- Beranda
- Stories from the Heart
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
...
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue
(私のスレッドへようこそ)
(私のスレッドへようこそ)
TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR
Spoiler for Season 1 dan Season 2:
Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:
INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH
Spoiler for INDEX SEASON 3:
Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:
Quote:
Quote:
Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:25
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
342.8K
4.9K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
yanagi92055
#72
Awal Keceriaan
Gue disibukkan oleh beragam chat yang datang dari Dewi yang makin agresif tapi makin gue cuekin, karena dia udah mulai nuntut ini itu.Lah emang gue siapanya dia. Dan gue mulai nggak nyaman dengan ini. Uun juga seperti itu, dan lebih gue cuekin lagi. Gue hanya berkonsentrasi dengan Nindy aja ketika itu. Sama sesekali dengan Rinda, juga Dwina.
Dwina sempat mengajak gue bertemu ketika gue mulai bosan berkegiatan di ibukota. Gue jadi agak kangen juga main ke kampus. Gue sempat mengajak Anin untuk main kekampus sebelum dia berangkat keluar negeri mengambil kuliah S2 nya. Dia jadinya akan S2 disana, dan menikah juga diluar negeri. Entah pengurusan administrasinya kayak gimana gue juga kurang tau itu.
Saat itu Dwina ternyata udah pindah, nggak dikostan itu lagi. Dia juga udah lulus dan wisuda. Jadi sekarang dia ngontrak rumah, diperumahan dekat kampus juga. Gue sempat heran ketika dia memilih mengontrak disana. Karena buat apa? Toh dia udah lulus juga, jadi pikir gue ya lebih baik ngontrak didekat tempatnya bekerja aja dong harusnya. Tapi ternyata dia belum bekerja.
“Mbak Yanti ada mas?” tanya gue ke pegawai TU jurusan gue.
“Sebentar ya mas.” Katanya.
Gue menunggu sekitar 5 menitan. Gue kala itu ada pekerjaan di dekat daerah kampus gue, jadinya gue menyempatkan untuk mampir ke kampus sebentar. Lumayan lah sebelum nostalgia. Gue ingat dulu kata Rinda, kalau pacarnya Dwina ini adalah mahasiswa S2 dijurusan gue. Jadi harusnya di TU gue bisa menemukan kebenarannya.
“Eh, Ja. apa kabar kamu?” tiba-tiba suara Mbak Yanti mengagetkan gue.
“Mbak Yantiii.. ah kabar baik Mbak, Mbak sendiri gimana kabarnya?”
“Alhamdulillah baik Ja. Kamu lagi ngapain disini?”
“Ada kerjaan dekat desa sebelah, jadinya pas pulang mampir dulu kesini mbak, kangen juga sama kampus. Hahaha.”
“Nah, gitu dong. Masih inget sama kampusnya.”
“Ya nggak mungkin juga aku lupa Mbak. Hehe. Mbak mau nanya dong. Mahasiswa S2 dari sini ada yang namanya Fahri Mustakim nggak sih Mbak?”
“Oh ada kok. Emang kenapa? Kamu kenal sama dia?”
“Haha nggak Mbak. Nanya aja.”
Ternyata benar kata Rinda tempo hari. Pacarnya si Dwina itu ada dijurusan yang sama dengan gue. Haha. Tapi nggak apa-apa lah ya. Toh si Dwina nggak keberatan juga dekat sama gue. Gue berjalan-jalan disekitaran kampus. Gue bertemu Benu dan Shella. Gue juga bertemu dosen kesayangan gue, Bu Ratna. Bu Ratna juga terlihat lebih senang karena melihat gue lebih rapi dengan rambut tertata, pakai kemeja rapi walaupun nggak dimasukin, celana jeans dan sepatu sneakers.
Pulangnya gue sempat mampir ke kontrakan Dwina. Dia tinggal sendiri disana. Kontrakannya ini rumah bertipe 36. Disana gue melihat ada foto dia dengan pacarnya itu.
“Itu pacar lo ya Win?” tanya gue.
“Hehe, iya Kak. Kenapa? Nggak sesuai bayanganmu ya?” jawab Dwina meledek.
“Haha, agak kebanting sih.”
“Semua temanku juga bilang gitu kak.”
“Serius? Hahaha. Anjir parah amat.”
