Kaskus

Story

Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

evywahyuniAvatar border
TS
evywahyuni 
Ayahmu Adalah Lelaki Yang Pernah Menikahi Ibuku
Kisah Cerita Bersambung
Ayahmu Adalah Lelaki Yang Pernah Menikahi Ibuku

Part. 1. Pertemuan Pertama

💞💞Happy Reading💞💞


Ketika hujan sedang turun senja ini, ingatan akan dirinya kembali  saat pertama kali bertemu dengannya, saat itu hujan deras sedang turun. Pakaiannya basah memperlihatkan lekuk tubuh seorang wanita dewasa.

“Nih, pakai jaketku. Kau pasti kedinginan.” Kusodorkan jaket kulit KW 5 itu padanya.

“Makasih ya, tapi maaf … nanti jaketmu basah juga.” Si gadis membalas malu-malu.

“Gak apa-apa pakai saja, dari pada bagian tubuhmu menjadi tontonan gratis orang di sini?” ucapku sambil menunjuk beberapa pandang lelaki yang kebetulan menepi untuk berteduh di halte bus.

Akhirnya si gadis manis berambut sebahu itu memakai juga jaket yang dari tadi kusodorkan. Setidaknya aku telah berbuat baik, melindungi tubuhnya yang ia sendiri tak mampu menutupnya.

Hujan masih teramat deras, ia mendekat di sisiku. Kurasakan sesuatu yang melingkari lengan. Rupanya tangan gadis itu kini memeluk lenganku, mungkin ia masih kedinginan.

Kubiarkan saja. Toh lenganku tak menyentuh tubuhnya, karena terlapisi oleh jaket KWku. Ada tanya berkelebat, kenapa pula sudah tahu hujan ia malah kebasahan? Padahal halte ini hanya di isi oleh beberapa orang saja, ia bisa saja berteduh di sini agar tak terkena hujan.

“Maaf, boleh aku bertanya?”tanyaku sedikit berbisik.

“Eeh … maaf, mau tanya apa?” Ia serta merta melepas tangannya. Mungkin ia mengira aku keberatan dengan perlakuan sebelumnya.

“Ooh … gak apa-apa, jika kamu masih kedinginan, sekalian peluk aku saja, aku gak marah kok?” ucapku sambil tertawa. Menertawakan sikapnya yang gugup.

Tanyaku lagi, “Kenapa kamu sampai basah kuyup begitu?

Ia lalu memeluk lenganku kembali. Pandangannya mengarah ke depan, bukan ke samping maupun ke belakang.

“Tadi aku melihat ayahku, ia sedang berdua dengan seorang perempuan yang bukan ibuku. Jadi aku mengikutinya hingga kehujanan saat sedang mengejar mobil ayah ketika mereka pergi.”

“Dimana kau melihat ayahmu?”

“Di situ ….”

Gadis cantik berwajah manis itu menunjuk sebuah kafe tepat di seberang halte.

Oh tidak! Tadi ayahku juga berada di cafe itu. Ayah meminta aku dan ibu untuk bertemu, membahas tentang kelanjutan pendidikanku. Ah semoga yang ia lihat bukanlah ayahku.

“Ayahmu? Aku juga tadi baru dari cafe itu, hanya terhalang hujan, jadi aku berteduh di sini.”

“Apa kau tidak melihat ayahku? Dia memakai kemeja biru dan celana hitam, dia tadi duduk di dekat jendela bersama seorang perempuan. Kata ibuku, ayah selingkuh dengan perempuan lain dan aku ingin menangkap basah perempuan itu.” katanya berapi-api.

Quote:


😌😌😌

*Bersambung emoticon-Ngacir2emoticon-Ngacir2

Ayahmu Adalah Lelaki Yang Pernah Menikahi Ibuku
Simak pula lanjutan dari kisah di atas pada indeks link di bawah yaak
emoticon-Jempol
Diubah oleh evywahyuni 06-12-2019 11:10
dewakere
terbitcomyt
volcom77
volcom77 dan 103 lainnya memberi reputasi
100
96.9K
1.8K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32KThread45KAnggota
Tampilkan semua post
evywahyuniAvatar border
TS
evywahyuni 
#1099
Part 27. Kepalang Basah
Ayahmu Adalah Lelaki Yang Pernah Menikahi Ibuku


Episode Sebelumnya


emoticon-floweremoticon-floweremoticon-floweremoticon-floweremoticon-floweremoticon-floweremoticon-floweremoticon-floweremoticon-floweremoticon-floweremoticon-floweremoticon-flower


Di dalam toilet, pikiranku bergerak tangkas. Belum saatnya Ana tahu semua kejadian saling silang ini. Harus ada aksi antisipasi, aduuh … bagaimana ini?

