awakdheweAvatar border
TS
awakdhewe
[Rumah makan Berpenglaris]
Walau sugeng tinggal daerah diperkotaan yang tergolong maju dan modern, hal itu tidak merubah tradisi budaya yang masih dianutnya dan dipegang teguh oleh keluarganya. Salah satunya tentang kebathinan.

Sugeng termaksud anak yang soleh, rajin beribadah dan berzikir, tidak ada satupun waktu solatnya yang bolong. Setiap malam sebelum tidur sugeng selalu duduk bersila sambil melantunkan ayat suci alquran yang dilanjutkan dengan bermeditasi selama beberapa saat sebelum merebahkan diri untuk tidur.

Sugeng sekolah disalah satu sekolah negeri yang dekat dengan rumahnya, disekolah sugeng memiliki banyak teman, salah satunya sering bergaulnya adalah Ningsih, Ningsih adalah sosok teman yang telah ia kenal lama, sejak di bangku kelas SMP dan masih melanjutkan disekolah yang sama. 

Setiap pulang sekolah sugeng selalu pulang bareng temannya ningsih. Hari itu ningsih meminta sugeng menemani kepasar untuk menemui ibunya yang berjualan untuk mengambil kunci rumah yang lupa diberikan ke ningsih sewaktu pagi tadi. Karena mempunyai kebathinan sugeng selalu merasa pusing dan sedikit mual jika sudah mulai masuk kepasar dan memilih untuk tidak berlama-lama dipasar. Sugeng sendiri dapat melihat dan merasakan kalau pasar bukan hanya di ramaikan oleh manusia namun juga oleh kalangan jin.Sugeng yang dapat merasakan sosok-sosok yang dipakai pedagang untuk menglariskan dagangannya. Memilih untuk cuek dan tidak mempir di toko tersebut. Setelah memasuki pasar Sugeng pun melihat para pedagang yang sibuk melayani pembeli, begitu juga pengalaris yang berusaha menarik pembeli. Tak lama ningsih pun berhenti dan masuk kesalah satu rumah makan. Sugengpun sudah tau bahwa itu rumah makan milik orang tua ningsih. Namun kini lebih besar dan ramai dibanding beberapa tahun lalu. rumah gempet yang  yang dahulu terbagi dua, kini telah menjadi satu, dan tempatnya menjadi semakin luas. Walau demikian sugeng tidak merasa aneh, dan tidak melihat adanya sosok-sosok penglaris seperti toko-toko lain. Tanpa menunggu lama Ningsih mengambil kunci dari ibunya dan segera pamit pulang. 

Segera sesampainya di persimpangan gang, ningsih dan sugeng pun berpisah dan pulang kerumah masing-masing. Rumah ningsih dan sugeng tergolong berdekatan hanya berbeda gang. Seperti biasa sugeng yang lebih awal pulang selalu sendiri dirumah, orang tuanya sering tidak berada dirumah berhubunga ayahnya sering dinas beberapa hari dikota lian sedangkan Ibunya memilih bekerja disalon daripada tetap dirumah. Namun beruntung selama 5 tahun terakhir ini mereka dapat menetap cukup lama di kota ini yang biasanya harus pindah setiap 2-3 tahun sekali karena pemindahan tugas ayahnya.

Setiba dirumah, sugeng memilih menggunakan waktunya untuk bersih-bersih rumah. Selepas itu , sugeng masih memiliki banyak waktu luang, dia memilih untuk duduk bersila dan berzikir dibandingkan pergi bermain seperti anak-anak kebanyakan, sembali menunggu orang tuanya pulang.

Sewaktu berzikir sugeng terbayang dengan rumah makan orang tua ningsih yang tadi dikunjunginya, tidak disangka usaha rumah makan orang tua ningsih berkembang dengan sangat pesat, dibanding pertama kali saat dia datang kekota ini. Yang semula terlihat kumuh dan sepi pembeli. Tanpa menaruh rasa heran karena saat  kesana tadi dia tidak melihat adanya sosok pengaliris yang dipakai. Namun dia malah keheranan dengan rumah makan dan toko-toko makanan lain yang berada di dekatnya yang tidak seramai itu, walau dia melihat banyak sosok-sosok penglaris yang dipakai. Tak ambil pusing dengan masalah itu sugeng pun berkata dalam hati" mungkin itulah rezeki, sudah ada yang atur". 

