Part 37
.
.
.
"Selamat ya vin, beb, ciee, bentar lagi lulus, udah 2/3 S.psi nih"

Sekarang aku, devan, mario, nabil dan dyo sedang mengucapkan selamat kepada viny dan beby yang baru saja menyelesaikan seminar hasil mereka.

Viny: "iya van, makasih ya"
Beby: "makasih ya kalian udah dateng, makasih juga buat hadiahnya"

Sama seperti pada saat beby dan viny seminar proposal kemaren, hari ini kami juga memberikan hadiah yang sama kepada mereka, ya sebenarnya ini cuma sebagai formalitas sih.

Nabil: "yaialah, lumayan, makan siang gratis"

Pletaakk...

Mario: "makan mulu yang diotak lu"
Nabil: "kenapa sih lu mar, sewot aja"
Viny: "udah udah, tenang aja, kita udah sisain kok buat kalian"
Mario: "sorry ya vin, emang si nabil begitu orangnya, liat aja nih perutnya, udah kayak balon"
Nabil: "bodo amat, yang penting makan"

Btw memang setiap mahasiswa yang sedang melaksanakan seminar proposal ataupun seminar hasil dikampus kami, memang selalu menyediakan konsumsi untuk audience yang datang.

Setelah mengucapkan selamat, kami ber 7 pun berfoto bersama, ya hitung-hitung sebagai kenang-kenangan untuk kami ber 7.

Oh iya, sama seperti sebelumnya, sakti hari ini kembali menyempatkan diri untuk menghadiri acara seminar hasil beby dan viny.
Kami sempat bertemu sebentar pada saat kami akan meninggalkan ruangan yang digunakan beby dan viny untuk seminar hasil hari ini, sepertinya pada saat kami akan kembali ke lab sakti baru saja sampai disana.
.
.
.
"Nat"

"Natha"

"Wooooyyyyy"

"Nathaaaaaaaaaa"

48 pesan belum terbaca.
16 panggilan tidak terjawab.

Begitulah kira-kira notifikasi yang muncul di handphoneku sore ini.

Oh iya, semenjak aku dan teman-temanku menghadiri seminar hasil beby dan viny tadi siang, aku tidak menyalakan handohone sama sekali.

Sebenarnya aku baru saja bangun dari tidurku sore ini, aku baru sempat tidur setelah menghadiri seminar hasil mereka tadi siang.

Memang kemaren malam aku, devan dan nabil nongkrong di lab sampai waktu menunjukan pukul 4 dini hari, dan karena jam setengah 7 pagi aku ada jadwal kelas, aku memutuskan untuk tidak tidur sama sekali, dan kebetulan setelah kelasku hari ini selesai pak danar meminta kami ber 5 untuk menghadap karena ingin mengadakan rapat terkait kelanjutan dari serangkaian kegiatan praktikum di lab kami semester ini.
Untuk 2 minggu kedepan akan ada kegiatan acc dosen yang dilaksanakan oleh praktikkan.

"Kenapa mbak?, sorry, baru bangun"

Karena melihat banyak sekali pesan dan panggilan tidak terjawab dari beby di handohoneku, akupun memutuskan ubtuk langsung membalasnya.
Setelah itu aku memutuskan untuk berjalan menghampiri ruang tengah untuk melihat siapa saja temanku yang sekarang sedang berada di lab.

Aku: "yang lain pada kemana yo?"
Dyo: "devan balik bentar, mandi katanya nat, kalo nabil sama mario gaktau dah"
Aku: "halaah, paling lagi jadi sopir mereka"
Dyo: "bisa jadi sih nat"

Akupun memutuskan menarik kursi, lalu mengambil tempat untuk duduk disamping dyo yang sedang duduk di depan komputer.

