Kami menjaga bapak bergantian di puskesmas, namun emak selalu di sana. Entah kenapa, bapak tidak mau ditinggal oleh emak.


Sepeninggal orang orang rumah, hanya aku dan omeng kucingku yang tersisa di rumah ini. Sepiiii sunyiiii senyap.

Selama ini aku mengira akan baik baik saja jika sendirian dirumah. Sekalipun ini rumah banyak banget bekas jimat jimat dari pemilik sebelumnya. Mungkin ada beberapa yang belum ditemukan. Ah... Aku saja malas mencarinya, toh tak percaya sedikitpun.

Baring dan bermain bersama omeng. Sesekali melihat layar hp takut emak menghubungiku.


BRAKKKKKKKKKKKKKKK......

Bunyi nyaring hingga mengagetkan omeng sampai ia melompat, menggeram dan mendesis.

Aku yang berusaha menenangkan omeng. Ku elus dia agar tidak lagi menggeram.

Sekali lagiiiii.....

BRAKKKKKKKK...

OUH DUA PIKIRKU....


DAN LAGIIIIII...
OMENG MENDESIS DAN MENGGERAM MELIHAT KEARAH LANGIT LANGIT RUMAHKU.


Aku tidak keluar dari rumah, hanya di ruang tamu dan tidak masuk kedalam kamar. Kubiarkan omeng menggeram...

Namun makhluk makhluk itu merayap di genteng dan menimbulkan suara.

Sungguh aneh pikirku, bapak sudah tidak disini tapi mereka masih mengirimi barang gak guna.

Aku bersiap membaca beberapa ayat, ya ya ya....
Kamu tau...
Mereka makin marah...

Jdak jdak.... Trak trakkk... Suara suara pijakan, pukulan, loncatan di genteng rumah.

Tak ada hujan...
Tak ada angin...
Mereka mulai berang terhadapku...

Lagi....
Aku membacakan surah pendek yang kuyakini,dan ayat kursi.

Mulai tenang....

Mereka tidak bisa masuk kedalam rumah.
Mereka hanya merayap, loncat loncatan, duduk, berdiri diatas genteng rumahku.

Senyappppp... Tak ada tanda tanda nya lagi.

Keesokan harinya, aku bercerita kepada emak.

Tanggapannya banyak banyak berdoa, baca, shalat dan berserah diri.

Aku yang melihat bapakku terbaring lemah di kasur bewarna biru pucat, rasa iba dan tak tega. Namun sudah berusaha untuk membuatnya agar sembuh.

Kami menunggu keputusan puskesmas untuk rujuk ke RS yang lebih besar.tidak ada perkembangan setelah 3hari disini.

Kondisi Bapak masih sama.

Perlu kalian tau, makhluk makhluk yang di genteng itu kenapa tak kuhajar saja. Terlalu beresiko jika sendirian, mereka hanyalah jin rusuh, suruhan dukun.

Dan aku sudah membentengi setiap sudut rumah. Iyah di atas juga aku lemparkan kerikil yang telah kudoakan.

Beberapa hari kemudian, aku lihat mereka menutup rumah dengan rapat. Usut punya usut salah satunya sakit.

sayangnya aku terlalu lega karna hal ini. Ternyata malah lebih parah setelahnya.



Sebuah kalimat yang selalu diucapkan emak untuk ku. Serahkan semua ke yang atas nduk. Kita usaha.
Iyah mak...
Terimakasih