“Tapi aku sih santai-santai aja. Hehehe. Sayang aja dia cuek orangnya kak.”
“Oh iya? Haha. Kesian amat lo ya.”
“Yah begitulah kak.”
“Terus lo sendirian aja gitu kalau disini?”
“Aku ngontrak disini juga yang bayarin dia kak. Dia suka pulang kesini kok.”
“Hoo gitu ya.”
“Iya kak. Dan kami udah tunangan kak.”
Dia lalu menunjukkan cincin tunangannya di jari manis sebelah kiri. Gue sempat kaget. Tapi gue kalem aja dulu.
“Lah beneran udah tunangan ya lo? haha.”
“Iya kak. Maafin aku.”
“Lah kenapa minta maaf ke gue?”
“Aku sempat berpikir ulang tadinya buat tunangan sama dia. Karena ya itu tadi, orangnya cuek banget soalnya. Aku mau kerja nggak boleh sama dia. Kan jadi percuma juga aku udah susah-susah kuliah selama ini kalau ilmunya nggak kepake sama sekali.”
“Iya sih sayang banget. Mana lo kan lulusnya telat tuh.”
“Aku tadinya sangat bersedia kalau kamu mau coba sama aku kak. Dan aku siap kok buat batalin tunangan aku.”
“Apaan? Nggak gitu juga kali Win. Masa mau batalin tunangan gara-gara gue? gila kali lo. haha.”
“Iya beneran kak. Aku emang udah pikirin itu masak-masak. Tapi ternyata kamunya juga biasa-biasa aja.”
“Gue ada rasa sedikit sama lo. apalagi sekarang udah bubaran gue Win sama pacar gue gara-gara LDR. Tapi ya nggak serta merta gue langsung mau ngejar lo yang udah punya tunangan.”
“Kamu putus kak? Sayang banget ya. Padahal udah bertahun-tahun ya?”
“Iya bener. Hehe. Namanya nggak jodoh mau gimana lagi.”
“Iya sih.”
Kami saling bertatapan lama sekali, sampai akhirnya Dwina pindah duduk kesebelah gue dan memeluk gue dari samping kiri gue. gue nggak membalas pelukannya. Gue hanya diam saja ketika itu. Sampai akhirnya Dwina menarik dagu gue agar menoleh ke arahnya. Lalu gue langsung dicium sama dia. Gue sama sekali nggak membalas ciumannya.
Gue terlalu takut. Gue udah males pada dasarnya membina hubungan serius dengan siapapun saat itu. Walaupun gue memang punya misi untuk menemukan orang yang tepat untuk gue. Akhirnya gue pun luluh dan mengikuti permainannya. Dwina makin liar. Padahal ini diruang tamu bukan dikamar. Haha.
Dia menciumi leher, muka, pipi. Tapi kami nggak membuka pakaian sama sekali. Hanya pegang sana sini aja. Raba sana sini aja. Sampai berakhir dengan pertemuan rocky pertama kali dengan Dwina. Dwina ternyata udah ahli soal memperlakukan rocky. Karena terlatih sama punya si tunangannya kali. Haha.
“Telen Win, biar sehat.” Kata gue.
Dwina mengangguk, dan setelahnya dia yang merasa terpuaskan.
“Kak, lanjut yuk.”
“Ooops. No. gue nggak mau Win.”
“Kenapa?”
“Nggak, gue nggak bisa Win.”
“Trauma?”
“Bukan. Gue nggak mau kayak gini sama tunangan orang. Takut kualat ntar.”
“Haha, kok kamu cupu banget kak?”
“Nggak apa-apa gue dikata cupu, tapi plis Win, gue nggak mau. Ok?”
“Hmm. Yaudah deh. Tapi makasih ya kak. Udah ngenalin dia (nunjuk rocky) ke aku.”
“Ehmm. Sama-sama Win.” Kata gue sambil senyum.
Gue lalu mengkonfirmasi dan meyakinkannya untuk tetap melanjutkan pertunangannya dengan Fahri itu. Gue nggak mau mengganggu hubungan orang. Apalagi Fahri ini kan udah berjuang dan membuktikan rasa sayangnya untuk Dwina dengan cara berani mengikatnya ke sebuah ikatan yang lebih serius. Pada akhirnya setelah gue pamitan dari kontrakan Dwina, gue nggak pernah lagi bertemu dengan dia, tapi sesekali chat tetap ada.