Dyo: "halah, lu ngeledekin mereka, lu akhir akhir ini juga bucin banget nat"
Aku: "yee, sok tau lu yo"
Dyo: "gimana gak tau, tiap malem lu sering banget balik duluan kok"
Aku: "kayak lu gak sering balik duluan aja"
Dyo: "gue kan balik ke kos, lah elu, balik ke rumah beby"
Aku: "hehehe, eh yo, gue balik bentar ya, belum mandi nih mulai kemaren"
Dyo: "balik lagi gak lu?"
Aku: "liat ntar yo"
Dyo: "halah, paling kalo ada panggilan, gak kesini lagi lu"
Aku: "hah, panggilan apaan?"
Dyo: "panggilan dari ayang"
Aku: "anjir lah, gua kira apaan, jijik yo"
Dyo: "hehehe"
.
.
.
Sekarang aku baru saja menyelesaikan kegiatan mandiku sore ini.
Yap, untuk hari ini aku baru sempat mandi sekarang.
Pada saat menghadiri seminar hasil beny dan viny tadi siang, aku dan devan benar-benar dalam keadaan belum mandi sama sekali.
Bisa kalian bayangkan penanpilan kami siang itu.

Wkwkwkwkwkwkwkwk.

Saat sedang asyik mengeringkan rambutku yang masih basah, handphoneku kembali berbunyi, namun kali ini bunyi yang keluar dari handphoneku adalah bunyi yang menandakan ada seseorang yang sedang menelponku. Tanpa menunda-nunda, aku langsung mengambil handphoneku, lalu mengangkat telpon yang baru saja masuk.

Aku: "halo mbak, kenapa?"
Beby: "nat, malem ini kerumah gak?"
Aku: "mmmm, gak tau sih mbak"
Beby: "kamu marah?"
Aku: "haahh, marah apaan sih?, enggak kok"
Beby: "kalo enggak aku tunggu kamu di rumah malem ini"
Aku: "tapi mbak...., halo..."

Belum sempat aku menyelesaikan kalimat terakhirku, beby sudah memutuskan panggilan yang sedang berlangsung diantara kami.

Huuuhhh....

Kenapa beby jadi aneh gini ya?, yaudahlah, tinggal kesana aja entar.
.
.
.
"Eh natha, masuk nat"

Aku melangkah memasuki rumah beby dan viny setelah viny mempersilahkanku untuk masuk.

Viny: "bentar ya nat, bebynya lagi keluar sama sakti, bentar lagi pulang kok"

Deegggg......

Aku: "iya mbak"
Viny: "kamu tadi siang abis dari semhas kita kemana aja nat?, beby nyariin kamu loh tadi siang"
Aku: "sorry mbak, aku ketiduran tadi siang, kemaren malam gak sempet tidur"
Viny: "hah, ngapain aja semalem? "
Aku: "nongkrong mbak di lab sama devan, ada nabil juga, tadi aku juga ada kelas pagi, sekalianin aja deh gak tidur, takut kesiangan"
Viny: "pantesan tadi muka kamu kucel banget"
Aku: "hehehe"
Viny: "isshh, malah nyengir, kebiasaan, gak sehat nat"
Aku: "hehehe"

Jujur aku baru ingat bahwa tadi siang aku dan teman-temanku sempat berpapasan dengan sakti saat kami akan kembali ke lab.

Sebenarnya aku juga sudah menduga jika beby akan keluar bersama sakti tadi siang, aku bisa memiliki prasangka seperti itu karena mengingat-ingat kejadian sebelumnya, setiap sakti mengunjungi beby pasti mereka akan jalan berdua.

Kalau ditanya bagaimana perasaanku?, ya sebenarnya rasa cemburuku masih sama seperti kemaren-kemaren, tapi.... ya mau bagaimana lagi, aku sudah berjanji kepada beby bahwa aku tidak akan merubah sikapku kepadanya apapun yang terjadi.

Sekarang viny sedang menemaniku menunggu kepulangan beby diruang tamu.
Aku dan viny memutuskan untuk duduk bersampingan di sofa ruang tamu.

Viny: "kamu gak cemburu nat beby jalan sama sakti?"

