yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2
Selamat Datang di Thread Gue 



Trit Kedua ini adalah lanjutan dari Trit Pertama gue yang berjudul Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 1 . Trit ini akan menceritakan lanjutan pengalaman gue mencari muara cinta gue. Setelah lika liku perjalanan mencari cinta gue yang berakhir secara tragis bagi gue pada masa kuliah, kali ini gue mencoba menceritakan perjalanan cinta gue ketika mulai menapaki karir di dunia kerja. Semoga Gansis sekalian bisa terhibur ya


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI GANSIS READER TRIT GUE. SEBUAH KEBAHAGIAAN BUAT GUE JIKA HASIL KARYA GUE MENDAPATKAN APRESIASI YANG LUAR BIASA SEPERTI INI DARI GANSIS SEMUANYA.


AKAN ADA SEDIKIT PERUBAHAN GAYA BAHASA YA GANSIS, DARI YANG AWALNYA MEMAKAI ANE DI TRIT PERTAMA, SEKARANG AKAN MEMAKAI GUE, KARENA KEBETULAN GUE NYAMANNYA BEGITU TERNYATA. MOHON MAAF KALAU ADA YANG KURANG NYAMAN DENGAN BAHASA SEPERTI ITU YA GANSIS


SO DITUNGGU YA UPDATENYA GANSIS, SEMOGA PADA TETAP SUKA YA DI TRIT LANJUTAN INI. TERIMA KASIH BANYAK


Spoiler for INDEX SEASON 2:


Spoiler for Anata:


Spoiler for MULUSTRASI SEASON 2:


Spoiler for Peraturan:


Quote:


Quote:


Quote:

Quote:

Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 03:31
totok.chantenk
al.galauwi
nacity.ts586
nacity.ts586 dan 78 lainnya memberi reputasi
77
283.9K
4.2K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#2408
Kejutan Terbaru
Gue berusaha untuk selow aja dulu melihat keadaan kayak gini. Udah biasa dibombardir chat macem begitu kalau lagi ribut – ribut mah. Tapi ada kabar dari Anis juga itu yang bikin gue agak teralihkan perhatiannya. Tapi gue akhirnya memutuskan untuk bermalam aja dulu disini. Toh juga kalau gue memaksakan pulang, keadaan jalan pasti masih sangat macet. Maklum malam minggu kan.

Paginya gue terbangun lebih dulu daripada Anin. Anin meringkuk didekat gue karena emang dingin banget cuaca waktu itu. Gue kembali menyelimutinya lagi. Gue melihat orang yang berbeda banget. Gue sempat mengingat bagaimana gue sangat membenci orang yang didepan gue ini saat itu. Tapi saat ini ada sedikit perasaan untuk mendapatkan hatinya. Sayang cinta gue ke Dee udah terlalu besar. Terlepas dari friksi-friksi yang cukup sering terjadi diantara kami.

Hati gue jadi serba bingung dengan kata-katanya semalam. Apa iya gue hanya menginginkan seorang pendamping dilihat dari luarnya aja sehingga mengorbankan keinginan dan kebutuhan hati gue yang ingin lebih dari sekedar wujud luar saja? Gue bertanya-tanya dalam hati dan gue masih menemukan jalan buntu dalam pencarian jawaban ini. Menurut gue emang dari pengalaman, cewek-cewek cantik yang ada disekeliling gue tidak bisa benar-benar memenuhi kebutuhan gue. apa yang gue perlukan, tidak bisa benar-benar mereka penuhi semua.

Apa gue harus mencari pasangan yang biasa-biasa aja, tapi bisa memenuhi semua kriteria gue? Apa gue harus mengorbankan satu kriteria, cantik & manis banget, demi bisa mendapatkan apa yang benar-benar gue butuhkan? Apa iya gue siap untuk menerima cewek-cewek biasa aja, tapi memiliki keistimewaan yang gue butuhkan? Karena gue sudah sangat terbiasa dengan keadaan berada disekitar cewek-cewek cantik, dan tentunya pintar. Baik itu jadi pacar, atau sekedar fwb saja. Tapi kembali lagi, apa cantik dan pintar itu cukup? Ah gue mulai pusing membayangkannya.

Jelang siang, gue dan Anin kembali ke kostan Anin. Setelah sampai disana tengah hari, gue langsung berpamitan dengan Anin. Gue menjelaskan apa yang ada di chat Dee semalam. Anin tadinya mau nganterin gue, tapi gue menolaknya, karena jika Dee nggak sengaja lihat atau Anis melihat, bisa salah paham mereka.

Gue menelpon Anis selagi dalam perjalanan gue menuju ke kota. Anis lalu menyebutkan satu rumah sakit besar di kota. Kebetulan rumah sakit ini tidak terlalu jauh dari Kostan Dee. Gue langsung menuju rumah sakit tersebut. Nggak berapa lama gue sampai disana, gue bertemu dengan Anis yang emang udah janjian di lobi.