--
Lain hari, gue cek Grup Facebook Himpunan dan ternyata ada balasan. Tanaya Iskandar yang jadi perhatian gue. Ternyata dia juga penggemar Laruku (nama singkat dari L’arc~en~Ciel). Dia juga me-mention teman-teman, sepertinya seangkatan dia juga. Awalnya sebelum gue membalas postingan dia, gue klik dulu dong profilnya. Ternyata yang namanya Tanaya ini lumayan juga kalau dilihat mukanya di halaman Facebooknya. Haha. Tapi ya itu, gue nggak terlalu percaya 100% mukanya sama kalau nggak liat aslinya dulu. Dan gue nggak ada juga niatan untuk menambahkannya sebagai teman.
Tapi ada satu orang yang sangat menjadi perhatian gue saat itu dari balasannya. Dia menyatakan penggemar berat band jepang yang juga gue suka banget, the GazettE. Apalagi dia menyatakan suka Visual Kei atau Vkei juga. Pada saat itu juga dia sedang suka dengan OOR alias One Ok Rock yang malahan gue belum terlalu tau musiknya seperti apa.
Gila, selama ini gue dikampus dari awal tingkat satu dan membentuk perkumpulan bernama Nihon Club Kampus yang dulu gue dirikan sebagai wadah para pecinta musik jepang terutama Laruku, sampai berakhir saat ini isinya malah diluar dari tujuan utamanya, yaitu malah ngumpulin anak-anak nerd pecinta komik atau anime yang umumnya disebut otaku, gue nggak pernah sama sekali nemu anak kampus gue suka lagu-lagu jepang. Paling banter ya Laruku, atau soundtrack-soundtrack anime.
Tapi ini? VISUAL KEI!!!! Anj*ng! Fix ini anak langka banget. Jarang banget gue nemuin anak-anak yang katanya suka lagu jepang, tapi nggak dimulai dari suka Laruku duluan. Eh ini sekalinya ada dari kampus sendiri, satu jurusan sendiri, malah sukanya Vkei. Asli, ini super rare banget. Gue terlalu senang melihat apa yang gue lihat sekarang.

Band Visual Kei dengan Skill aduhai, Versailles Philhamonic Quintet
Anak ini harus langsung gue jadikan teman. Gue pun berinisiatif duluan untuk Add as Friend. Gue pun menunggu aja. Harusnya sih nggak lama ada konfirmasi. Tapi gue sempat berpikir, kan gue nanyanya suka Laruku. Anak-anak yang suka dengan Visual Kei itu sangat segmented dan sedikit alay biasanya kalau di komunitas, entah kenapa.
Mereka suka jadi elitis nggak jelas dengan mengagungkan kebesaran dan kekerenan band pujaan mereka, plus menghina selera musik orang lain. Apalagi yang cewek-ceweknya tuh. Bangga banget kayaknya bisa suka musik-musik rock kencang (tapi nggak metal banget waktu itu) ala visual kei dengan dandanan yang unik-unik gitu. Dan kemungkinan juga karena gue dipikirnya suka Laruku doang, anak ini jadi nggak minat untuk berteman dengan gue. tapi yaudahlah nggak apa-apa.
Gue melanjutkan aktivitas gue dengan banyak aktif di twitter. Gue seperti biasa ngoceh-ngoceh suka-sukanya. Dewi dan Uun terus aja kepingin di notice oleh gue. Gue yang udah males balas chat mereka karena sok kepedeaannya mereka itu, jadi mengejar gue di sosial media. Ya makin gue cuekin lah jadinya. Hahaha. Uun ini juga makin hari makin halu aja kalau kata orang sekarang. Dia suka menyapa gue dengan me-mention gue di twitter. Kadang membalas omongan-omongan gue di twitter. Tapi gue tanggepin? Ya nggak lah. Haha. Tapi gue dengan Nindy komunikasinya lancar, via chat biasa. SMS sih lebih tepatnya. Haha. Karena gue juga belum pernah ketemu dengan Nindy sama sekali.
