- Beranda
- Kalimantan Barat
[COC Regional: Kebudayaan] Tradisi Antar Pakatan Dan Nilai Gotong Royongnya
...
TS
sukafhoto
[COC Regional: Kebudayaan] Tradisi Antar Pakatan Dan Nilai Gotong Royongnya
Tradisi Antar Pakatan Yang Sarat Dengan Nilai Gotong-Royongnya
Quote:
Kabupaten Sambas adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Barat yang memiliki
berbagai tradisi menarik untuk kita ketahui. Satu diantaranya adalah tradisi “Antar Pakatan”
yang sarat dengan nilai-nilai gotong royong.
Tradisi ini merupakan adat tradisi masyarakat melayu kabupaten
Sambas yang dilakukan turun menurun dan tetap dilestarikan hingga saat ini.
Tradisi “Antar Pakatan” dilakukan pada acara tertentu seperti pada acara pernikahan, kelahiran
(tepung tawar), sunatan, peringatan kematian, sya’ban, antar pinangan dan lain-lain. Untuk
mengetahui lebih jauh perihal tradisi ini, sebaiknya kita simak dulu pengertian Antar Pakatan
berikut ini:
Antar Pakatan di dalam tradisi masyarakat melayu Sambas disebut juga dengan hari kecil atau
hari motong. Pada hari inilah warga yang diundang untuk hadir pada hari pertama, kedua hingga
terakhir harus membawa pakatan berupa beras, ayam dan uang. Warga yang diundang tersebut
tidak hanya hadir sebagai tamu melainkan juga bertindak sebagai petugas untuk menyiapkan dan
mengantarkan hidangan, minuman, serta mengumpulkan barang pecah belah untuk dibersihkan.
Sementara itu, untuk petugas memasak nasi, lauk pauk, membasuh piring maupun menyembelih ayam juga berasal dari warga yang juga diundang dan telah ditunjuk sebelumnya untuk
mengemban tugas tersebut.
Berdasarkan pengalaman ane yang memang lahir dan besar di Sambas, “antar pakatan” ini
adalah tradisi turun menurun yang dilakukan ketika menghadiri acara pernikahan, sunatan,
tepung tawar (syukuran kelahiran), aqiqah, peringatan kematian, sya’aban (ruahan) maupun
acara tertentu yang berkaitan dengan keagamaan maupun jamuan makan. Antar pakatan ini
terbagi dalam dua bentuk yang dibedakan oleh jenis barang bawaannya (pakatan) dan acara yang
akan dihadiri.
Yang pertama dan familiar adalah antar pakatan dengan pakatannya membawa beras, ayam dan
uang. Jenis tradisi antar pakatan dengan pakatan beras, ayam, dan uang ini berlaku bagi
seseorang atau warga yang diundang satu keluarga untuk hadir dari hari pertama hingga hari
terakhir pada acara pernikahan, sunatan, tepung tawar, atau antar pinangan. Sementara yang
kedua adalah antar pakatan dengan pakatannya hanya beras dan uang. Jenis pakatan ini dibawa
pada acara tertentu saja seperti acara sya’banan dan kematian atau seseorang yang diundang
untuk hadir pada hari terakhir saja.
Tradisi antar pakatan ini belum diketahui kapan pastinya dilakukan untuk pertama kalinya dalam
sejarah kebudayaan melayu Sambas. Meskipun demikian, tradisi ini sarat dengan nilai gotong
royong dan solidaritas di kalangan masyarakat melayu Sambas. Hal itu dapat dilihat pada
sebelum dan sesudah dilakukannya tradisi antar pakatan ini. Seperti diketahui, di dalam acara
pernikahan, sunatan, ataupun tepung tawar di kalangan masyarakat melayu Sambas, dilakukan
selama tiga hari yang dikenal dengan nama hari “molah bumbu’’ yaitu hari pertama yang segala
kegiatannya adalah mengolah bumbu untuk digunakan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ini,
ibu-ibu maupun anak gadis ikut mengolah bumbu. Selanjutnya hari kedua yaitu disebut dengan
hari motong yang mana tradisi antar pakatan ini dilakukan. Kenapa disebut hari motong? Karena
pada hari inilah ayam yang dibawa sebagai pakatan akan disembelih. Dan yang terakhir adalah
hari pupus atau hari besar yang mana pada hari ini puncak acara tersebut.
