alya. Gue membuka kemeja gue dan kaos dalam. Posisi gue hanya tinggal memakai celana panjang jeans slim fit.

“Udah nih.”

Alya hanya mengangguk dan kemudian langsung membalikkan tubuhnya yang duduk diseberang sisi kasur yang gue duduki. Ketika membalik, rambut Alya yang tergerai sebahu ikut berkibar layaknya bintang iklan shampo.

Sedetik kemudian gue sudah bisa melihat Alya yang bagian atas tubuhnya sudah tidak tertutupi apapun. Gue berpikir dia mau hand bra dulu. Ternyata malah dia membalikkan tubuhnya, kemudian berdiri dan bertolak pinggang seolah berkata, “ini punya gue, sekarang tunjukin punya lo, bangs*t!”.

Gue bisa melihat gunung kembar lainnya lagi setelah sekian lama, yang berbentuk bulat kencang namun nggak terlalu besar banget. pas, lebih sedikit, digenggaman tangan. Gue tebak ukurannya 34 mengarah ke 36, mungkin kalau ada 35, ini lebih pas untuk mendeskripsikannya.

“Gila, bagus amat Al. lo rajin ngegym ya?” kata gue takjub, kata-kata itu juga seperti otomatis keluar dengan sendirinya dari mulut gue.

“Hahah gue rajin berenang aja kang. Kan dibawah ada kolam renang tuh.” Jawab Alya, sembari melirik dua gunung kembarnya sekilas, lalu kembali menatap gue.

“Terus ini kalau gue buka, lo mau gimana?”

“Udah lo buka aja dulu kang. Atau mau gue bukain?”

“Hahaha emang berani? Nanti lo liat punya gue dari deket malah kepingin.” Goda gue.

“Haha kita liat aja kang.”

Alya melangkah ke tempat gue berdiri dengan melewati kasur secara merangkak, seperti kucing siap menerkam ikan asin. Setelahnya Alya sudah berdiri tepat didepan gue. Tanpa banyak bicara namun tetap menatap gue, Alya mulai membuka ikat pinggang gue, lalu membuka kancing celana panjang, dan pada akhirnya langsung menurunkan celana panjang gue perlahan.

Yang gue bisa lakukan hanya diam melihat rencana apa yang akan Alya lakukan selanjutnya. Gue cuma senyum aja sambil sesekali mengelus rambutnya yang ada dekat rocky, walaupun rocky masih tertutup rapi. Alya udah gila, tapi yaudah biarin aja dia mau ngapain kek.

Alya berdiri kembali dan nggak melakukan apapun. Dia hanya diam, mendongak sedikit keatas, menatap gue. gue hanya bisa melihat senyuman manis dibibirnya. Dia kemudian merentangkan tangannya didepan gue. gue sama sekali nggak mengerti mau apa anak ini.

Gue hanya menuruti insting aja, gue langsung memeluk pinggul Alya, mendekatkan badannya ke badan gue, lalu menciuminya. Gue menciumi Alya dengan ciuman nggak pakai hati. Semua murni karena ketertarikan fisikal saja. Gue juga bisa merasakan Alya balas mencium gue dengan ciuman nggak pakai hati ini.

“Kang, gue nggak suka sama lo, tapi gue mau menikmati malam bareng sama lo.” bisik Alya ditelinga kanan gue, posisinya agak sedikit berjinjit mengingat gue lebih tinggi dari Alya.

“Seriusan lo Al?”

“Ini fisik doang berarti?”

“Lo juga maunya begitu kan?”

“Hmm menurut lo Al?”

“Iya menurut gue, lo mau fisik gue. yaudah gue juga mau fisik lo kang.”

“Oke deh.”

Alya dan gue berpelukan. Gue menurunkan sedikit badan gue, lalu Alya langsung melingkarkan tangannya di tengkuk gue, sementara gue memeluk kedua pinggul Alya. Kami melanjutkan berciuman dipinggir kasur, sampai akhirnya gue merebahkan Alya di kasur. Alya hanya tersenyum, kedua tangannya berada dibelakang kepalanya. Sementara dadanya sudah tak ada lagi penghalang untuk dijamah.

“Yakin nggak mau kang?” ucapnya kemudian.

“Mau dong. Hehehe.” Sahut gue.

Gue langsung menerjangnya dan berada diatas badannya. Gue kemudian mengelus lembut pipi Alya, lanjut lagi mencumbu leher sebelah kirinya. Alya terlihat menikmatinya. Gue terus bergerak disekitar leher, naik ke telinga dan terakhir gue menciumi wajah Alya.