Keesokan harinya sugeng disekolah mendapat tugas kerja kelompok yang beranggotakan 4 orang. Kebetulan sugeng satu kelompok dengan ningsih dan dua teman lainnya yang bernama Adit dan Rara. Mereka semua setuju untuk mengerjakan tugas kelompok ini dirumah ningsih selepas pulang sekolah. Selepas Bel pulang berbunyi, mereka berempat segera berkumpul untuk segera mengerjakan tugas kelompoknya dirumah ningsih yang kebetulan paling dengan daerah sekolah. Sesampainya dirumah ningsih, Suasana terasa sepi dan sunyi. "Ningsih, koq sepi banget rumah kamu" Ketuq budi yang sedari tadi memandang sekitar rumah ningsih, yang memang hanya dia sendiri dirumah yang cukup besar berlantai 4 ini. "iya, bud, emang lagi gk ada orang pada lagi kerja semua". Sahut Ningsih. Kami pun segera masuk kedalam rumah yang terbilang cukup mewah. "Langsung naik ke lantai 3 aja ya, gw mau buat minum dulu". Kata Ningsih. mereka segera naik kelantai 3 , sedari berjalan menaiki tangga, sugengpun melihat ada sosok hitam bertubuh besar yang sedang berdiri disamping tangga. Sontak sugeng pun kaget karena ini bukanlah sosok penghuni rumah pada umumnya. Sugengpun berdoa dalam hati memohon perlindunganNya. Budi yang melihat gelagat sugeng pun bertanya "Sugeng lo kenapa? komat kamit gk jelas gitu !"."Gapapa bud". Sahut sugeng, dengan maksud tidak ingin membuat temannya takut. Sesampainya dilantai 3 budi, rara dan sugeng memilih menunggu ningsih sembari duduk dikursi yang ada. Tidak lama kemudian Ningsihpun naik dengan membawa beberapa makanan ringan dan Minuman soda. Mereka segera memulai kerja kelompoknya tanpa berbasa basi lagi. Hari sudah mulai sore, Sugeng berkata"solat dulu yuk". Tanpa banyak kata, budi dan rara langsung berdiri dan berjalan mengikuti sugeng untuk ambil wudhu dan solat. Sugeng pun berkata" Ningsih, gk solat dulu". "gw nanti aja nanggung ni udah mau kelar".

Setelah solatnya selesai mereka bertiga pun kembali untuk melanjutnya kerja kelompok bersama ningsih yang sedari tadi asik mengerjakanya sendiri. "Ningsih gk solat dlu" kata Rara, Ningsuh pun berkata sembari masih asik mengerjakan"Enggak deh, nanti aja". Tanpa ambil pusing kamipun melanjutkan kerja kelompok. Hari mulai gelap dan jam menunjukan pukul 6, kami bertiga pun mohon pamit, sedari mau melewati tangga tadi, sugeng merasa sosok hitam tersebut masih berada ditempat tadi, malah makin banyak sosok-sosok lain yang hadir. Mungkin karena suasana rumah yang sepi pikir sugeng. Tanpa ambil pusing sugeng pun turun, kali ini sosok hitam tersebut melihat dengan pandangan mata tajam ke arah sugeng. budi dan lara juga ikut merasa merinding. Sepertinya sosok itu sedang marah, sugeng tidak tau sebabnya segera turun dan buru-buru turun dan segera pulang. 

Namun tugas yang belum kelar membuat sugeng harus kerumah ningsih lagi besok selepas pulang sekolah. Malam ini sugeng terus kepikiran dengan sosok hitam tersebut. Karena tidak mau ambil pusing sugeng memilih untuk berdoa dan berzikir. 