Pada tradisi antar pakatan, yang empunya acara (pernikahan, sunatan, tepung tawar) mengajak
atau mengundang satu keluarga dalam satu rumah untuk hadir pada hari pertama hingga terakhir.
Istilah ini ini disebut dengan nama nyarro’. Sang empunya acara akan menyebutkan secara detail hari, tanggal, dan bulan akan digelarnya acara tersebut. Tak ketinggalan saat mengundang untuk
hadir, yang empunya acara akan meminta bantuan agar ikut membantu agar acara yang akan
digelar tersebut pada hari pertama hingga terakhir berjalan dengan lancar. Nah warga yang
diundang itu wajib hadir sesuai dengan hari yang disebutkan tadi dan wajib membawa ayam,
beras dan uang pada hari kedua atau antar pakatan. Jika yang diundang ternyata tidak hanya
membawa ayam, beras dan uang melainkan juga telur, gula, kentang dan lain-lainnya maka hal
itu disebut “ngansur” atau “nagan” yang sistemnya mirip dengan arisan.
Pada hari kedua yang mana tradisi antar pakatan dilakukan, warga yang diundang mulai dari hari
pertama hingga terakhir harus membawa ayam sebagai salah satu barang bawaan atau pakatan.
Nah pertanyaannya, bagaimana kalau tidak membawa ayam? Boleh diganti gan dengan itik atau
bebek. Pakatan ini juga boleh diserahkan pada pagi hari gan, tapi biasanya selalu diserahkan saat
sore hari pada hari kedua acara. Nah untuk penyerahan pakatan (ayam, beras dan uang) ini bisa
dilakukan oleh pria maupun wanita dewasa gan (yang sudah berkeluarga). Jadi kalau belum
menikah alias jomlo, bujangan, atau anak gadis, sangat jarang bahkan tidak ada yang melakukan
antar pakatan ini. Untuk yang menerima pakatan biasanya adalah orang tua dari pihak
perempuan (misalnya pada acara pernikahan) yang duduk di teras menunggu warga datang untuk
menyerahkan pakatan. Pada saat itu warga yang diundang untuk hadir, menyerahkan pakatan
kepada yang punya acara sambil bersalaman. Selanjutnya ayam akan diserahkan kepada
pengurus untuk disembelih dan beras akan dimasukan ke dalam karung untuk dimasak besoknya.
Pakatan yang telah diserahkan kepada empunya acara, lalu berlanjut ke tangan pengurus acara,
akan dihitung totalnya berapa gan. Hal itu agar alokasi menu dan hidangan pada hari terakhir
sesuai dengan jumlah tamu yang diundang. Dan untuk informasi tambahan saja, menu yang
dihidangkan selain nasi, dan air minum ini terdiri dari enam item lauk pauk dan sayur mayur.
Enam item tersebut diantaranya ayam, ikan, sapi, telur, kentang dan lain-lain. Semua item
tersebut dimasukan dalam satu wadah yang bulat dan lebar. Semua hidangan tersebut dikenal
dengan nama “paduan” dan masyarakat yang terdiri dari enam orang yang menyantap hidangan
tersebut dan membentuk lingkaran dikenal dengan istilah “saprahan”.
Nah pakatan yang
diserahkan itulah yang harus dihitung jumlahnya untuk menentukan paduan (hidangan dan
saprahan) yang akan disajikan besoknya. Jika hari kedua misalnya telah dihabiskan 100 paduan,
maka untuk hari terakhir harus dilebihkan antara 10-30 paduan atau lebih.
Pada saat penyerahan pakatan, ayam yang diserahkan kepada empunya acara dan berlanjut ke
tangan petugas pemotongan biasanya akan diminta kembali oleh warga yang telah diundang
untuk hadir. Ada juga setelah diserahkan kepada empunya acara, ayam tersebut diambil lagi oleh
warga tersebut dan diserahkan langsung untuk disembelih. Ayam yang diambil kembali itu
tujuannya untuk dibersihkan mulai dari pencabutan bulu hingga pembersihan organ dalam ayam.
Organ ayam seperti hati, ampela, kepala, jantung, kaki, ekor, leher menjadi bagian warga yang
mengambil ayam tadi. Sementara ayam yang sudah dibersihkan itu lalu diserahkan kepada
petugas untuk dihitung kembali. Tidak sampai disitu ya gan, nanti ayam tersebut akan
dibersihkan kembali sebersih-bersihnya oleh petugas lainnya sebelum diserahkan ke tukang
masak. Nah disini dalam tradisi antar pakatan jelas terlihat sekali nilai-nilai gotong royong dan
solidaritas masyrakatnya gan baik itu dari penyerahan pakatan, lalu ayam dibersihkan oleh warga
itu sendiri, hingga dihidangkan untuk warga itu kembali. Singkatnya mungkin gini ya, dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pas ngena banget sama tradisi antar pakatan ini.