Sekitar satu minggu kemudian gue baru di confirm oleh dia. Wah ini sangat menyenangkan. Gue melihat profilnya, tapi isinya kok galau semua ya statusnya di facebook. Membosankan juga karena nggak banyak isi facebooknya tentang band-band visual kei, terutama the GazettE. Ada sih beberapa, seperti memajang foto bassistnya the GazettE, Reita, atau satu band full. Tapi selebihnya ya gitu-gitu aja. Membosankan. Saat itu dia memakai foto profil badan dia yang difoto dari belakang, memakai baju warna merah. Jadi mukanya nggak keliatan.

Reita the GazettE
Akhirnya gue berinisiatif untuk menyapanya duluan. Intinya sih terima kasih udah approve gue sebagai teman. Sebagai awal mula percakapan, gue menanyakan apakah dia mengetahui keberadaan organisasi bernama Nihon Club Kampus, yang mana dulu pernah gue buat bersama teman-teman gue, sekitar sembilan tahun lalu dari waktu itu ya. Kemudian dia membalas katanya ikutan juga. Wah senang banget gue, ternyata organisasi yang gue dirikan masih eksis. Hehehe. Tapi kata dia, dia nggak pernah dijarkom untuk sekedar kumpul dan segala macamnya. Malah dia mau bikin komunitas baru dikampus. Ya nggak apa-apa juga ya kan.
Gue sangatlah terkejut ketika dia nanya soal cover facebook gue. Saat itu gue memakai cover di facebook ketika gue lagi manggung di acara Radio Kota, sekitar dua tahun lalu, yang mana itu adalah panggungan terakhir gue. Kok dia bisa tau? Hahaha. Anj*ng ini sodara-sodara! Mungkin dia pernah nonton gue kali ya? Entah lah.
Ngobrol dengan anak ini jadi berasa ngobrol sama teman lama yang udah lama nggak ketemu aja rasanya. Excitement gue terhadap anak ini sangatlah besar walaupun gue belum pernah ketemu dengannya. Mukanya dia di facebook juga nggak pernah dipajang secara langsung. Kebiasaan anak yang suka jepangan nih. Suka nggak mau majang muka. Haha. Mungkin karena mukanya suka aneh-aneh kali bentuknya.
Anak ini juga asyik banget diajak ngobrol, kenapa? Ya karena nyambung pake banget bahasannya. Terutama urusan jepang-jepangan ini. Apalagi dia juga nggak ragu untuk nanya balik gue, yang mana itu sangat jarang gue temui ketika chat dengan siapapun sebelum dia. Kalau nggak ada kalimat tanya dari gue, biasanya selesai sudah chatnya.
Emilya R Oktariani.
Itulah nama Facebook cewek ini.
Dwina sempat mengajak gue bertemu ketika gue mulai bosan berkegiatan di ibukota. Gue jadi agak kangen juga main ke kampus. Gue sempat mengajak Anin untuk main kekampus sebelum dia berangkat keluar negeri mengambil kuliah S2 nya. Dia jadinya akan S2 disana, dan menikah juga diluar negeri. Entah pengurusan administrasinya kayak gimana gue juga kurang tau itu.
Saat itu Dwina ternyata udah pindah, nggak dikostan itu lagi. Dia juga udah lulus dan wisuda. Jadi sekarang dia ngontrak rumah, diperumahan dekat kampus juga. Gue sempat heran ketika dia memilih mengontrak disana. Karena buat apa? Toh dia udah lulus juga, jadi pikir gue ya lebih baik ngontrak didekat tempatnya bekerja aja dong harusnya. Tapi ternyata dia belum bekerja.
“Mbak Yanti ada mas?” tanya gue ke pegawai TU jurusan gue.
“Sebentar ya mas.” Katanya.
Gue menunggu sekitar 5 menitan. Gue kala itu ada pekerjaan di dekat daerah kampus gue, jadinya gue menyempatkan untuk mampir ke kampus sebentar. Lumayan lah sebelum nostalgia. Gue ingat dulu kata Rinda, kalau pacarnya Dwina ini adalah mahasiswa S2 dijurusan gue. Jadi harusnya di TU gue bisa menemukan kebenarannya.
“Eh, Ja. apa kabar kamu?” tiba-tiba suara Mbak Yanti mengagetkan gue.
“Mbak Yantiii.. ah kabar baik Mbak, Mbak sendiri gimana kabarnya?”
“Alhamdulillah baik Ja. Kamu lagi ngapain disini?”