Eesokan harinya tepat hari jumat, ningsih berkata"tugas kelompok hari ini ditunda dulu ya". Sontak budi pun bertanya"kenap ning?". "Mama ama papa dirumah, takut ganggu mereka".Sahut Ningsih.
sugeng pun berkata"oke deh ning, gpp besok aja kita kerjain, kan masih ada waktu sampai hari senin". tanpa banyak bicara budi dan rara ikut setuju dan memilih pulang kerumah masing-masing.Keesokan harinya selepas pulang sekolah mereka pun berjalan menuju rumah ningsih untuk melanjutkan mengerjakan tugas kelompok. Namun hari ini suasana rumah terasa berbedah. Ketika memasuki pintu masuk budi, rara dan sugeng langsung mencium aroma wewangian bercampur baur anyir darah. Budi pun berkata" Ning, ini bau apaan?", Ningsihpun diam saja. Sugeng yang sudah paham dengan hal ini, memilih untuk diam aja. Dalam benaknya sugeng berkata "ritual apa yang dibuat ama orang tua ningsih", Rara juga merasa terusik dengan wewangian ini, dan berkata"Ning, ini apaan si, gw gk kuat malah ada bau anyir banget lagi". Karena terus didesak Ningsih pun menjelaskan bahwa itu ritual orang tuanya beberapa tahun terakhir ini. Dia juga tidak tau apa maksud dan tujuan ritual itu dilakukan. Sugeng yang memiliki kebathinan melihat dan meraskan banyaknya makluk gaib yang berdatangan kerumah ini. Ningsih yang tidak bermaksud membuat temannya risau, memberi saran untuk mengerjakan tugas kelompok, dikamarnya dan berkata"Guys kita ngerjain dikamar aku aja hari ini, dikamar aku gk ada bau kok". Tanpa banyak berbicara ningsih menuntun mereka menuju kamarnya di lantai 3 dan benar saja apa yang dirasakan sugeng, sejak dilantai 2 dan 3, sugeng melihat banyak sekali makluk gaib yang berkumpul menikmati wewangian itu dan baunya semakin kuat dan menyengat. Dan betul saja yang dikatakan Ningsih bahwa baunya tidak sampai masuk kekamarnya kalau masuk bisa gawat, kata sugeng dalam hati. "Ning, lo mesti rajin-rajin solat", kata sugeng, Namun spontan sugeng kaget melihat sosok hitam besar yang kemarin kembali menatapnya dengan mata tajam merah seakan mau menerkamnya. Munculnya entah darimana, yang tidak kelihatan saat menaiki tangga tadi. Tidak mau membuat suasan kacau, sugeng segera berpaling dan mengucap istifar dalam hati sebanyak-banyaknya. Ketika sampai dikamar Ningsih, mereka bukan mengerjakan tugasnya malah kepo dengan ritual yang dilakukan orang tua ningsih. "Ning, kamu beneran gk tau ritual itu untuk apa?" tanya budi karena penasaran, Budi berusaha memaksa ningsih, Namun apa daya ningsih memang tidak tau apa yang sedang dikerjakan orang tuanya. "gw gk tau, sumpah. pas gw tanya ma, pa lagi gapain sih bakar-bakar begituan, Mereka bilang kamu diam aja, gk usah banyak tanya". lalu semenjak itu ningsih cuek dengan ritual yang dilakukan oleh orang tuanya tanpa pernah bermaksud untuk mencari tau lagi. "kalian penasaran ya, ayuk ikut aku kelantai atas , ritualnya mereka lakukan di sana". tanpa berpikir panjang Budi dan rara yang penasaran langsung mengikuti ningsih ke lantai 4. Sugeng yang paham hal seperti ini memilih untuk diam dan tidak ikut campur karena takut kena imbasnya. Benar saja sesampai dilantai 4, diletakan beberapa bungkus bunga kembang, dupa dan semangkuk air hitam yang ternyata adalah darah ayam cemani. Suasana terasa sangat berbeda dan terasa energi yang sangat kuat. Sugeng yang merasakan energi yang sangat kuat berwarna merah gelap dan melihat sesosok makluk yang tidak seharusnya berada ditempat ini. Makluk ini berbeda dengan jin yang sebelumnya,makluk ini memiliki level dan tingkatan yang berbeda dengan jin yang selama ini dilihat orang sugeng dan juga bukan jin yang dilihatnya ditangga kemarin.

