hugomaranAvatar border
TS
hugomaran
Gading Gajah Simbol Maskimpoi Atau Harga Diri?
Masyarakat Adat Flores Timur





DiLarantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) Sampai dengan saat ini masih memiliki tradisi yang cukup unik dengan menggunakan Gading Gajah yang diperuntukkan sebagai syarat maskimpoi (belis) sifatnya wajib diberikan oleh keluarga laki-laki kepada keluarga perempuan atau calon istri.


Apa pun alasannya tradisi tersebut tetap dijalankan sampai pada saat sekarang. Walaupun secara kasat mata di Flores Timur sendiri tidak memiliki hewan langkah tersebut (Gajah).


Gading atau dalam bahasa daerah lebih dikenal dengan sebutan Bala memiliki nilai sejarah yang begitu kental dalam benak masyarakat adat Flores Timur.


Pada zaman dahulu di daerah Flores Timur memang hidup hewan Gajah. Namun, seiring bergantinya zaman ke zaman. Gajah pun kemudian punah. Entah perbuatan manusia yang mengakibatkan punahnya hewan tersebut atau memang pengaruh dari kondisi alamnya.


Hingga sekarang, tidak ada satu ekor pun gajah yang hidup di daerah Flores Timur.


Sangat berbeda dengan kebiasaan masyarakat di daerah lain, misalnya Jawa atau Bugis yang masih bisa dengan uang, perhiasan atau peninggalan-peninggalan kuno seperti gong, gendang, kris pusaka dan sebagainya, yang masih dapat dijangkau dengan mudah. Untuk syarat mas kimpoi.


Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa semua itu mudah mudah saja. Semuanya kembali pada tata upacara tradisi di wilayah masing-masing kita.


Dalam penuturan sejarah nenek moyang pada zaman dahulu. Bahwa nilai tertinggi dari seremonial atau upacara atas tradisi tersebut merupakan hal penting bagaimana kita diajarkan untuk menghargai ketulusan hati, kesucian hati seorang perempuan yang kita cintai.


Kemudian nantinya menjadi istri dan melahirkan keturunan dari keluarga laki-laki. Sebagai bentuk lainnya untuk mengakrabkan keluarga laki-laki dan perempuan sebagai keluarga yang tidak akan terpisahkan lagi dikemudian hari.


Satu bentuk kebiasaan yang sakral bagi kami. Prinsip bagi kami masyarakat adat maka kita patut menjunjung tinggi nilai-nilai sejarah yang ada. Tanpa harus membanding bandingkan dengan keadaan tradisi di daerah lain.


Perempuan di Flores Timur memiliki tempat atau kedudukan tertinggi, sangat dihargai. Maka keharusan laki-laki yang sudah sampai pada usia menikah, harus lebih dahulu mempersiapkan gading (maskimpoi) sebelum turun melamar seorang perempuan.


Masyarakat Flores Timur pada umumnya dan di beberapa wilayah secara khususnya tetap memakai tradisi demikian, tidak memandang strata sosial dari golongan keluarga mana pun, entah anak bangsawan atau masyarakat biasa. Semuanya sama harus maskimpoinya gading gajah.


Dengan seiring bergantinya hari, serumpun masyarakat sudah mulai merubah sedikit demi sedikit tradisi yang demikian. Dengan mempertimbangkan beberapa persoalan yang kemudian muncul dari kehidupan masyarakat setempat mereka.


Satu bentuk permenungan yang panjang sampai saat sekarang, apakah tradisi ini akan hilang seiring berjalannya waktu atau tidak akan hilang.


Kerap kali persoalan maskimpoi gading gajah kemudian menjadi diskusi yang begitu panjang karena ada perempuan yang tidak menikah sampai pada usia lanjut. Dikarenakan laki-laki sangat kewalahan untuk mendapatkan gading tersebut.


Ada juga laki-laki yang kemudian memilih berhijrah ke tempat perantauan untuk mencari pasangan hidup di daerah lain.


Bukan karena menolak tradisi di daerahnya sendiri. Tetapi karena ketidak sanggupan dengan persoalan ekonomi kehidupan yang tidak dapat dipungkiri.


Perlu diketahui bahwa, adapun kebijaksanaan dari keluarga perempuan mempertimbangkan dan memberi izin kepada keluarga laki-laki, bahwasanya ketika belum bisa memberikan gading sebagai mahar atau maskimpoi tersebut.


Keluarga laki-laki diperkenankan berhutang atau hanya duduk dan membicarakan persoalan itu dalam bahasa resminya urusan Adat menjelang pernikahan. Hingga kemudian lahirlah satu kesepakatan bahwa belis akan dilunaskan dikemudian hari disertai perjanjian tertulis atau pun bahasa lisan yang murni lahir dari kesepakatan adat tersebut.


Ada pun pandangan orang lain bahwa itu semata-mata adalah suatu cara untuk menunjukan kemampuan dari kelompok keluarga dalam hal ini mampu atau tidaknya membeli sebatang gading.


Dengan nilai harganya yang bisa saja mencapai ratusan atau puluhan juta. Relatif tergantung pada ukuran besar atau kecilnya batang gading itu sendiri.


Mengapa pada tulisan saya ini, saya menuliskan judul Gading Gajah Sebagai Simbol Maskimpoi Atau Harga Diri? Ini merupakan sebuah pertanyaan yang harus kita pahami apa makna tertinggi dalam benak kita. Dengan sudut pandang pemikiran yang berbeda-beda.


Saya sendiri berdiri pada pemahaman saya bahwa nilai sejarah harus tetap ada. Dari situlah kita semua harus mampu memaknai betapa berharganya seorang perempuan dengan bercucuran darah melahirkan kita sebagai laki-laki.


Memeras keringat untuk memberikan kita tumbuh dan berkembang. Lantas mengapa kita masih lari dari kenyatan itu?


Apa pun yang ada di bumi ini kita akan mampu mendapatkan. Jika kita berjuang sungguh-sungguh. Tetapi nilai kehidupan sebagai dasar cinta terhadap seorang perempuan menjadi sebuah permenungan yang tidak akan punah dimakan oleh zaman.


Untuk seluruh kaumku. Selama di dunia ini masih kau temukan cinta. Maka dari sanalah perempuan itu ada.



Ilustrasi Foto Gajah: Sumber Unsplash
@hugomaran
Diubah oleh hugomaran 07-05-2020 00:06
ganggawf
KambaliLasmono
nona212
nona212 dan 24 lainnya memberi reputasi
25
2.8K
115
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.1KAnggota
Tampilkan semua post
hugomaranAvatar border
TS
hugomaran
#1
Adat adalah Tradisi yang harus dijaga
Tetysheba
bekticahyopurno
ganggawf
ganggawf dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.