“Ada kerjaan dekat desa sebelah, jadinya pas pulang mampir dulu kesini mbak, kangen juga sama kampus. Hahaha.”
“Nah, gitu dong. Masih inget sama kampusnya.”
“Ya nggak mungkin juga aku lupa Mbak. Hehe. Mbak mau nanya dong. Mahasiswa S2 dari sini ada yang namanya Fahri Mustakim nggak sih Mbak?”
“Oh ada kok. Emang kenapa? Kamu kenal sama dia?”
“Haha nggak Mbak. Nanya aja.”
Ternyata benar kata Rinda tempo hari. Pacarnya si Dwina itu ada dijurusan yang sama dengan gue. Haha. Tapi nggak apa-apa lah ya. Toh si Dwina nggak keberatan juga dekat sama gue. Gue berjalan-jalan disekitaran kampus. Gue bertemu Benu dan Shella. Gue juga bertemu dosen kesayangan gue, Bu Ratna. Bu Ratna juga terlihat lebih senang karena melihat gue lebih rapi dengan rambut tertata, pakai kemeja rapi walaupun nggak dimasukin, celana jeans dan sepatu sneakers.
Pulangnya gue sempat mampir ke kontrakan Dwina. Dia tinggal sendiri disana. Kontrakannya ini rumah bertipe 36. Disana gue melihat ada foto dia dengan pacarnya itu.
“Itu pacar lo ya Win?” tanya gue.
“Hehe, iya Kak. Kenapa? Nggak sesuai bayanganmu ya?” jawab Dwina meledek.
“Haha, agak kebanting sih.”
“Semua temanku juga bilang gitu kak.”
“Serius? Hahaha. Anjir parah amat.”
“Tapi aku sih santai-santai aja. Hehehe. Sayang aja dia cuek orangnya kak.”
“Oh iya? Haha. Kesian amat lo ya.”
“Yah begitulah kak.”
“Terus lo sendirian aja gitu kalau disini?”
“Aku ngontrak disini juga yang bayarin dia kak. Dia suka pulang kesini kok.”
“Hoo gitu ya.”
“Iya kak. Dan kami udah tunangan kak.”
Dia lalu menunjukkan cincin tunangannya di jari manis sebelah kiri. Gue sempat kaget. Tapi gue kalem aja dulu.
“Lah beneran udah tunangan ya lo? haha.”
“Iya kak. Maafin aku.”
“Lah kenapa minta maaf ke gue?”
“Aku sempat berpikir ulang tadinya buat tunangan sama dia. Karena ya itu tadi, orangnya cuek banget soalnya. Aku mau kerja nggak boleh sama dia. Kan jadi percuma juga aku udah susah-susah kuliah selama ini kalau ilmunya nggak kepake sama sekali.”
“Iya sih sayang banget. Mana lo kan lulusnya telat tuh.”
“Aku tadinya sangat bersedia kalau kamu mau coba sama aku kak. Dan aku siap kok buat batalin tunangan aku.”
“Apaan? Nggak gitu juga kali Win. Masa mau batalin tunangan gara-gara gue? gila kali lo. haha.”
“Iya beneran kak. Aku emang udah pikirin itu masak-masak. Tapi ternyata kamunya juga biasa-biasa aja.”
“Gue ada rasa sedikit sama lo. apalagi sekarang udah bubaran gue Win sama pacar gue gara-gara LDR. Tapi ya nggak serta merta gue langsung mau ngejar lo yang udah punya tunangan.”
“Kamu putus kak? Sayang banget ya. Padahal udah bertahun-tahun ya?”
“Iya bener. Hehe. Namanya nggak jodoh mau gimana lagi.”
“Iya sih.”
Kami saling bertatapan lama sekali, sampai akhirnya Dwina pindah duduk kesebelah gue dan memeluk gue dari samping kiri gue. gue nggak membalas pelukannya. Gue hanya diam saja ketika itu. Sampai akhirnya Dwina menarik dagu gue agar menoleh ke arahnya. Lalu gue langsung dicium sama dia. Gue sama sekali nggak membalas ciumannya.
Gue terlalu takut. Gue udah males pada dasarnya membina hubungan serius dengan siapapun saat itu. Walaupun gue memang punya misi untuk menemukan orang yang tepat untuk gue. Akhirnya gue pun luluh dan mengikuti permainannya. Dwina makin liar. Padahal ini diruang tamu bukan dikamar. Haha.