Makananku juga belum habis, sudah dikagetkan dengan japrian dari Ana, ayah dan ibu juga lagi asyik berbincang. Adakah yang bisa menolongku? Oh, Tuhan. Aku panik!

Ahaaa! Aku ada ide. 
Tak ingin berlama-lama di dalam toilet, aku segera keluar dan menuju ke meja kembali. Semoga rencana yang selintas lewat tadi bisa membuat segalanya menjadi baik-baik saja.

"Ayah, Ibu … Fajar duluan pamit, tiba-tiba ada kuliah tambahan sore ini. Fajar takut telat dan terjebak macet, oh iya … tolong anter ibu pulang, ya, Yah?" kataku sambil menyalami tangan keduanya.

"Ooh, hati-hati di jalan, Nak," ucap ibu sambil menyerahkan ransel dan helm-ku yang berada di sisi kursinya.

"Hati-hati, Nak!" seru ayah sebelum aku hilang di balik pintu samping.

Mereka tidak akan heran kenapa aku keluar lewat samping, untungnya motor tadi kuparkirkan di samping cafe. Hal ini juga yang memudahkan agar bisa segera menjumpai Ana.


emoticon-sudahkudugaemoticon-sudahkuduga emoticon-sudahkuduga


Dari jauh terlihat Ana yang masih saja mengawasi mobil ayah di parkiran. Aku mendekatinya perlahan, laju motor kuperlambat agar tidak mengganggu penunggu halte lainnya. 

"Ana! Ngapain di sini?" tegurku tanpa turun dari motor.

Ana segera menghampiriku. "Kak, temani Ana masuk di cafe itu, ya?" pintanya.

Aku pura-pura melihat ke arah cafe yang ditunjuk Ana. Ayah selalu begitu, memarkir kendaraan yang gampang terlihat oleh orang.

"Mau ngapain, Na?" tanyaku pura-pura bingung.

"Ayah ada di sana, Kak. Ayo, temani Ana, yaa …."

"Aduh, kamu itu gimana sih. Na? Sapatau Ayahmu lagi rapat sama koleganya, nanti malah mengganggu, lho. Yaudah … kamu ikut Kakak aja, yuuk naik," ajakku.

Aku harus bisa membawa Ana pergi dari tempat ini sebelum ia sempat melihat ayah bersama dengan ibuku, perempuan yang selama ini membuatnya penasaran.

Ana naik di motor tanpa banyak bicara, itu yang kusuka dari gadis ini. Penurut. Iya … Ana selalu menuruti apa yang kukatakan, meskipun bisa saja hal itu bertentangan dengan kata hatinya. Namun, di hadapanku ia selalu menurut tanpa banyak debat.
 
"Kita mau ke mana, Kak?" tanyanya sambil mengenakan helm yang kuberi.

"Kita jalan aja dulu, nanti baru kita tentukan mau kemana," sahutku sambil membunyikan motor.

Ana memeluk pinggangku, motor lalu melaju meninggalkan halte. Alhamdulillah, posisi ayah dan ibu telah aman dari incaran Ana, sang detektif cantik.


emoticon-Ngaciremoticon-Ngacir emoticon-Ngacir


Kubawa Ana ke  cafe dekat kampus, ada hal yang harus dibahas sekarang. Kebetulan siang itu suasana cafe sedang tidak ramai. Ana menurut saja ketika tangan halusnya kugandeng.

Kupilih meja di dekat jendela, jadi Ana tidak akan bosan karena ia bisa memandang ke luar jendela jika sudah bosan melihat wajah tampan ini, hahahaha … tapi itu tidak akan terjadi, Ana adalah pengagum sejatiku, tentu pandangannya pasti akan terarah kepadaku saja.

"Kenapa kemari, Kak?" tanyanya.

"Tidak suka? Atau kita pilih tempat lain saja?" tanyaku balik.

Ana menggeleng, ia tersenyum memaklumi. Aiih, senyummu manis sekali, Na. Aku terjerat oleh senyummu pertama kali, senyum yang bisa membuat kepalaku pusing berputar bak gasing ketika mengetahui kau adalah anak dari ayahku.

Oopss! Kenapa aku jadi lebay begini? Hahahaha.

"Ana, kenapa tadi kau tiba-tiba ada di halte?" Aku mulai mengingat tujuanku membawanya ke sini.

"Cuma kebetulan lewat aja, guru-guru pada rapat jadi kami diijinkan pulang cepat. Anika memboncengku tadi, rencana kami mau ke mall jalan-jalan, tetapi keburu melihat mobil ayah jadi aku minta berhenti di halte saja."

