evywahyuniAvatar border
TS
evywahyuni 
Sepotong Cinta Alena
Kisah Cerita Bersambung



Part. 1 Romantika Alena


emoticon-floweremoticon-floweremoticon-floweremoticon-floweremoticon-floweremoticon-floweremoticon-floweremoticon-flower



Matahari belum menampakkan cahayanya, alunan adzan masih terdengar syahdu menafikan segala keraguan tentang ke-esa-an Ilahi. Sayup-sayup bunyi ranjang berderit menandakan ada gerakan halus, seorang gadis belia telah terbangun. Siap menunaikan kewajiban, beribadah kepada-Nya.


***🌹🌹🌹***

“Assalamu alaikum, Mak.”

Lembut menyapa sang gadis, menghampiri seorang wanita separuh baya yang sejak lepas subuh telah berada di dapur, menyiapkan makan pagi, sarapan buat anak perempuan satu-satunya.

Wa alaikum salam, sudah siap Nduk?” sahut ibunda sambil terus menyiapkan hidangan sederhana pagi ini. Alena melirik ke atas meja, telah tersedia sepiring nasi goreng plus telor dadar kesukaannya.

“Iya Mak, Alena sudah siap ke kampus.”

“Ayo sarapan dulu Nduk, biar ada tenaga.”


“Iya, Alena sarapan dulu ya Mak.”

Setelah menghabiskan sarapan paginya tak lupa Alena mengisi botol air minumnya, biar tak kehausan di kampus sekaligus menghemat uang jajan.

Pagi hari ini terlihat begitu sejuk, matahari masih nampak malu-malu bersembunyi di balik awan. Alena berjalan ke luar rumah setelah pamit dan mencium tangan Yuni, ibunda tercinta.

Mereka hanya tinggal berdua di rumah peninggalan almarhum Pak Juna, ayah Alena. Kecelakaan lalu lintas yang menimpanya tiga tahun yang lalu mengakibatkan nyawa Pak Juna tidak bisa tertolong lagi. Untuk mempertahankan dan melanjutkan hidup, Yuni menjadi Asisten Rumah Tangga. Bagusnya karena Yuni tak harus menginap di rumah sang majikan, artinya Yuni diperbolehkan pulang ke rumah mengurus rumah, dan Alena.

Jarak rumah ke halte tidak terlalu jauh, Alena cukup berjalan kaki, maka sampailah ia. Bus yang ditunggu pun belum nampak, sambil menunggu di raihnya ponsel dalam tas ransel yang selalu menemani setiap ke kampus. Sekejap larutlah ia dalam keasyikan memainkan game sekadar mengisi waktu.

Tiba-tiba gawainya berdering, ada sebuah nama tertera. Cukup lama berdering dan diabaikan begitu saja, kemudian berdering lagi dan kembali di abaikan.

Akhirnya dengan raut wajah yang sedikit kesal dimatikan lah benda elektronik seluler tersebut. Tak lama kemudian bus yang ditunggu-tunggu pun datang, setelah sejenak berhenti d halte maka melajulah Alena beserta bus yang ditumpanginya

Bersambung ... 🌹🌹🌹



Quote:


Kumpulan kisah lanjutan Alena dapat disimak di indeks link di bawah iniemoticon-Kiss (S)

👇👇👇
Diubah oleh evywahyuni 26-12-2019 05:11
bukhorigan
anton2019827
disya1628
disya1628 dan 46 lainnya memberi reputasi
47
27.6K
933
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.6KAnggota
Tampilkan semua post
evywahyuniAvatar border
TS
evywahyuni 
#841
Sepotong Cinta Alena
Part. 19 Semua Pasti Ada Jalannya



Episode Sebelumnya

emoticon-floweremoticon-floweremoticon-floweremoticon-floweremoticon-floweremoticon-floweremoticon-floweremoticon-floweremoticon-floweremoticon-flower



Wandi ke luar dari kamar mandi, dia sudah berpakaian lengkap. Sementara Ruby masih sesungukan menangis duduk bersandarkan bantal.

Wandi melangkah ke arah Ruby, kemudian duduk di tepi ranjang. Dirinya juga masih belum mengerti, mengapa bisa terbangun dengan posisi tanpa busana di kamar Ruby, di atas ranjang dengan gadis itu pula. 

"Ruby, jelaskan apa yang terjadi? Apa yang sudah kulakukan kepadamu? Kenapa Ruby?"