“Gimana Dee? Aman?” tanya gue.

“Dee mah aman Ja. aman banget malahan. Dia lagi ke kamar mandi.” jawab Anis.

“Hah? Maksudnya? Kok nggak lo temenin?”

“Lah ngapain gue temenin, dia kan nggak kenapa-kenapa Ja.”

“Nggak kenapa-kenapa? Wah alhamdulillah, terus masalah dengan Keket ini gimana ya? Dee diapain sama Keket?”

“Biar nanti Dee aja yang cerita ya Ja.”

Gue pun diajak kedalam ruangan rawat inap dilantai dua. Dee kemudian menyusul. Dia tampak sehat walafiat. Nggak ada bekas kekerasan atau apapun.

“Dee kamu nggak apa-apa?” kata gue.

“Biasa aja kok, aku nggak apa-apa.” Ujarnya datar.

“Lah terus semalem itu gimana urusannya?”

“Kamu kemana sih kemarin?”

“Aku…aku lagi nggak mau diganggu aja. Kita kemarin mengakhiri percakapan kita dengan cara nggak enak, jadinya aku mau nenangin diri dulu yank. Daripada nanti makin keruh suasananya.”

“Aku kan udah minta maaf sama kamu. Aku nyariin kamu yank.”

“Iya maafin aku juga yank. Aku ngilang gitu aja.”

Gue dan Dee berpelukan didepan Anis. Gue melihat ekspresi wajah Anis antara senang tapi juga ada sedikit rasa jealous. Geu nggak peduli, karena Dee adalah segalanya buat gue.

“Coba kamu ceritain yank.” Kata gue.

“Jadi abis aku chat kamu berulang kali dan nyoba telpon kamu, tiba-tiba Keket datang ke kostan aku yank. Terus dia ngobrol sama aku. Ngobrol biasa aja. Intinya dia bilang dia sangat frustrasi dengan keadaan yang dia buat sendiri. Dia kayak sadar gitu kalau sifat kamu itu misalnya udah nentuin A, nggak akan pindah ke B gimanapun caranya orang lain coba mempengaruhinya. Dia bilang, dia udah berani untuk meminta pisah dengan suaminya itu ya demi kamu. Saat itu aku bahkan jadi kasian banget liat dia. Desperate banget yank dia sama kamu. Tapi gimana, aku juga nggak mungkin gitu aja nyerahin kamu kan. Lagian kamu emangnya barang buat diperebutin?”

“Terus jadi bisa dirumah sakit ini gimana urusannya?”

“Iya jadi katanya percuma juga kalau dapetin kamu aja nggak bisa lagi, buat apa dia eksis lagi kan. Ternyata dia udah bawa pisau ditas kecilnya itu. Aku awalnya nawarin dia teh buat dia minum dan biar tenang dulu kan, eh ternyata begitu aku abis selesai bikinin teh, dia udah kesakitan dengan tangan kirinya banyak darah.”

“Dia motong nadinya?”

Dee hanya mengangguk aja.

“Gilaaaa….dia mau bikin sinetron apa lagi ini sih? Ya ampun. Terus gimana?”

“Darahnya dia banyak banget yank, aku takut banget waktu itu. Mana sisa darahnya itu ada dikasur aku yank. Aku takut kalau dia kenapa-kenapa, aku yang keseret. Jadinya aku nelpon Anis.”

“Terus bisa sampe kesini?”

“Aku dan Anis gotong dia sampai kemobilnya Anis yank. Untung rumah Anis kan nggak terlalu jauh dari situ, jadi dia bisa bantuin aku dengan bawa mobil dia. Terus kami berdua gotong dia ke mobil, lalu dibawa kesini deh. Dari IGD awalnya terus pas pagi dipindahin keruangan rawat inap ini. Aku nggak tau harus hubungin siapa lagi karena aku nggak kenal keluarganya.”

“Aduuuuh. Ilah nyusahin aja ini si Keket asli deh. Yaudah aku coba hubungi pamannya yang di Sumedang nanti deh. Padahal aku udah benci banget sama keluarganya dia. Karena keluarganya ini kan yang bikin Keket jadi susah buat nentuin pilihan di masa lalu.”

“Iya yank. Udah nggak usah mikirin masa lalu. Kan udah lewat. Kasian dia yank.” Kata Dee.

“Kamu kok malah ngasianin dia sih?”

“Ya aku kasian sebagai sesama manusia aja, dan dia suka nggak suka adalah kakak kelasku juga yank. So, kita bantuin sebisa kita aja yank.”

“Gila, bisa ya kamu mikir nggak egois kayak gini?”

“Bisa dong..” katanya sambil tersenyum.