Sumber Kanal Youtube Wien
Mungkin agan/sis ada yang bertanya, apakah antar pakatan yang tidak membawa ayam bisa
dilakukan pada acara pernikahan, tepung tawar atau sunatan? Jawabannya bisa gan/sis!
Yang namanya kebudayaan ini selalu mengalami perkembangan. Begitu juga dengan antar
pakatan ini gan/sis. Jika dulu antar pakatan hanya membawa beras dan uang tanpa ayam untuk
menghadiri acara sya’banan atau ruahan dan peringatan kematian. Saat ini pakatan hanya
membawa beras dan uang bisa dilakukan pada acara pernikahan, tepung tawar maupun sunatan
gan/sis. Dengan catatan warga atau satu keluarga itu yang diundang untuk hadir HANYA pada
hari terakhir atau hari pupus. Tradisi antar pakatan ini berlaku bagi acara yang diselenggarakan
dengan low budget saja. Istilahnya disini adalah “berdikari” atau mengadakan acara ala
kadarnya. Warga yang diundang untuk hadir pada hari terakhir pada umumnya adalah kerabat
jauh atau tetangga yang rumahnya jauh dari yang empunya acara. Sementara untuk menu yang
disajikan juga berbeda gan. Nah di sinilah kekurangannya gan yaitu ayam (lauk pauk yang
dihidangkan pada hari terakhir) yang dihidangkan hanya seperempat. Hal itu berbanding terbalik
dengan warga yang diundang pada hari pertama hingga terakhir yaitu dijamu dengan ayam
seperdua (separuh). Seperti telah dijelaskan diatas bahwa warga yang diundang pada hari
pertama hingga terakhir diharuskan membawa pakatan lengkap yaitu ayam, beras dan uang.
Di dalam tradisi antar pakatan nilai-nilai gotong royong dan solidaritas masyarakatnya sangat
kental sekali gan. Seperti telah dijelaskan diatas ya gan, semua kegiatan pada tradisi antar
pakatan ini dilakukan sepenuhnya oleh warga dan kerabat yang telah diundang untuk hadir pada
acara tersebut. Yang empunya acara menyerahkan sepenuhnya kepercayaan dan tanggungjawab
kepada warga yang telah ditunjuk untuk melaksanakan tugasnya dalam kelancaran acara. Nah
oleh karena itu kesuksesan acara baik itu pernikahan, tepung tawar maupun sunatan tidak lepas
dari warganya itu sendiri gan. Baik itu warga yang bertindak sebagai petugas acara maupun
warga yang hadir untuk menikmati hidangan.
Jika membahas antar pakatan ini akan sangat panjang gan/sis. Untuk fotonya juga cuma dapat satu. Masih belum banyak yang mendokumentasikan tradisi ini lewat foto. Untuk videonya juga ada beberapa. Jadi pada kesempatan ini ane
membuka sesi tanya jawab bagi agan/sis yang ingin bertanya seputar antar pakatan. Silakan
ditulis di kolom komentar ya..
berbagai tradisi menarik untuk kita ketahui. Satu diantaranya adalah tradisi “Antar Pakatan”
yang sarat dengan nilai-nilai gotong royong.
Tradisi ini merupakan adat tradisi masyarakat melayu kabupaten
Sambas yang dilakukan turun menurun dan tetap dilestarikan hingga saat ini.
