seher.kenaAvatar border
TS
seher.kena
Denny Siregar: Yang Sembuh dari Corona Jauh Lebih Banyak
Ketika membaca berita tentang virus corona, apa sebenarnya kalimat paling dicari? Jawabannya adalah "berapa yang meninggal". Ya, kata-kata "meninggal" itu menakutkan, atau lebih tepatnya lagi membangun ketakutan. Memang siapa sih yang tidak takut meninggal?

Dan ketakutan itu sudah kita serap sejak lama, ketika wabah pertama di China dengan berita sekian orang meninggal. Sehingga ketika mampir ke kita, ketakutan itu jadi nyata. Dan kita sebarkan ketakutan itu, supaya orang lain juga mendapat perasaan yang sama.

Jadilah ketakutan di mana-mana, memancing kepanikan.

Padahal, kalau kita jeli, rata-rata yang meninggal bukan 100 persen karena corona, tapi dia sudah punya penyakit seperti diabetes, hepatitis dan penyakit berat lain. Ditambah corona sehingga terjadi komplikasi. Tubuhnya sebelumnya sudah lemah, sehingga tidak mampu bertahan dan lewatlah.

Tapi tahukah kita bahwa yang SEMBUH lebih banyak dari yang meninggal?

Kata "SEMBUH" sengaja saya perbesar, untuk menarik perhatian. Meski saya yakin, itu juga tidak menarik untuk dibaca karena, narasinya positif. Sembuh tidak meninggalkan ketakutan, karena efeknya biasa saja. Sebuah kewajaran.

Karena itu, tidak perlu takut berlebihan pada corona, karena ternyata yang SEMBUH jauh lebih banyak dari yang meninggal.

Saya jadi senyum, mungkin karena itu banyak yang menamakan Rumah Sakit, bukan Rumah Sehat, karena kata "Sakit" menimbulkan ketakutan juga. Semakin takut, semakin sakit dan RS jadi punya pasien lebih banyak.

Saya lebih senang membaca berapa yang sembuh dari virus corona. Tapi media tidak. Karena bagi mereka, bad news is a good news.

Jadilah berita-beritanya, "sekian meninggal", "sekian positif corona", tapi jarang yang memuat "sekian sembuh". Pembacanya lebih banyak kalau ada unsur ketakutan, dan bagi media online itu berarti jualan.

Karena itu, tidak perlu takut berlebihan pada corona, karena ternyata yang SEMBUH jauh lebih banyak dari yang meninggal. Kalau terdampak, jelas terdampak, karena corona adalah virus dengan tingkat penyebaran cepat. Mirip dengan Influenza dan Tuberculosis. Masalahnya, dia sembuh atau meninggal. Itu saja.

Permasalahannya, ketakutan corona ini juga selain dikapitalisasi media, juga dipolitisasi politikus.

Apalagi bentar lagi Pilkada. Dan ada yang ngebet jadi Presiden. Jadilah, isunya lebih besar dari berita kesembuhannya.

Menyerap berita tentang virus corona, memunculkan dua karakter manusia. Satu, manusia yang selalu mengambil hal positif. Manusia jenis ini biasanya tenang. Kedua, manusia yang senang menyerap berita negatif. Ini biasanya penakut dan panikan.

Saya sih, positif saja. Percayakan kepada pemerintah. Toh dari penanganan selama ini lebih banyak yang SEMBUH dari yang meninggal. Ngapain juga panik?

Tetap seruput kopi, karena aura positif dari secangkir kopi menjauhkan kita dari berita negatif tentang corona.

https://tagar.id/denny-siregar-yang-...h-lebih-banyak

Percayalah apa kata pak deny
ba.dum.tss4
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 9 lainnya memberi reputasi
-2
3K
42
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.9KThread40.2KAnggota
Tampilkan semua post
fuckinghandsomeAvatar border
fuckinghandsome
#10
Pak ahok pasti bangga dengan loyalis utama nya ini emoticon-Smilie
Misi pak ahok untuk menghancurkan Indonesia dengan virus korona yg disebarkan negara asalnya bisa lancar dengan ditutup-tutupinya betapa bahaya nya virus ini oleh buzzer hebat seperti Deni Siregar emoticon-Big Grin
chisaa
binokulars
rizaldi.sarpin
rizaldi.sarpin dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.