Dia menciumi leher, muka, pipi. Tapi kami nggak membuka pakaian sama sekali. Hanya pegang sana sini aja. Raba sana sini aja. Sampai berakhir dengan pertemuan rocky pertama kali dengan Dwina. Dwina ternyata udah ahli soal memperlakukan rocky. Karena terlatih sama punya si tunangannya kali. Haha.
“Telen Win, biar sehat.” Kata gue.
Dwina mengangguk, dan setelahnya dia yang merasa terpuaskan.
“Kak, lanjut yuk.”
“Ooops. No. gue nggak mau Win.”
“Kenapa?”
“Nggak, gue nggak bisa Win.”
“Trauma?”
“Bukan. Gue nggak mau kayak gini sama tunangan orang. Takut kualat ntar.”
“Haha, kok kamu cupu banget kak?”
“Nggak apa-apa gue dikata cupu, tapi plis Win, gue nggak mau. Ok?”
“Hmm. Yaudah deh. Tapi makasih ya kak. Udah ngenalin dia (nunjuk rocky) ke aku.”
“Ehmm. Sama-sama Win.” Kata gue sambil senyum.
Gue lalu mengkonfirmasi dan meyakinkannya untuk tetap melanjutkan pertunangannya dengan Fahri itu. Gue nggak mau mengganggu hubungan orang. Apalagi Fahri ini kan udah berjuang dan membuktikan rasa sayangnya untuk Dwina dengan cara berani mengikatnya ke sebuah ikatan yang lebih serius. Pada akhirnya setelah gue pamitan dari kontrakan Dwina, gue nggak pernah lagi bertemu dengan dia, tapi sesekali chat tetap ada.
--
Lain hari, gue cek Grup Facebook Himpunan dan ternyata ada balasan. Tanaya Iskandar yang jadi perhatian gue. Ternyata dia juga penggemar Laruku (nama singkat dari L’arc~en~Ciel). Dia juga me-mention teman-teman, sepertinya seangkatan dia juga. Awalnya sebelum gue membalas postingan dia, gue klik dulu dong profilnya. Ternyata yang namanya Tanaya ini lumayan juga kalau dilihat mukanya di halaman Facebooknya. Haha. Tapi ya itu, gue nggak terlalu percaya 100% mukanya sama kalau nggak liat aslinya dulu. Dan gue nggak ada juga niatan untuk menambahkannya sebagai teman.
Tapi ada satu orang yang sangat menjadi perhatian gue saat itu dari balasannya. Dia menyatakan penggemar berat band jepang yang juga gue suka banget, the GazettE. Apalagi dia menyatakan suka Visual Kei atau Vkei juga. Pada saat itu juga dia sedang suka dengan OOR alias One Ok Rock yang malahan gue belum terlalu tau musiknya seperti apa.
Gila, selama ini gue dikampus dari awal tingkat satu dan membentuk perkumpulan bernama Nihon Club Kampus yang dulu gue dirikan sebagai wadah para pecinta musik jepang terutama Laruku, sampai berakhir saat ini isinya malah diluar dari tujuan utamanya, yaitu malah ngumpulin anak-anak nerd pecinta komik atau anime yang umumnya disebut otaku, gue nggak pernah sama sekali nemu anak kampus gue suka lagu-lagu jepang. Paling banter ya Laruku, atau soundtrack-soundtrack anime.
Tapi ini? VISUAL KEI!!!! Anj*ng! Fix ini anak langka banget. Jarang banget gue nemuin anak-anak yang katanya suka lagu jepang, tapi nggak dimulai dari suka Laruku duluan. Eh ini sekalinya ada dari kampus sendiri, satu jurusan sendiri, malah sukanya Vkei. Asli, ini super rare banget. Gue terlalu senang melihat apa yang gue lihat sekarang.

Band Visual Kei dengan Skill aduhai, Versailles Philhamonic Quintet
Anak ini harus langsung gue jadikan teman. Gue pun berinisiatif duluan untuk Add as Friend. Gue pun menunggu aja. Harusnya sih nggak lama ada konfirmasi. Tapi gue sempat berpikir, kan gue nanyanya suka Laruku. Anak-anak yang suka dengan Visual Kei itu sangat segmented dan sedikit alay biasanya kalau di komunitas, entah kenapa.