Ana menjelaskan panjang kali lebar dan aku manggut-manggut aja kayak burung beo. Pantas saja, untung dia tidak memilih masuk sendirian di dalam cafe, hampir saja aku juga ketahuan.

"Lain kali jangan terlalu cepat curiga, bisa saja ayahmu lagi ada pertemuan penting  dengan rekanan bisnisnya, atau apalah itu. Kamu cukup belajar, selesaikan masa sekolah dengan baik, jangan buat kedua orangtuamu merasa cemas," jelasku panjang lebar.

Kali ini Ana yang balik mengangguk, moga aja dia tak lagi mencurigai ayah. Mengingat bisa saja ibu datang dan bertemu dengan ayah kembali.

Selanjutnya perbincangan kami banyak membahas soal pelajarannya dan Ranti. Ana penasaran rupanya, selama bertemu dengan Ranti mereka tak pernah akur. Untung saja hubunganku dengan gadis itu telah selesai, bisa-bisa Ranti dendam dan melakukan sesuatu yang jahat kepada Ana.


emoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Gan


Rizal tampak dari kejauhan, ia sempat melihat motorku, lalu melangkah masuk ke cafe. Ia dengan mudah dapat menemukanku dan menghampiri kami. "Rupanya di sini toh, pantas kucari di kelas sudah tak ada," tegurnya.

"Ada apa, Zal? Aku udah dari tadi pulang malah," sahutku sambil menarik kursi agar ia duduk.

"Pinjamin buku catatanmu tadi lah, mau pinjam catatan Rey malah tulisannya amburadul, mana gak lengkap pula."

"Oww, tunggu sebentar."

Segera kuraih ranselku dan membukanya, mengambil buku catatan kuliah dan menyerahkannya ke Rizal yang diam-diam kulihat mencuri-curi pandang ke Ana.

"Hei, kenapa, Zal?" tegurku.

Rizal tampak terkejut, Ana hanya melihat Rizal sejenak lalu kembali memainkan gawainya. Ana tampak tidak peduli. Ini yang kusuka darinya, selalu tidak mau ikut campur dengan sesuatu yang tidak berhubungan dengannya.

"Gadis ini siapa, bro? Kenalin dong?" kata Rizal sambil mengedipkan matanya sebelah ke arah Ana.

Rizal tentu saja tak ingin melewatkan kesempatan bagus di matanya, enak saja … tak akan kubiarkan Ana mengenal laki-laki playboy kampus yang satu ini.

"Kenapa, sih? Matamu tuh, tak bisa liat cewek cantik. Baiklah. Ana, kenalin nih temen kakak namanya Rizal," ucapku sambil menggamit lengan Ana yang bertumpu di atas meja.

Ana segera menyalami Rizal sambil tersenyum. Rizal menggenggam tangan Ana sampai kutepis sendiri. Jengah melihatnya memegang tangan Ana lama-lama.

"Apaan sih, Bro! Hai … Ana, udah punya pacar belom?" tegur Rizal mengedipkan matanya.

Ana hanya tersenyum, sambil melihatku. "Eiitss … jangan macam-macam, Zal. Sana pergi deh, menganggu aja," tukasku.

"Kamu kenapa sih, Bro? Memangnya Ana itu pacarmu, ya? Sewot amat, sih?"

"Iyaa, Ana itu pacarku! puas? Sanaa … pergi, jangan lupa kembalikan bukuku besok," balasku sambil mendorong Rizal menjauhi meja kami.

Laki-laki itu tertawa sambil melangkah ke luar cafe. Aku melihatnya sampai ia hilang di antara lalu lalang orang-orang. Astaga … apa yang tadi kubilang, ya?

Sudah kepalang basah, kubalikkan badan menghadap ke Ana, gadis itu hanya memandangiku dengan penuh tanda tanya. Sepertinya suaraku tadi cukup keras, sehingga terdengar juga olehnya.

"Maksud Kakak bicara seperti tadi itu apa?" Akhirnya pertanyaan yang sudah kuduga itu keluar juga dari bibirnya.

"Maaf, kalau Kau tidak menyukainya, Na. Aku hanya melindungimu dari Rizal si playboy kampus," jawabku.

Gadis cantik berambut panjang itu tersenyum dengan sangat manis. "Tak masalah. Aku mau kok jadi pacar Kakak! Kakak kan lagi jomblo juga, 'kan?"

Haahhh!


Bersambung ....

Episode Selanjutnya


Ayahmu Adalah Lelaki Yang Pernah Menikahi Ibuku

Diubah oleh evywahyuni 26-05-2020 02:54
yuaufchauza
jiresh
mmuji1575
mmuji1575 dan 8 lainnya memberi reputasi
9
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.