glitch.7Avatar border
TS
glitch.7
Sonne Mond und Stern
die SONNE der MOND und der STERN




Cerita ini tak lagi sama
Meski hatimu selalu di sini
Mengertilah bahwa ku tak berubah
Lihat aku dari sisi yang lain
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku


Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku

Waktu yang telah kita lalui
Buatmu jadi lebih berarti
Luluhkan kerasnya dinding hati
Engkaulah satu yang aku cari
Bersandar padaku, rasakan hatiku
Bersandar padaku


Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku
Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku

Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu menemaniku
Kau menenangkanku,Kau melegakan aku.


Tak Lagi Sama - Noah


Spoiler for Cover Stories:


JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 95% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA


Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahdan lanjutan dari sebuah cerita Love in Elegy yang pernah Gua tulis di Forum ini.


Quote:


Versi PDF Dua Thread Sebelumnya :

Masa yang Paling Indah
Credit thanks to Agan njum26

Love in Elegy
Credit thanks to Agan redmoon97



*mulustrasi karakter dalam cerita ini


Quote:

*thanks to my brother in law yang bantu index dan update selama gua mudik
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 239 suara
Siapakah pendamping Eza sebenarnya ?
Sherlin Putri Levanya
55%
Franziska Luna Katrina
17%
Giovanna Almira
28%
Diubah oleh glitch.7 08-01-2022 02:16
junti27
masadam123
snf0989
snf0989 dan 123 lainnya memberi reputasi
120
1.9M
8.8K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread•41.4KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7Avatar border
TS
glitch.7
#8688
Throwback Stories
Tentang Kita



~ 2013.

Beberapa bulan yang lalu rasanya banyak cerita yang sudah gua lewati. Ketika cerita tentang kegagalan menikahi Mba Yu dan seorang perempuan lain sudah menjadi mualaf, sekarang semuanya seperti kembali ke titik awal. Awal dimana gua diminta untuk menikah. Lagi.

Saat itu gua sedang berada di kamar bersama Nyonya.

"Aku cuma nanya kok, Mas".

Gua yang sedari tadi menyandarkan punggung ke bahu ranjang masih tidak habis pikir bagaimana dia bisa berpikir sejauh itu. Ini sama saja mengulang apa yang sudah terjadi ketika beberapa waktu lalu dia meminta gua menikahi Mba Yu.

"Okey, tapi aku juga jujur sama kamu. Aku cuma kagum sama dia, gak lebih. Kamu sendiri tau perubahannya cukup drastis sampai akhirnya kemarin dia memutuskan untuk jadi mualaf waktu ke Jogja".

"Itu hal yang baik dan keputusan yang gak mudah untuk dia kan, Mas?".

"Nah itu dia, kamu sendiri bisa jawab kan. Karena hal itu aja kok aku kagum sama dia".

"Yakin kamu cuma kagum? Dia cantik dan baik".

"Oh c'mon, kenapa sih selalu kayak gini? Kamu dulu waktu minta aku suruh deketin Mba Yu juga awalnya begini kan?".

"Mas..", Nyonya memiringkan tubuhnya hingga kini dia menghadap kearah gua. "Kamu sadar gak dari semenjak kamu pulang dari Jogja, kamu ceritain dia terus...", ucapnya. "Aku kenal kamu udah lama, aku ini istri kamu, aku tau kalo suami ku ini lagi jatuh hati sama perempuan lain".

"Astagfirullah!!!", jelas saja gua kaget mendengar ucapannya. "Gini gini Yang, jujur aku kagum sama dia. Iya aku suka sama dia. Tapi jatuh hati??? Enggaklah. Enggak sampe begitu. Suka yang aku maksud juga karena perubahannya, bukan suka ingin milikin dia, pahamkan?". Jawab gua jujur yang memang saat itu belum menaruh hati apalagi berniat memiliki perempuan lain.

Nona Ukhti tersenyum. "Kalo pun kamu jatuh hati dan ingin memiliki juga gak apa-apa kok, Mas", ucapnya kali ini seraya mengelus sisi wajah gua dengan punggung tangannya.

"Apaan sih kamu tuh. Gak usah ngada-ngada lagi deh. Ini baru aja gagal kita dapetin Mba Yu kan. Masa secepat ini langsung beralih nyari yang lain. Gak mikir apa kamu perasaan Mba Yu", gua mulai keki sendiri.

"Aku udah omongin ini sama Mba Yu juga kok", jawabnya santai.