Tradisi “Antar Pakatan” dilakukan pada acara tertentu seperti pada acara pernikahan, kelahiran
(tepung tawar), sunatan, peringatan kematian, sya’ban, antar pinangan dan lain-lain. Untuk
mengetahui lebih jauh perihal tradisi ini, sebaiknya kita simak dulu pengertian Antar Pakatan
berikut ini:
Antar Pakatan berasal dari kata antar yang artinya membawa atau menghantar. sedangkan kata
Pakatan berasal arti kata sepakat atau mufakat yang artinya setuju. Kemudian definisi “antar
Pakatan” dapat kita lihat berdasarkan pendapat Abul Hadi (2011) seperti yang dikutip oleh
Sutrisno, Wanto Riva’ie, dan Gusti Budjang dalam penelitian ilmiahnya yang berjudul “Peran
Tokoh Masyarakat Menanamkan Nilai-Nilai Solidaritas Dalam Tahapan Pesta Perkimpoian Suku
Melayu” yang menjelaskan bahwa “antar pakatan” yaitu kebiasaan adat istiadat yang mana
seseorang atau satu keluarga yang diundang ke rumah yang empunya acara mesti membawa
beras, duit, serta seekor ayam. Tamu yang diundang tersebut membawa beras sekitar satu
kilogram yang dimasukan ke dalam baskom atau ember kecil yang ada penutupnya. Lalu saat
akan bersalaman dengan yang empunya acara, pakatan tersebut diserahkan dan uang yang
dibawa diberikan langsung pada saat tangan bersalaman.”
Pakatan berasal arti kata sepakat atau mufakat yang artinya setuju. Kemudian definisi “antar
Pakatan” dapat kita lihat berdasarkan pendapat Abul Hadi (2011) seperti yang dikutip oleh
Sutrisno, Wanto Riva’ie, dan Gusti Budjang dalam penelitian ilmiahnya yang berjudul “Peran
Tokoh Masyarakat Menanamkan Nilai-Nilai Solidaritas Dalam Tahapan Pesta Perkimpoian Suku
Melayu” yang menjelaskan bahwa “antar pakatan” yaitu kebiasaan adat istiadat yang mana
seseorang atau satu keluarga yang diundang ke rumah yang empunya acara mesti membawa
beras, duit, serta seekor ayam. Tamu yang diundang tersebut membawa beras sekitar satu
kilogram yang dimasukan ke dalam baskom atau ember kecil yang ada penutupnya. Lalu saat
akan bersalaman dengan yang empunya acara, pakatan tersebut diserahkan dan uang yang
dibawa diberikan langsung pada saat tangan bersalaman.”
Antar Pakatan di dalam tradisi masyarakat melayu Sambas disebut juga dengan hari kecil atau
hari motong. Pada hari inilah warga yang diundang untuk hadir pada hari pertama, kedua hingga
terakhir harus membawa pakatan berupa beras, ayam dan uang. Warga yang diundang tersebut
tidak hanya hadir sebagai tamu melainkan juga bertindak sebagai petugas untuk menyiapkan dan
mengantarkan hidangan, minuman, serta mengumpulkan barang pecah belah untuk dibersihkan.
Sementara itu, untuk petugas memasak nasi, lauk pauk, membasuh piring maupun menyembelih ayam juga berasal dari warga yang juga diundang dan telah ditunjuk sebelumnya untuk
mengemban tugas tersebut.
Berdasarkan pengalaman ane yang memang lahir dan besar di Sambas, “antar pakatan” ini
adalah tradisi turun menurun yang dilakukan ketika menghadiri acara pernikahan, sunatan,
tepung tawar (syukuran kelahiran), aqiqah, peringatan kematian, sya’aban (ruahan) maupun
acara tertentu yang berkaitan dengan keagamaan maupun jamuan makan. Antar pakatan ini
terbagi dalam dua bentuk yang dibedakan oleh jenis barang bawaannya (pakatan) dan acara yang
akan dihadiri.
Yang pertama dan familiar adalah antar pakatan dengan pakatannya membawa beras, ayam dan
uang. Jenis tradisi antar pakatan dengan pakatan beras, ayam, dan uang ini berlaku bagi
seseorang atau warga yang diundang satu keluarga untuk hadir dari hari pertama hingga hari
terakhir pada acara pernikahan, sunatan, tepung tawar, atau antar pinangan. Sementara yang
kedua adalah antar pakatan dengan pakatannya hanya beras dan uang. Jenis pakatan ini dibawa
pada acara tertentu saja seperti acara sya’banan dan kematian atau seseorang yang diundang
untuk hadir pada hari terakhir saja.