Alya menarik muka gue kedepan mukanya dengan kedua tangannya, lalu menciumi gue dengan penuh nafsu. Luar biasa liar ciumannya kali ini. Alya benar-benar liar. Gue sempat mengingatnya dimasa lalu ketika dia menjadi seorang junior yang nggak banyak omong serta cupu parah. Sangat berbeda dengan Alya yang bertukar keringat didalam kamar sejuk berpendingin ini sekarang.

Gue memegang kedua gunung kembar Alya secara lembut, gue gerakkan seperti menekan lembut sebuah squishy, dia menggeliat tanda keenakan mungkin. Lalu gue lanjutkan dengan melumat kedua gunung kembar ini. Ciuman, kuluman, jilatan dan tanda-tanda merah gue buatkan untuknya.

“Kenang-kenangan nih Al. hehehe.”

“lanjut kang, enak banget. udah lama gue nggak begini. Dan beruntung banget gue sekarang diginiin sama lo.”

“Anjir beruntung dikata.”

“Udah nggak usah banyak omong kang, lanjutin.”

Gue melanjutkan dengan menciumi bagian bawah lipatan dadanya, turun kepinggul kanan, perut sampai ke pinggul kiri. Dengan mudah gue menemukan titik enak Alya. Ada dipinggul sebelah kiri. Turun lagi, gue menciumi bagian dalam paha Alya dari mulai lutut sampai ke dekat pangkal paha. Lalu bergantian yang sebelah kanannya.

Akhirnya, gue kembali menciumi pusarnya dan perlahan turun kebawah sambil menurunkan hotpants Alya. Ketika perlahan gue turunkan, ternyata Alya nggak memakai celana dalam lagi. Gila juga dia, berarti tadi ketika ke mall dia nggak pakai dalaman sama sekali, hanya tanktop dan hotpants sebagai dalamannya.

Bagian bawah Alya sudah terbuka sempurna dan gue merasakan aroma wangi yang menyeruak. Sama seperti Emi dan Keket yang suka sekali perawatan bagian intim, menjadi segar kan yang mau menikmati. Hehehe. Semuanya mulus karena brazilian wax yang baru dia lakukan sekitar dua minggu lalu.

Gaya hidup Alya yang cenderung hedonis ini membuat gue kurang suka sebenarnya, tapi gue mau larang nggak bisa, gue bukan siapa-siapanya, dan juga ini memakai uangnya sendiri.

Kembali keurusan kenikmatan duniawi ini, gue melancarkan serangan di pangkal paha Alya ini. Kuluman, jilatan, hisapan semua dilakoni. Nggak ada yang tersisa. Alya hanya bisa mengerang sesekali dan menutup mulut serta menjambak rambut gue.

Dia tiba-tiba duduk, lalu mendorong gue merebahkan diri ke sisi lain kasur. Dia langsung aja menurunkan celana dalam gue. akhirnya setelah sekian lama, rocky dilihat oleh orang lain.

“Wah, kenceng juga nih kang.” Kata Alya sambil melakukan gerakan mengocok turun naik memakai tangan kirinya.

“Hehehe. Maklum lah udah lama nggak liat cewek tanpa busana.” Sahut gue asal.

“Nakal banget lo kang.”

“Lah, lo yang nakal kali Al. terus mau lo apain itu?”

“Maunya diapain akang? Hehehe.”

“Bebas Al.”

Tanpa banyak babibu lagi, Alya langsung memasukkan rocky ke mulutnya, secara perlahan. Keluar masuk perlahan membuat sensasi yang dirasakan rocky menjadi sangat luar biasa. Udah jago banget ini Alya, tanda memang gaya hidup penuh kebebasannya ini sudah menjadi hal yang biasa. Gue juga sempat melihat keadaan bawah Alya yang sudah jelas sering ada yang keluar masuk disana.

“Gue mau juga lagi dong kang.” Kata Alya, kemudian dia membalikkan badannya, dan sekarang bagian bawah Alya ada diatas muka gue.

“Gile lo, mau 69 Al?”

“Iya ayo kang.”

Gue dan Alya melakukan gerakan ini sekitar 10 menitan kalau tidak salah, sampai cukup pegal leher dan rahang gue. tapi hasilnya cukup oke, Alya berhasil keluar. Keluar dimuka gue sialnya. Hahaha. Sementara Rocky belum juga muntah-muntah.

“Cukup tangguh juga lo kang.”

“Haha iya dong. Aaah, lanjutin terus Al. Gila isepan lo enak bener ya.”

“Asyik kan kang. Nggak usah terbebani apapun, gue kasih yang paling enak.”