"Ya ampun, Yang! Ngebet amat sih kamu minta aku nikah lagi!", asli kesel banget saat itu.

"Ya gak apa-apa dong, lebih cepet lebih baik kan? Lagian kamu gak bisa dapetin kakaknya, adeknya pun gak apa-apa toh, hihihihi...", kali ini Nyonya benar-benar bikin mati kutu gua dengan jawabannya.

Gila bisa-bisanya dia jawab seperti itu. Ya gak gitu juga harusnya dong. Ah pusing gua punya bini satu mintanya aneh banget. Ketika diluar sana banyak istri yang takut dan gak mau dimadu, lah ini Bini gua malah support till the max...


***


Waktu berlalu hingga akhirnya sampai di bulan Mei 2013. Apa yang sudah dikatakan Nyonya perihal dia sangat setuju jika gua meminang Helen yang kini namanya sudah menjadi Fatimah Azzahra tidak membuat gua benar-benar mendekatinya. Tapi kembali lagi, semua yang sudah ditakdirkan Tuhan tidak mungkin bisa kita hindari, sekeras apapun usaha kita kalau Tuhan sudah berkehendak bisa apa kita semua selain menerimanya.

Entahlah, mungkin ini salah satu kepingan cerita yang membuat gua merasa bersalah seperti beberapa kepingan cerita dari semua kisah hidup yang pernah gua tuangkan di sini.

Hanya dua minggu sebelum gua benar-benar menikahi Helen yang kelak akan menjadi Bunbun dari anak-anak gua itu, akhirnya gua memutuskan untuk membicarakan hal ini secara langsung kepadanya.

Quote:


Setelah melaksanakan shalat berjamaah berdua, gua ajak dirinya untuk duduk didalam gazebo halaman belakang rumah. Disinilah semua apa yang gua ingin bicarakan untuk hari-hari kami kedepannya gua mulai.

"Ay, sebelumnya makasih banyak untuk jawaban dan kesediaan kamu, tapi ada satu hal penting yang perlu kamu tau dan rasanya ini bakal sulit kamu terima", ucap gua memulai obrolan.

"Soal apa lagi Kak?", tanyanya yang sedang duduk disebrang gua.

"Maaf. Maaf. Aku benar-benar minta maaf sama kamu. Tolong jangan salah paham dengan apa yang akan aku ungkapin. Ini soal perasaan aku ke kamu", gua menundukkan kepala sebelum akhirnya kembali menatap wajahnya lekat-lekat. "Pernikahan yang akan kita jalani nanti gak akan mudah, dan akan lebih sulit rasanya ketika salah satu dari kita belum benar-benar saling mencintai satu sama lain", lanjut gua tanpa berpaling darinya.

"Maksud kamu?", Helen semakin bingung.

Gua menghirup udara perlahan sebelum menghela dengan sedikit perasaan bersalah. Enggak, sangat bermasalah sepertinya.

"Soal aku ingin menikahi kamu itu aku gak main-main, aku serius dan gak ada niat untuk mempermainkan kamu sama sekali. Tapi aku benar-benar harus bisa nerima kamu didalam sini, Ay", jawab gua seraya memegang dada ini.

"Kak, please to the point,aku gak paham maksud kamu apa. Dan apa sih maksudnya kamu meminta aku untuk menikah dengan kamu, tapi kamu harus berusaha nerima aku di hati kamu?".

Gua memainkan jemari tangan yang berada diatas meja sebelum akhirnya kembali menjawab pertanyaannya.

"Aku akuin aku memang suka sama kamu, kagum dengan perubahan yang ada pada diri kamu. Tapi aku butuh waktu untuk mencintai kamu dan menerima kamu di dalam hatiku, Ay".

Seketika suasana menjadi hening diantara kami. Malam itu gua masih ingat butiran air hujan turun perlahan hingga akhirnya menjadi deras. Tapi suara derasnya hujan tidak bisa menutupi pilunya hati dari seorang perempuan cantik yang berada di hadapan gua itu. Ya, dia menangis setelah kami terdiam cukup lama.

