• Beranda
  • ...
  • Kekoreaan
  • #Review Kim Ji Young 1982: Kamu Mau Menghalangi Karir Suamimu?!

DelLunaStaffAvatar border
TS
DelLunaStaff
#Review Kim Ji Young 1982: Kamu Mau Menghalangi Karir Suamimu?!

(sumber: gramedia.com)


Beberapa waktu lalu, masyarakat Korea Selatan sempat dibuat heboh karena Irene Red Velvet ‘ketahuan’ membaca sebuah buku bertemakan feminisme. Cukup banyak KLuvies (sebutan fans Red Velvet yang berasal dari Korea Selatan) ‘kecewa’ terhadap perbuatan idolnya itu. Banyak fanboy yang mengunggah foto ataupun video yang berisi poster, photocard dan semua merchandiseyang telah dirusak lainny yang memajang wajah leader Red Velvet tersebut. Feminisme sendiri bukan sesuatu yang lumrah di Korea Selatan. Reaksi fans tersebut tentunya mengundang tanya, “Memang isi bukunya kayak gimana sih?”


(sumber: gramedia.com


Akhirnya, beberapa bulan lalu, salah satu penerbit besar di Indonesia mengumumkan akan menerbitkan buku ini yang telah dialaihbahasakan. Yes! Akhirnya! Setelah semua kontroversi yang dituai soal buku ini, siapa sih yang enggak penasaran dengan isinya?

Tapi ternyata berita baiknya enggak hanya sampai di situ! Buku ini telah diadaptasi jadi sebuah film dengan judul yang sama. Aktris Jung Yu Mi akan memerankan Kim Ji Young, seorang ibu rumah tangga yang juga merupakan tokoh utama dari film ini dan Gong Yoo berperan sebagai Jung Dae Hyun, seorang pegawai kantoran yang merupakan suami dari Kim Ji Young. 

(sumber: kompas.com)


(sumber: id.wikipedia.org)

Kabar baiknya lagi, film ini tayang di Indonesia! Kurang baik apa kabar yang datang?


(sumber: movfreak.blogspot.com)


Jadi apa sih yang diceritakan di film ini?

Kim Ji Young *ups*


Tapi mari kita mulai dengan bagaimana film ini dibuka. Awalnya, mungkin sebagian besar dari kita berekspektasi untuk langsung memulai film ini dengan wajah Kim Ji Young, tapi—salah! Film ini dibuka dengan pemandangan yang agak ganjil; Dae Hyun tampak duduk di sebuah ruangan praktik—psikiater. Kamu enggak salah baca, memang psikiater. Ia mulai menceritakan soal perilaku istrinya, Ji Young. Adegan kemudian berganti dan kita disuguhi pemandangan yang tidak asing kita lihat; Ji Young dan putrinya, Ah Yeong sedang duduk-duduk di taman—yah, putrinya di strollertepatnya. Enggak jauh dari tempat mereka duduk, beberapa pengunjung pria dan wanita (yang kalau dari pakaiannya sih, mungkin pegawai kantoran) mengeluh soal gaji, beban kerja—percakapan yang juga umum kita dengar. Di tengah-tengah diskusi, seorang pria di antara pengunjung itu ‘nyeletuk, “Kamu sih enak, perempuan! Ada suamimu yang juga kerja. Tagihan juga suamimu yang bayar!”

Familiar enggak sih dengan kalimat-kalimat tersebut?

Untuk beberapa menit pertama, yang terlintas di kepalaku selama nonton film ini adalah, “Lho? Kok agak bosenin?” Kita cuma disuguhi adegan Ji Young memandikan putrinya, cuci piring di dapur, cuci baju, belanja ke supermarket, beres-beres rumah. Terus saja begitu. Tapi akhirnya justru itu yang harusnya kita sadari: keseharian ibu rumah tangga ya memang seperti itu. Enggak percaya? Kalau kebetulan ibumu ibu rumah tangga, coba amati kegiatannya sehari-hari. Atau kalau bukan, coba tanyakan pada perempuan lain yang kebetulan juga ibu rumah tangga. Bahkan kupikir, jika keseharian ibuku diangkat menjadi sebuah film, isinya akan sama persis dengan apa yang dilakukan Ji Young di menit-menit pertama.


(sumber: cultura.id)


Adegan terus silih berganti diselingi dengan percakapan Dae Hyun dengan psikiater di awal. Tapi makin lama film diputar, kita tahu bahwa Ji Young dulunya adalah seorang perempuan yang bekerja di sebuah perusahaan, perempuan yang juga cerdas, namun terpaksa berhenti karena putri mereka lahir, dan perlu ditambahkan, berhentinya ia dari pekerjaannya juga karena mertuanya (tidak dijelaskan apakah Dae Hyun juga) memintanya untuk berhenti, cukup mengurus anak saja di rumah.

Familiar enggak sih dengan situasi tersebut?