Lalu gue memeluk Dee dengan hangat. Lagi-lagi gue lupa kalau ada Anis disitu. Tapi ya biar aja lah.

--

Setelah sekitar tiga harian, Keket udah boleh pulang. Yang jagain dia ya gantian antara Dee dan Anis. Gue menyempatkan datang pas udah pulang kantor. Perjalanan panjang nggak apa-apa gue tempuh biar gantian sama Dee.

“Ja, maafin semua kesalahan aku ya.” kata Keket.

“Untuk apa lagi kamu minta maaf? Nggak ada yang perlu lagi dimintain maaf. Kamu udah bener-bener bikin hidup aku sama Dee jadi susah tau nggak kamu.” Kata gue.

“Iya, justru itu, aku mau minta satu permohonan terakhir sama kamu, sebelum aku benar-benar menghilang dari kehidupan kamu selamanya Ja.”

“Apa lagi sih? Tapi bener, kalau permintaan ini aku kabulin, kamu bakal selesaiin semuanya? Kamu bakal berhentiin semua teror yang selama ini udah kamu lakuin ke aku dan orang-orang disekeliling aku? Inget Ket, setahun lebih kamu kayak orang gila gini. Aku tau didalam hati kamu masih ada kesisa sisi baik. Aku kenal Keket yang dulu, dan aku mau Keket yang dulu kembali. Walaupun aku udah nggak bisa lagi bareng-bareng sama dia.”

“Aku udah janji sama diri aku sendiri, dan aku sekarang janji juga sama kamu. Apalagi dengan kejadian ini aku jadi bisa ambil hikmah Ja. kalau semua yang aku mau itu belum tentu bisa aku dapetin. Aku sadar semua yang aku lakuin selama ini salah. dan kejadian bodoh yang aku lakuin kemarin ini bikin aku sadar. Aku mau coba bunuh diri demi mendapat perhatian kamu itu bodoh banget. aku takut Ja. Aku masih ingin hidup. Aku masih mau melihat kamu dengan segala keceriaan dan candaan kamu yang selalu bikin aku nyaman dan juga tenang.”

“Apa dengan begini kamu bener-bener nyesel? Dan nggak akan ngelakuin hal bodoh lagi?”

“Iya, aku nyesel banget Ja.”

“Ket, aku tau kamu itu anggun, kamu itu penyabar, kamu itu orangnya easy going. Aku melihat kamu saat ini itu kayak udah berubah. Jadi egois, emosian, kasar dan segala macam yang negatif-negatif lainnya. Aku bener-bener jadi benci kamu. Adalah sebuah kesalahan besar ketika kamu mau merebut hati dan perhatian orang yang kamu sayang, tapi malah terlihat bodoh dan negatif didepannya. Adanya bukannya dapat perhatian dan kasih sayang, malah makin dibenci kamu. Dan itu yang terjadi diantara kita.”

“Iya Ja, aku sadar semuanya. Emang ini kesalahan dan kebodohan aku sendiri. Maafin aku ya.”

“Oke, kamu minta permintaan apa?”

“hhmmm…please, satu hari satu malam aja, kamu temani aku. Untuk terakhir kali. Sebelum aku pergi dari kehidupan kamu selamanya. Mau?”

“Sehari semalam? Aku nggak akan bisa kalau hari kerja.”

WeekendJa. Please.”

“Hmmm. Oke, aku akan atur. Tapi kamu janji setelah itu nggak akan pernah ganggu kehidupan aku dan orang-orang disekeliling aku lagi?”

“Kalau aku perlu sumpah, dan sujud didepan kamu biar kamu percaya, aku mau lakuin.”

“Heii, nggak perlu kayak gitu lah Ket. Apaan sih kamu.”

“Iya, aku hanya pingin kamu percaya aku Ja.”

“Oke oke, aku percaya Ket. Yaudah, kita mau kemana sehari semalam?”

“Aku mau kita lakuin kayak waktu kita pacaran dulu Ja. dan please, izinin aku manggil kamu pakai panggilan sayang kayak dulu, sehari itu aja.”

“Aduh, kok berat gini syaratnya sih? Tapi yaudah lah nggak apa-apa. Janji setelah ini kamu pergi jauh-jauh dari kehidupan aku ya?”

“Iya, aku janji. Aku bersumpah nggak akan pernah gangguin kamu lagi Ja.”

Lalu gue secara otomatis memeluk dia yang ada didepan gue. gue melihat ketulusan dari matanya. Gue melihat kembali Keket yang gue kenal. Saat itu kami akan siap-siap untuk pulang. Gue sedang menunggu Dee dan Anis datang dengan mobilnya. Gue izin ke kantor sehari sebelumnya dengan alasan ada saudara yang kecelakaan.