Tradisi antar pakatan ini belum diketahui kapan pastinya dilakukan untuk pertama kalinya dalam
sejarah kebudayaan melayu Sambas. Meskipun demikian, tradisi ini sarat dengan nilai gotong
royong dan solidaritas di kalangan masyarakat melayu Sambas. Hal itu dapat dilihat pada
sebelum dan sesudah dilakukannya tradisi antar pakatan ini. Seperti diketahui, di dalam acara
pernikahan, sunatan, ataupun tepung tawar di kalangan masyarakat melayu Sambas, dilakukan
selama tiga hari yang dikenal dengan nama hari “molah bumbu’’ yaitu hari pertama yang segala
kegiatannya adalah mengolah bumbu untuk digunakan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ini,
ibu-ibu maupun anak gadis ikut mengolah bumbu. Selanjutnya hari kedua yaitu disebut dengan
hari motong yang mana tradisi antar pakatan ini dilakukan. Kenapa disebut hari motong? Karena
pada hari inilah ayam yang dibawa sebagai pakatan akan disembelih. Dan yang terakhir adalah
hari pupus atau hari besar yang mana pada hari ini puncak acara tersebut.
Pada tradisi antar pakatan, yang empunya acara (pernikahan, sunatan, tepung tawar) mengajak
atau mengundang satu keluarga dalam satu rumah untuk hadir pada hari pertama hingga terakhir.
Istilah ini ini disebut dengan nama nyarro’. Sang empunya acara akan menyebutkan secara detail hari, tanggal, dan bulan akan digelarnya acara tersebut. Tak ketinggalan saat mengundang untuk
hadir, yang empunya acara akan meminta bantuan agar ikut membantu agar acara yang akan
digelar tersebut pada hari pertama hingga terakhir berjalan dengan lancar. Nah warga yang
diundang itu wajib hadir sesuai dengan hari yang disebutkan tadi dan wajib membawa ayam,
beras dan uang pada hari kedua atau antar pakatan. Jika yang diundang ternyata tidak hanya
membawa ayam, beras dan uang melainkan juga telur, gula, kentang dan lain-lainnya maka hal
itu disebut “ngansur” atau “nagan” yang sistemnya mirip dengan arisan.
Pada hari kedua yang mana tradisi antar pakatan dilakukan, warga yang diundang mulai dari hari
pertama hingga terakhir harus membawa ayam sebagai salah satu barang bawaan atau pakatan.
Nah pertanyaannya, bagaimana kalau tidak membawa ayam? Boleh diganti gan dengan itik atau
bebek. Pakatan ini juga boleh diserahkan pada pagi hari gan, tapi biasanya selalu diserahkan saat
sore hari pada hari kedua acara. Nah untuk penyerahan pakatan (ayam, beras dan uang) ini bisa
dilakukan oleh pria maupun wanita dewasa gan (yang sudah berkeluarga). Jadi kalau belum
menikah alias jomlo, bujangan, atau anak gadis, sangat jarang bahkan tidak ada yang melakukan
antar pakatan ini. Untuk yang menerima pakatan biasanya adalah orang tua dari pihak
perempuan (misalnya pada acara pernikahan) yang duduk di teras menunggu warga datang untuk
menyerahkan pakatan. Pada saat itu warga yang diundang untuk hadir, menyerahkan pakatan
kepada yang punya acara sambil bersalaman. Selanjutnya ayam akan diserahkan kepada
pengurus untuk disembelih dan beras akan dimasukan ke dalam karung untuk dimasak besoknya.
Gambar warga membawa pakatan berupa ayam dan beras. sumber foto diambil dari misterpangalayo.com
Pakatan yang telah diserahkan kepada empunya acara, lalu berlanjut ke tangan pengurus acara,
akan dihitung totalnya berapa gan. Hal itu agar alokasi menu dan hidangan pada hari terakhir
sesuai dengan jumlah tamu yang diundang. Dan untuk informasi tambahan saja, menu yang
dihidangkan selain nasi, dan air minum ini terdiri dari enam item lauk pauk dan sayur mayur.
Enam item tersebut diantaranya ayam, ikan, sapi, telur, kentang dan lain-lain. Semua item
tersebut dimasukan dalam satu wadah yang bulat dan lebar. Semua hidangan tersebut dikenal
dengan nama “paduan” dan masyarakat yang terdiri dari enam orang yang menyantap hidangan
tersebut dan membentuk lingkaran dikenal dengan istilah “saprahan”.
gambar saprahan: sumber foto kabusambas.blogspot.com
Nah pakatan yang
diserahkan itulah yang harus dihitung jumlahnya untuk menentukan paduan (hidangan dan
saprahan) yang akan disajikan besoknya. Jika hari kedua misalnya telah dihabiskan 100 paduan,
maka untuk hari terakhir harus dilebihkan antara 10-30 paduan atau lebih.
sumber foto blog ane
Pada saat penyerahan pakatan, ayam yang diserahkan kepada empunya acara dan berlanjut ke
tangan petugas pemotongan biasanya akan diminta kembali oleh warga yang telah diundang
untuk hadir. Ada juga setelah diserahkan kepada empunya acara, ayam tersebut diambil lagi oleh
warga tersebut dan diserahkan langsung untuk disembelih. Ayam yang diambil kembali itu
tujuannya untuk dibersihkan mulai dari pencabutan bulu hingga pembersihan organ dalam ayam.