“Hehehe iya Al.”

Setelah gerakan tersebut berakhir, Alya kembali kehadapan gue, dia duduk diperut gue.

“Masukin ya kang?” katanya.

“hmmm. Iya Al.”

Entah setan apa yang tiba-tiba merasuki pikiran gue, ketika Alya mengarahkan rocky masuk ke sarangnya, sudah ketemu ujung luarnya padahal, gue tiba-tiba menolak.

“Al, gesek diluar aja. gue nggak bisa.” Kata gue.

“Kenapa kang?”

“Nggak tau, tiba-tiba gue jadi ngerasa nggak enak aja Al sama lo.” kilah gue.

“Hmmm oke deh. Biar tetep enak, ikutin cara gue aja ya kang. Udah lo tenang-tenang aja, biar gue yang gerak.”

“Siap Al.”

“Haha ini bukan dilapangan paskib, senior.”

“Hehehe kan biar seru Al.”

Alya melakukan gerakan menggesek rocky maju mundur diatas badan gue. gile, ternyata gerakan begini ditambah dengan variasi lain versi Alya membuat gue merasakan sensasi seru lainnya. Sekitar hampir 15 menitan seperti ini, Alya ternyata sudah banjir lagi.

Pada akhirnya gue kembali berada diatas Alya, dia posisinya tiduran. Gue mendekatkan rocky ke mukanya. Lalu dia mengulum kembali rocky.

“Al, gue mau keluar, lo biasanya gimana?”

“Gue ke mukain.” Katanya nggak jelas karena dimulutnya terjejal benda tumpul.

“Lo telen Al, biar sehat.”

Alya hanya mengangguk. Kata-kata sakti ini akhirnya gue keluarkan lagi setelah sekian tahun Emi sudah tahu skema permainan ala gue dan dia. haha.

Gue mengeluarkan sangat banyak dimulut Alya, sampai-sampai dia sempat agak sedikit muntah. Tapi ujung-ujungnya semua tertelan sempurna. Gue minta dia menunjukkannya, dan sebagai kenangan, gue mengabadikannya. Gue sempat berpikir, kenapa nggak dari awal gue rekam ya? tapi yaudah lah, gue nggak mau malah jadi ada ikatan tertentu.

Permainan gue dan Alya sangat seru walaupun nggak sampai penetrasi. Semua keluar dengan sempurna. Alya juga bilang puas, hanya kurang masuknya aja. lalu dia bercerita kenapa dia sampai terjebak di gaya hidup seperti itu.

Dia menceritakan kalau semenjak ayahnya meninggal, ibunya mulai berubah sikap menjadi tidak simpatik ke anak-anaknya. Bahkan adiknya sampai kabur ke Bandung dan putus kuliah. Adiknya saat ini menjadi pemandu karaoke di salah satu bar di kawasan Bandung. Sementara nasib dia lebih beruntung karena bisa bekerja di instansi bonafid di ibukota.

“Gitu kang. Kenapa gue juga jadi merubah hidup gue? karena gue nggak mau hidup dalam kungkungan teror nyokap gue sendiri. Ketika gue memiliki cukup uang untuk tabungan, plus ketemu cowok-cowok yang jadi mantan, gue seperti kejebak dan kebawa masuk kedalam pergaulan dan kehidupan begini.”

“Gue cuma bisa sampaikan ke lo, mending hemat-hemat Al, kita nggak tau apa yang akan terjadi dengan pekerjaan kita kedepannya. Selagi punya, lo invest. Bisa juga lo bisnis jual beli parfum itu misalnya, kayak dulu yang pernah gue lakuin jaman kuliah, selain ngeband. Jadi uang lo muter. Tapi itu hanya saran aja. selebihnya yang nentuin jalan hidup lo ya lo sendiri Al.” kata gue sambil mengecup keningnya.

“Makasih banyak ya kang. Lo udah banyak banget ngasih gue masukan semenjak kita ketemu lagi dulu.”

“Iya Al. tapi maaf, gue bukannya mau manfaatin situasi lo, tapi nggak tau kenapa, gue tadi kepikiran konyol yang malah berakhir keringatan kayak gini.”

“Nggak apa-apa kang, gue juga suka kok begini. Tapi maaf ya kang, gue belum bisa suka sama lo.”

“Iya santai Al. kita liat aja kedepannya.”

“Iya kang.” Katanya seraya memeluk perut gue dan merebahkan kepalanya di dada gue.

namikazeminati
khodzimzz
itkgid
itkgid dan 19 lainnya memberi reputasi
20
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.