Sosok itu ternyata serupa iblis, dengan perwujudtan, kepala botak, memegang trisula, dengan kulit berwarna merah dan badanya tegap berotot, walau badanya tidak terlalu besar dan tinggi seperti maklum hitam ditangga. Budi dan rara walau tidak dapat melihat, mereka juga ikut merasakan suasana itu, yang mulai merasa risih dan ingin cepat-cepat turun kebawah. Sugeng yang sudah tidak kuat memilih untuk turun duluan. Diikuti budi, rara dan ningsih. Dari sana Sugeng pun paham dengan ritual apa yang dilakukan orang tua ningsih. Dengan maksud baik sugeng pun berkata kepada ningsih saat berada dikamarnya"ning, kamu kudu minta orang tua mu berhenti ngelakuin ritual begini, tidak baik itu musrik namanya". Ningsih pun berkata"iya geng, aku tau, cuman aku gk bisa ngelarang mereka, mereka itu orang tua aku". Seharian itu bukannya mengerjakan tugas kelompok kami malah disibukan untuk membahas ritual itu. Hingga tidak terasa sudah sore dah kami pun segera pamit pulang. Tak lama kemudian tiba-tiba Rara jatuh dan benar saja dia kerasukan, dengan mata tajam menyorot kearah sugeng, dan berkata "kamu jangan ikut campur, ini bukan urusanmu, kamu tidak tau sedang berurusan dengan sapa heeheeheeheee". Segera itu budi dan sugeng panik, Ningsih yang masih berada dipintu depan rumahnya pun segera menghampiri kami sembari berkata "bawa masuk kerumah ku aja",  sambil memopong rara yang masih kerasukan dan lunglai lemas hanya saja matanya yang melotot ke atas,  Ningsih pun berkata "kalian tunggu sebentar ya, aku panggilin ustad  jiim dlu", karena dalam kondisi itu, kami pun segera mengiyakannya tanpa berleha-leha ningsih bergegas lari. Lima belas menit kemudian Ningsih kembali dengan membawa seorang ustad dan segera masuk untuk menolong rara, "Assalamualaikum" ucap ustad tersebut, kami pun menjawab "Wallaikumsalam", Ningsih diminta mengambil segelas air dan dibacakan berapa doa lalu diminumkan kepada rara, sesegera itupun rara sadar. mereka pun berucap"alhamdullirah", sugeng pun berkata" untung gk kenapa-napa ya".
Lalu selepas itu Ustad pun membuka percakapan"ini kenapa, koq bisa sampai kerasukan lagi" . Ningsih pun bercerita kronologinya dan pada inti ceritanya mereka cuma liat sesajen ritual aja di atas. Budi dan Sugeng pun heran karena pak ustad berkata "lagi" yang berarti bukan kali ini saja terjadi. "Ning, emang ada yang pernah kerasukan juga ya selain rara". "iya bud, lu tau kan si Roni pacar gw itu dulu, dia juga pernah kerasukan, cuman semenjak itu dia gk mau main lagi ke tempat gw". Sontak kami pun kaget mendengar cerita ningsih, Lalu pak ustad berkata"neng, kamu jangan bawa teman macem-macem deh, bahaya itu tempat kamu banyak makluk halusnya", "iya pak, maaf ngerepotin lagi", Sahut Ningsih, Sugeng pun kaget ternyata ningsih udah tau kalau tempatnya banyak penghuni astralnya. Setelah itu pak ustad meminta mereka mengantar rara pulang jangan dikasih pulang sendiri takutnya kenapa-napa lagi. Sugeng dan budi pun menuruti kata pak ustad dengan mengantar rara pulang, tak terasa sudah pukul 7 sesampai dirumah rara, budi dan sugeng segera berpamitan dan berpisah karena rumahnya berlawan arah. 

sekembali dirumah sugeng segera mandi dan solat, lalu berbegas menelepon teman kelompoknya, mengingatkan bahwa tugas harus segera dikumpul besok dan tidak ada waktu lagi untuk mengerjakan bersama. Jadi sugengpun memilih untuk menyelesaikannya sendiri hingga larut malam. Keesokan harinya rara dan budi mulai menjaga jarak dengan ningsih, karena takut dengan kejadian semalam. Sugeng yang menyadari hal tersebut tidak bisa berbuat banyak