Organ ayam seperti hati, ampela, kepala, jantung, kaki, ekor, leher menjadi bagian warga yang
mengambil ayam tadi. Sementara ayam yang sudah dibersihkan itu lalu diserahkan kepada
petugas untuk dihitung kembali. Tidak sampai disitu ya gan, nanti ayam tersebut akan
dibersihkan kembali sebersih-bersihnya oleh petugas lainnya sebelum diserahkan ke tukang
masak. Nah disini dalam tradisi antar pakatan jelas terlihat sekali nilai-nilai gotong royong dan
solidaritas masyrakatnya gan baik itu dari penyerahan pakatan, lalu ayam dibersihkan oleh warga
itu sendiri, hingga dihidangkan untuk warga itu kembali. Singkatnya mungkin gini ya, dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pas ngena banget sama tradisi antar pakatan ini.
Mungkin agan/sis ada yang bertanya, apakah antar pakatan yang tidak membawa ayam bisa
dilakukan pada acara pernikahan, tepung tawar atau sunatan? Jawabannya bisa gan/sis!
Yang namanya kebudayaan ini selalu mengalami perkembangan. Begitu juga dengan antar
pakatan ini gan/sis. Jika dulu antar pakatan hanya membawa beras dan uang tanpa ayam untuk
menghadiri acara sya’banan atau ruahan dan peringatan kematian. Saat ini pakatan hanya
membawa beras dan uang bisa dilakukan pada acara pernikahan, tepung tawar maupun sunatan
gan/sis. Dengan catatan warga atau satu keluarga itu yang diundang untuk hadir HANYA pada
hari terakhir atau hari pupus. Tradisi antar pakatan ini berlaku bagi acara yang diselenggarakan
dengan low budget saja. Istilahnya disini adalah “berdikari” atau mengadakan acara ala
kadarnya. Warga yang diundang untuk hadir pada hari terakhir pada umumnya adalah kerabat
jauh atau tetangga yang rumahnya jauh dari yang empunya acara. Sementara untuk menu yang
disajikan juga berbeda gan. Nah di sinilah kekurangannya gan yaitu ayam (lauk pauk yang
dihidangkan pada hari terakhir) yang dihidangkan hanya seperempat. Hal itu berbanding terbalik
dengan warga yang diundang pada hari pertama hingga terakhir yaitu dijamu dengan ayam
seperdua (separuh). Seperti telah dijelaskan diatas bahwa warga yang diundang pada hari
pertama hingga terakhir diharuskan membawa pakatan lengkap yaitu ayam, beras dan uang.
Di dalam tradisi antar pakatan nilai-nilai gotong royong dan solidaritas masyarakatnya sangat
kental sekali gan. Seperti telah dijelaskan diatas ya gan, semua kegiatan pada tradisi antar
pakatan ini dilakukan sepenuhnya oleh warga dan kerabat yang telah diundang untuk hadir pada
acara tersebut. Yang empunya acara menyerahkan sepenuhnya kepercayaan dan tanggungjawab
kepada warga yang telah ditunjuk untuk melaksanakan tugasnya dalam kelancaran acara. Nah
oleh karena itu kesuksesan acara baik itu pernikahan, tepung tawar maupun sunatan tidak lepas
dari warganya itu sendiri gan. Baik itu warga yang bertindak sebagai petugas acara maupun
warga yang hadir untuk menikmati hidangan.
Jika membahas antar pakatan ini akan sangat panjang gan/sis. Untuk fotonya juga cuma dapat satu. Masih belum banyak yang mendokumentasikan tradisi ini lewat foto. Untuk videonya juga ada beberapa. Jadi pada kesempatan ini ane
membuka sesi tanya jawab bagi agan/sis yang ingin bertanya seputar antar pakatan. Silakan
ditulis di kolom komentar ya..
Diubah oleh sukafhoto 29-02-2020 09:31
lina.wh dan abellacitra memberi reputasi
2
3K
Kutip
9
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Kalimantan Barat
1.6KThread•1KAnggota
Tampilkan semua post