Gua raih satu tangannya yang berada diatas meja. Dan menggenggamnya dengan lembut. "Maaf, seharusnya kamu gak menerima semua ini. Kamu berhak mendapatkan kebahagian kamu yang utuh. Aku tau beban kamu gak mudah. Banyak hal yang kamu korbankan, sampai akhirnya berada di titik ini", gua usap lembut punggung tangannya.
"Ay, apa yang udah terjadi sama aku dan Ve selama ini adalah takdir Tuhan. Apa yang sudah terjadi dengan hidup kamu pun itu takdir Tuhan. Aku yakin akan hal itu. Tapi untuk satu hal yang satu ini, tentang kita, belum terlambat, Ay. Kamu masih bisa mundur dan menolak permintaan aku", lanjut gua menjelaskan.

Ia lepas genggaman tangan gua. Lalu mengusap airmata yang sudah membasahi pipinya itu.

"Kak, apa yang membuat kamu berpikir memilih aku dan mau menikahi aku? Tolong jawab jujur, apa karena permintaan Kak Vera?", tanyanya dengan suara yang parau.

"Kamu pasti tau dia memang setuju dan meminta aku untuk menikahi kamu. Tapi jujur, aku berusaha untuk mencintai kamu. Walaupun harus dimulai ketika kita sudah resmi menjadi suami-istri. Maaf, aku benar-benar minta maaf, gak ada niat ku untuk mempermainkan kamu dan perasaan kamu. Tapi ketika nanti kita sudah resmi dan sah, aku pasti akan menjamin semua kebutuhan dan hak kamu sebagai istri", jawab gua.

"Termasuk rasa cinta kamu ke aku?", tanyanya lagi.

Gua menganggukkan kepala, "ya, aku akan berusaha menjadi suami yang adil walaupun itu sulit dan rasanya mustahil. Aku akan berusaha mencintai kamu sepenuh hati, seperti aku mencintai Almarhumah Echa dan istri ku yang sekarang. Aku akan berusaha membagi waktu untuk kamu dengan sebaik yang aku bisa", jelas gua apa adanya tanpa ingin menutupi apapun yang gua rasa akan sulit di kemudian hari.

Gua hanya ingin dia tau bahwa apa yang akan kami jalani kelak tidaklah mudah. Banyak hal yang akan kami lewati dengan segala kesulitannya. Dimulai dari hati ini. Ya, dimulai dari hati gua sendiri pun rasanya sudah cukup sulit.

"Aku gak mau apa yang udah aku bilang ke kamu sekarang cuma jadi bualan. Aku ingin kamu paham semua ini sama sekali gak mudah. Dan aku gak mau sampai kamu menyesal di kemudian hari karena keputusan yang kamu ambil hari ini", lanjut gua lagi.

"Yang aku tau selama ini, laki-laki pasti berusaha meyakinkan perempuan untuk nerima dia apa adanya. Bahkan sebagian lelaki pasti mengucap janji manis yang belum tentu bisa dia buktikan. Tapi kamu...", ucapannya tertahan ketika dia tersenyum tipis. "Kamu beda. Justru kamu yang membuka semua ketakutan, kekhawatiran, sampai kejujuran bahwa kamu sebenarnya belum mencintai aku yang beberapa menit lalu kamu minta untuk menjadi istri kamu", lanjutnya lagi seraya menggelengkan kepalanya pelan.

Gua langsung tertunduk dan merasa sangat bersalah. Gua tidak bisa dan tidak perlu rasanya membela diri. Apa yang dia katakan benar. Baru beberapa menit lalu memintanya untuk mau menikah dengan gua. Sekarang gua malah jujur bahwa sebenarnya gua belum bisa mencintai dia sepenuhnya.

"Kak...", dia memiringkan sedikit kepalanya ke kiri. "Aku tau kok semua ini gak mudah. Aku juga paham kalo takdir Allah itu nyata. Apa kamu sempat berpikir segala yang udah kita lewati ini terkait takdir? Tentang kita berdua yang sekarang sampai di titik ini. Tentang kita berdua yang nyatanya sedang saling berbicara sekarang? Tentang kita yang gak mungkin hanya kebetulan semata berada di sini sekarang?".

Gua mengerenyitkan kening mendengar ucapannya.

"Semua ini takdir Allah, Kak. Semuanya. Satu hal kalo gitu. Beri aku waktu satu hari untuk memikirkan hal ini dengan meminta jawabannya kepada Sang Maha Pemberi lagi Maha Penyayang", tandasnya dengan tersenyum sebelum ia pamit dan kembali ke rumahnya.
Diubah oleh glitch.7 01-04-2020 15:08
oktavp
liachr
drewzzzzzzz
drewzzzzzzz dan 41 lainnya memberi reputasi
42
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.