Sepertinya viny terlihat serius melontarkan pertanyaan ini kepadaku, dapat dilihat dari wajah dan nada bicaranya.
Viny kali ini bertanya dengan wajah dan pandangannya yang menghadap lurus kedepan tanpa menoleh sedikitpun kearahku.

Aku: "biasa aja sih mbak"
Viny: "halah"
Aku: "lah, kok halah sih?"
Viny: "nat, nat, kalian berdua itu sama aja"
Aku: "maksudnya?"
Viny: "yang satu cemburu, tapi gak mau minta penjelasan, yang satunya lagi gak mau ada salah paham, tapi ngasih baru mau ngasih penjelasan kalo diminta"

Kali ini viny berkata seperti itu seraya menolehkan kepalanya dan menatap kearahku.

Aku: "ya...., sebenarnya udah berkali-kali sih mbak aku bilang kayak gini, entah itu ke siapa, aku cuma mau sadar diri aja sama posisiku sekarang"
Viny: "gakusah munafik deh kamu nat"

Aku cukup dibuat terkejut dengan pernyataan yang baru saja keluar dari mulut viny.

Aku: "maksudnya?"
Viny: "kamu udah berani punya perasaan ke beby, terus dengan entengnya kamu bilang kamu cuma mau sadar diri? "

Kalimat dari viny kali ini benar-benar menohok perasaan dan pemikiranku.

Aku: "hmmmmm, emang kita bisa ngatur perasaan yang kita punya mbak?"
Viny: "emang gak bisa nat, tapi kita punya kontrol untuk memilih, kita mau memupuk perasaan yang kita punya atau sebaliknya, menguburnya dalam-dalam"
Aku: "aku gakpernah mikir sampai sana mbak..."

Aku mengambil napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar.

Aku: "yang aku tau perasaan yang ada sekarang bikin aku nyaman mbak, dan aku cuma gak mau kehilangan sesuatu yang udah bikin aku nyaman karena hal-hal sepele kayak gitu, ya.... let it flow lah mbak"

Sekarang bukan kepalanya saja yang menoleh kearahku, viny juga mengubah posisi tubuhya agar menghadap kearahku.

Viny: "ciihh..., let it flow?, aku gak nyangka kamu sepayah ini nat, mau dimainin sama takdir tanpa ada usaha apa-apa"

Apakah benar apa yang dikatakan viny tentangku kali ini?.
Jujur aku bukannya hanya ingin oasrah dan mengandalkan takdir untuk menyelesaikan masalah ini, tapi..... aku hanya belum mengetahui langkah apa yang cukup tepat dan konkrit untuk menyelesaikan masalah ini.

Aku: "ya....entahlah mbak, terserah mbak mau bilang apa, menurutku mbak gak ngerti apa-apa tentang aku, yang jelas prinsipku gak akan berubah"
Viny: "kepala batu!!!!"

Jujur aku cukup tersinggung dengan pernyataan pernyataan yang keluar dari mulut viny sebelumnya.
Kenapa dia jadi sok tahu tengang perasaanku, dan kenapa dia jadi sok tau tentang hubunganku dan beby.

Tapi kalau dipikir-pikir, aku tidak mau jatuh 2 kali dilobang yang sama, aku merasa kesalahan yang ku lakukan kepada beby saat itu cukuo berakibat fatal dan sangat menyakiti perasaan beby, oleh karena itu aku memutuskan untuk bersikap sewajarnya terhadap pernyataan-pernyataan yang bari saja keluar dari mulut viny.

Keadaan sempat hening beberapa saat setelah viny mengelurkan kalimat terakhirnya.

Viny menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar.

Viny: "m m maaf nat, aku kebawa emosi, aku cuma kasian sama kamu, sama beby juga"
Aku: "gak masalah mbak, makasih atas peringatannya"
Viny: "a aku kedapur dulu nat, kamu mau minum apa?"
Aku: "gakusah repot-repot mbak"
Viny: "yaudah, aku ambilin yang ada aja ya"

Sambil berkata seperti itu viny buru-buru beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan kearah dapur untuk mengambil minuman yang akan disajikan kepadaku.
.
.
.