Siang harinya Sesudah pulang sekolah, sugeng segera pulang kerumah dan disiang itu, ayahnya telah berada dirumah, kembali dari dinas kerjanya. ayahnya duduk disofa depan sambil memainkan handphone, sembali berkata kepada sugeng"geng, ayah dapat promosi jabatan, jadi kepala regional di daerah lain, jadi minggu depan kita mesti pindah lagi, gapapa kan". "iya pah,gpp sugeng ngerti koq urusan kerja papa", "Makasi geng, kamu memang anak pengertian, tadi papa juga udah ngomong ama mama , dan mama udh setuju". Jawab ayahnya

Beberapa minggu kemudian sugeng dan keluarganya pindah ke daerah lain. Setelah beberapa tahun kemudian, ayahnya mendapat promosi dan kembali kota ini, dan iya mengunjungi ningsih, namun sepertinya mereka sudah pindah. Karena penasaran sugeng pun bertanya ke tetangga sekitar, betapa kagetnya sugeng mendengar cerita tetangga depan rumah ningsih, bahwa ayah dan ibu ningsih telah meningkar, dan ningsih sekarang tinggal di rumah neneknya yang cukup jauh dari sekolahan, setelah mendapat alamat lengkapnya, sugeng pun merasa iba dengan kejadian yang menimpah ningsih, temannya sedari Smp, sugeng pun memutuskan untuk melihat kondisi ningsih sekarang dirumah neneknya, sesampainya sugeng di sebuat rumah yang berada didaerah perdesaan sesuai dengan alamat yang diberikan itu, sugeng pun segera menuju rumah itu. "assalamuailaikum, permisi "ucap sugeng, lalau disahut "wallaikumsalam" oleh seorang nenek tua, yang dirasa sugeng merupakan neneknya ningsih. "Permisi nek, apa betul ini rumahnya nenek ningsih?" , "iya betul, saya neneknya ningsih, ada perlu apa ya den? ", jawab nenek ningsih, sembari bertanya kembali kepada sugeng, "ningsihnya ada nek? " tanya sugeng 
"maaf atuh den, ningsih sudah meninggal", katanya nenek ningsih
Spontan sugeng kaget bukan kepalang mendengar apa yang dikatakan nenek ningsih
Lalu nenek pun bertanya "aden ini siapa dan ada perlu apa? "
Sugeng lalu bercerita dan memberitahukan maksud dan tujuannya datang kemari, tidak lama kemudian nenek ningsih menceritakan penyebab meninggalnya ningsih, yang katanya karena stress dan sakit sepeninggalan orang tuanya. Nenek ningsih juga tau sebab kematian anak itu, lalu ia menceritakan kalau ayah dan ibu ningsih, setelah sekian lama membuka rumah makan tapi usahanya sepi dan merugi, sehingga mereka mencari bantuan dan cara instan untuk cepat membuat usahanya berkembang, tanpa berbekal pengetahuan akan akibatnya, mereka mencari orang pintar, dan tanpa tau apa pun malah terjalin sebuah perjanjian dengan iblis yang berakibat fatal, Nenek ningsih berkata kalau ningsih bercerita sebab musabab awal kejadian ini terjadi, saat orang tuanya mulai sadar untuk menghentikan ritual itu yang dilakukan setiap hari jumat, namun naas, perjanjian sudah berjalan, Manfaat sudah didapatkan, keingginan untuk berhenti dan kembali ke jalan yang benar baru muncul namun perjanjian tetap perjanjian yang dilanggar ternyata harus dibayar dengan nyawa.

Tamat,
Akhir kata penulis mohon maaf apabila ada kesalahan kata dalam penulisan
Terima kasih 
tata604
lina.wh
herry8900
herry8900 dan 9 lainnya memberi reputasi
10
3K
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Tampilkan semua post
kkjavuAvatar border
kkjavu
#4
Quote:


Bedahnya korin ama roh apa gan?
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.