Dialog-dialog di film ini, omongan-omongan masyarakat yang mungkin muncul di film ini benar-benar apa yang ‘biasa’ kita dengar sehari-hari. Kamu pasti pernah secara random ditanya sudah punya pacar atau belum, atau sudah bekerja atau belum, bagi mahasiswa mungkin pertanyaan kapan lulus sudah menjadi pertanyaan wajib. Dalam film ini, bahasan seperti kapan perempuan harus menikah, bagaimana perempuan seharusnya diam saja di rumah untuk mengurus anak dan suami, bagaimana anak yang mempunyai ibu yang kebetulan bekerja akan tumbuh jadi anak yang bandel, sampai bagaimana susahnya mendapatkan promosi di tempat kerja hanya karena Kim Ji Young adalah seorang perempuan lambat laun membuatnya depresi. Omongan-omongan mertua, masyarakat, orang asing di tempat umum, bahkan ayahnya sendiri tentang bagaimana seharusnya perempuan berlaku pelan-pelan membuat Ji Young depresi.

Spoiler Alert


Adegan yang cukup membekas bagiku adalah saat Dae Hyun memutuskan untuk ‘cuti melahirkan’ dan membantu Ji Young merawat putri mereka (dan beresika dia dipecat), mertua Ji Young meneleponnya sambil berteriak, “Kenapa kamu mau kembali bekerja?! Kamu pikir berapa yang bisa kamu hasilkan?! Kamu mau menghalangi karir suamimu?!” Rasanya dalam film ini, para ibu-ibu (kecuali ibu dan neneknya Ji Young) mengagungkan putra mereka. Bahkan ibu dari Ji Young merelakan cita-citanya menjadi guru (dan berhenti sekolah) agar saudara laki-lakinya dapat bersekolah.

Satu lagi percakapan yang paling membekas adalah percakapan Ji Young kecil dengan ibunya ketika mereka sedang berdua, “Ibu, kenapa Ibu tidak jadi guru saja sekarang?” yang dijawab dengan agak hati-hati oleh ibunya, “Ibu kan harus merawatmu.” Ji Young kecil yang merasa bersalah lantas berkata, “Jadi aku menghalangi cita-cita Ibu untuk jadi guru ya?”

Pernahkah kita memikirkan cita-cita ibu kita? Mungkin tidak. Begitupun denganku. Tapi lewat film ini, aku jadi berpikir berapa banyak perempuan yang merelakan cita-citanya karena berkeluarga, karena saudara laki-lakinya lebih penting, karena punya anak, ataupun alasa lainnya. Film ini juga berhasil membungkus realita dengan apik. Bagaimana sulitnya jadi perempuan. Bagaimana kehidupan Ji Young yang mungkin juga biasa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya juga bisa menjadi penyebab ketidakbahagiaannya. Bagaimana omongan orang terdekat kitalah yang kerap kali memiliki dampak besar bagi kita, baik atau buruk. Menonton film ini, aku menangis dan bersedih bukan karena alur ceritanya yang a la drama Korea. Aku menangis dan bersedih karena film ini mampu menangkap realita kehidupan seorang perempuan sehingga aku menangis dan bersedih sebagai seorang perempuan, bukan sebagai seorang penonton film. Dan sesungguhnya, punya suami seperti Dae Hyun yang akan terus mendukung istrinya adalah sebuah anugerah *cry*.

Jung Yu Mi berhasil menunjukkan bagaimana susahnya jadi perempuan di Korea Selatan. Aktingnya patut diacungi jempol! Apalagi saat ia menunjukkan 'dirinya' yang lain, rasanya memang ia memerankan tiga orang sekaligus. Adegan di mana ia mencurahkan isi hatinya sukses membuat mata (-ku) penonton basah. Gong Yoo sukses mencuri perhatian (-ku) penonton dengan perannya sebagai suami yang pengertian dan siap mendukung istrinya bahkan saat ia tahu istrinya mengalami depresi karena omongan ibunya sendiri. Sekali lagi, punya suami seperti Dae Hyun yang berwajah seperti Gong Yoo adalah anugerah *cry*.

Terakhir, apakah film ini harus ditonton? Kalau ada kesempatan, ajaklah teman, ibu, atau ayahmu untuk nonton film ini. Yang jelas
“Jadilah apapun yang kau mau!”/10 


Diubah oleh DelLunaStaff 26-12-2019 12:19
misstumbler
namakuve
byeongariee
byeongariee dan 18 lainnya memberi reputasi
17
6.3K
58
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Kekoreaan
Kekoreaan
10.8KThread2.1KAnggota
Tampilkan semua post
eommaAvatar border
eomma
#13
Saran saya, buat penderita depresi dan Bipolar yg tidak stabil, sebaiknya tidak menonton film ini. Karena saya sebagai penderita Bipolar dan bbrp teman sy yg menderita depresi, menjadi semakin depresi setelah menonton film ini.

Banyak adegan2 yg smapi hari ini membekas dlm ingatan kami dan kami seakan ikut merasakan depresi jung yu mi..

Hanya saran.. emoticon-Nyepi
Diubah oleh eomma 28-12-2019 12:49
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.