Mereka suka jadi elitis nggak jelas dengan mengagungkan kebesaran dan kekerenan band pujaan mereka, plus menghina selera musik orang lain. Apalagi yang cewek-ceweknya tuh. Bangga banget kayaknya bisa suka musik-musik rock kencang (tapi nggak metal banget waktu itu) ala visual kei dengan dandanan yang unik-unik gitu. Dan kemungkinan juga karena gue dipikirnya suka Laruku doang, anak ini jadi nggak minat untuk berteman dengan gue. tapi yaudahlah nggak apa-apa.
Gue melanjutkan aktivitas gue dengan banyak aktif di twitter. Gue seperti biasa ngoceh-ngoceh suka-sukanya. Dewi dan Uun terus aja kepingin di notice oleh gue. Gue yang udah males balas chat mereka karena sok kepedeaannya mereka itu, jadi mengejar gue di sosial media. Ya makin gue cuekin lah jadinya. Hahaha. Uun ini juga makin hari makin halu aja kalau kata orang sekarang. Dia suka menyapa gue dengan me-mention gue di twitter. Kadang membalas omongan-omongan gue di twitter. Tapi gue tanggepin? Ya nggak lah. Haha. Tapi gue dengan Nindy komunikasinya lancar, via chat biasa. SMS sih lebih tepatnya. Haha. Karena gue juga belum pernah ketemu dengan Nindy sama sekali.
Sekitar satu minggu kemudian gue baru di confirm oleh dia. Wah ini sangat menyenangkan. Gue melihat profilnya, tapi isinya kok galau semua ya statusnya di facebook. Membosankan juga karena nggak banyak isi facebooknya tentang band-band visual kei, terutama the GazettE. Ada sih beberapa, seperti memajang foto bassistnya the GazettE, Reita, atau satu band full. Tapi selebihnya ya gitu-gitu aja. Membosankan. Saat itu dia memakai foto profil badan dia yang difoto dari belakang, memakai baju warna merah. Jadi mukanya nggak keliatan.

Reita the GazettE
Akhirnya gue berinisiatif untuk menyapanya duluan. Intinya sih terima kasih udah approve gue sebagai teman. Sebagai awal mula percakapan, gue menanyakan apakah dia mengetahui keberadaan organisasi bernama Nihon Club Kampus, yang mana dulu pernah gue buat bersama teman-teman gue, sekitar sembilan tahun lalu dari waktu itu ya. Kemudian dia membalas katanya ikutan juga. Wah senang banget gue, ternyata organisasi yang gue dirikan masih eksis. Hehehe. Tapi kata dia, dia nggak pernah dijarkom untuk sekedar kumpul dan segala macamnya. Malah dia mau bikin komunitas baru dikampus. Ya nggak apa-apa juga ya kan.
Gue sangatlah terkejut ketika dia nanya soal cover facebook gue. Saat itu gue memakai cover di facebook ketika gue lagi manggung di acara Radio Kota, sekitar dua tahun lalu, yang mana itu adalah panggungan terakhir gue. Kok dia bisa tau? Hahaha. Anj*ng ini sodara-sodara! Mungkin dia pernah nonton gue kali ya? Entah lah.
Ngobrol dengan anak ini jadi berasa ngobrol sama teman lama yang udah lama nggak ketemu aja rasanya. Excitement gue terhadap anak ini sangatlah besar walaupun gue belum pernah ketemu dengannya. Mukanya dia di facebook juga nggak pernah dipajang secara langsung. Kebiasaan anak yang suka jepangan nih. Suka nggak mau majang muka. Haha. Mungkin karena mukanya suka aneh-aneh kali bentuknya.
Anak ini juga asyik banget diajak ngobrol, kenapa? Ya karena nyambung pake banget bahasannya. Terutama urusan jepang-jepangan ini. Apalagi dia juga nggak ragu untuk nanya balik gue, yang mana itu sangat jarang gue temui ketika chat dengan siapapun sebelum dia. Kalau nggak ada kalimat tanya dari gue, biasanya selesai sudah chatnya.
Emilya R Oktariani.
Itulah nama Facebook cewek ini.
itkgid dan 34 lainnya memberi reputasi
35
Tutup