Kami berpelukan cukup lama, dan gue merasakan tubuhnya ini jauh lebih berisi ketimbang ketika saat terakhir gue bertemu dengan dia. Nggak gemuk sih, tapi jadi makin berisi. Keket kemudian melepaskan pelukannya.

“Makasih ya Ja.”

“Iya sama-sama Ket. Aku harap kamu nggak jadi orang lain kayak gini lagi. Perjalanan kamu masih panjang. Kamu itu cantik dan pintar banget. baik hati dan sabar. Pasti diluar sana banyak orang yang bermimpi mendapatkan orang seperti kamu.”

“Iya, aku ngerti. Aku sadar semuanya ini salah. Puncak kesalahan aku ya kemarin ini. Aku masih mau hidup Ja. Dan ya, aku coba ngeyakinin diri aku sendiri, bahwa emang kamu nggak akan pernah jadi jodoh aku Ja. Mau kayak gimanapun, aku udah terlalu banyak bikin kamu terluka dan aku nggak mau memperpanjang rentetan efek negatif itu lagi Ja.”

“Nah yaudah kalau kamu udah nyadarin itu Ket. Aku harap kamu bisa benar-benar megang omongan kamu sendiri ya kali ini.”
Nggak lama kemudian Dee dan Anis datang. Keket yang melihat Dee tiba-tiba langsung berjalan kearah Dee dan berlutut dihadapan Dee, kemudian dia langsung memeluk pinggang Dee. Keket menangis sejadi-jadinya. Dee yang kaget dengan hal itu hanya bisa diam aja.

“Aku minta maaf sebesar-besarnya sama kamu Dee.” Kata Keket tersedu-sedu.

“Eeeh, uhm.. iya Kak. Aku maafin kakak kok. Dari sebelum kejadian ini sebenarnya aku udah maafin kakak. Karena aku coba memposisikan diri kalau jadi kakak seperti apa. Kenyamanan dan segala curahan perhatian Zizi ke aku juga pasti pernah dirasain sama kakak dulu. Dan ini sangatlah berharga kak untuk dilewatkan. Aku ngerti kenapa kakak segitu depresinya kepingin dia kembali sama kakak. Dan Zizi udah cerita semua penyebab kenapa kakak jadi kayak gini.”

“Iya Dee. Aku malu Dee sama kamu. Aku lebih tua dari kamu tapi aku nggak lebih baik dan lebih bijak bersikap daripada kamu. Maafin aku. Aku udah nggak tau lagi bisa ngomong apa sama kamu Dee.”

Gue kaget Dee bisa seperti ini mikirnya. Dia biasanya jadi cewek cantik dengan segala ego dan kemauannya sendiri. Memang sih banyak juga kebaikan dari dirinya yang membuat gue selalu total berusaha memberikan kenyamanan dan rasa sayang gue ke dia. Tapi nggak nyangka aja dia bisa sebijak ini. Apalagi ini terkait dengan orang yang setaun belakangan menghantui dirinya dan hubungannya dengan gue.

Gue menyaksikan dialog orang-orang yang menyayangi gue. Plus juga ada Anis disitu yang sebenarnya mencoba mengkhianati Dee. Untungnya Keket nggak cerita perkara dia dihalau oleh Anin. Karena nanti bakalan ada pertanyaan baru lagi kan. Barang keket nggak banyak karena Dee meminjamkan beberapa pakaiannya. Gue membelikan beberapa pakaian dalam Keket bersama dengan Dee pada malam pertamanya di rumah sakit.

Kemudian kami pun keluar dari rumah sakit tersebut. Keket membisikkan akan membayar semua biayanya sendiri, tapi gue udah bilang kalau gue udah bayar semuanya. Dia sangat berterima kasih untuk itu. Gue tau dia pingin banget meluk gue, tapi disitu ada Dee dan Anis. Jadi ya nggak mungkin.

Keket minta diantarkan ke terminal bis. Karena dia memang berencana akan pulang ke Sumedang. Jadinya gue mengarahkan mobil Anis langsung ke terminal. Setelah selesai berpamitan, Keket mengingatkan kembali dia akan kembali kesini dalam beberapa hari untuk bertemu gue terakhir kalinya. Semoga aja benar ya, Keket nggak akan gangguin gue dan orang-orang yang gue sayang lagi.

“Kasian banget ya Keket Zi.” Kata Dee.

“Ya begitulah. Mungkin itu balasan yang harus dia terima, karena dulu bikin aku jadi nggak karuan.”

“Hmm. Iya kali ya.”

Anis dikursi belakang hanya diam saja. Gue sesekali memperhatikanya dari spion tengah, raut wajahnya terlihat agak nggak nyaman dengan obrolan gue dan Dee yang udah kembali akur dan biasa lagi.

fakhrie...
trikarna
sampeuk
sampeuk dan 33 lainnya memberi reputasi
34
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.