Wandi memegang kedua bahu gadis itu, sementara Ruby hanya menjawab dengan menunjuk di atas seprei. Ada noda darah di sana. 

Wandi melihatnya dan masih tidak mengerti. "Itu darah apa, Ruby?"

Bukannya menjelaskan, tangis ruby semakin menjadi. Kedua tangannya kini menutupi wajahnya. Wandi semakin bingung melihat tingkah Ruby.

"Kau sudah merudapaksaku, Wandi! Apa Kau sudah lupa kejadian tadi sore? Kau masuk ke kamarku dan memaksaku melakukan hubungan badan denganmu!"

"Ya Tuhaaan …. ! Itu tidak mungkin, Ruby! Bagaimana bisa?" 

Wandi merasa putus asa. Seumur-umur dia belum pernah melakukan hal seburuk itu, apalagi dengan seorang gadis yang tidak ia cintai.

"Buktinya sudah ada di depan matamu! Jangan mengelak lagi, jika terjadi sesuatu denganku, maka Kau harus bertanggung jawab, Wan," Ruby memandangi Wandi dengan muka memelas.

"Maafkan Aku, Ruby. Sungguh, tak ada niatku ingin melakukan hal tercela ini. Apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Aku telah menodaimu, maukah Kau memaafkanku?" 

Wandi memegang tangan Ruby, sambil menghapus jejak tangis di pipi gadis malang itu. Satu kelemahannya, ia tidak bisa melihat seorang gadis menangis, apalagi itu karena perbuatan bodohnya.

Ruby memandangi Wandi, ia mengangguk lalu menyandarkan kepalanya ke dada bidang lelaki lugu itu. Wandi merengkuhnya, penuh penyesalan dan rasa lega. Menyesal karena telah merenggut kehormatan Ruby dan juga lega karena gadis itu bersedia memaafkannya.

"Aku memaafkanmu, Wandi. Mulai detik ini, Kau adalah milikku dan Kau harus mencintaiku apapun yang terjadi setelah hari ini. Oke, Wan?"

Wandi mengangguk pasrah, ia sudah tidak punya pembelaan apa-apa lagi, kecuali rasa bersalah atas kebodohannya.

"Iya, Ruby. Aku akan belajar mencintaimu, terima kasih sudah memaafkan kesalahanku."

Ruby telah terdiam dari tangisannya, dalam keadaan tanpa busana dan tubuh masih tertutup selimut ia tetap membiarkan Wandi merengkuh dirinya. Sekilas senyum menghias sudut bibirnya. Akhirnya pencapaiannya telah terwujud.

Dalam heningnya suasana, sedetik bayangan Alena berlalu dalam benak Wandi, sejenak pula dalam diam ia membatin kalah, maafkan Aku, Alena. Aku memilih melabuhkan cintaku pada Ruby.


emoticon-Turut Berduka



Rizal yang mengantar Alena pulang setelah kuliah mereka selesai sore itu juga, kebetulan jalur rumahnyal searah dengan arah rumah Alena. Begitu  gadis itu turun, mobil Rizal pun meninggalkan Alena. 

Alena berjalan memasuki halaman rumahnya, sore begini tampaknya emak masih di rumah Tommy, seperti biasa … Alena langsung membuka pintu dengan kunci rumah yang ia bawa.

Setelah mandi, Alena lalu membersihkan rumah dan mengambil jemuran di samping.
Memanaskan makanan lalu membuat teh panas buat dirinya.

Rasa lelah seharian di kampus menggelayut manja di kedua pundaknya memaksa raga bersandar di kursi ruang tengah, hingga tanpa sadar Alena tertidur.

Sejam kemudian, lantunan ayat-ayat suci mengalun di balik senja yang mulai temaram. Suara ketukan di pintu sayup-sayup terdengar, panggilan ibunya pun kini jelas memanggil namanya.

Bu Yuni masuk menggunakan kunci cadangan yang juga dibawanya, ia hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat Alena tertidur telentang di kursi. Secangkir teh di atas meja malah tidak tersentuh sama sekali. Bu Yuni memaklumi, kalau anaknya tampak kelelahan.

Perlahan ditepuknya pipi Alena.

"Alena … bangun, Nduk. Kok, malah ketiduran di kursi, nanti malah badanmu pegal-pegal. Sana, pindah tidur di kamar."

Alena membuka mata, ia tersenyum melihat wajah ibunya yang sedikit mengomel.

"Maafin Alena, Mak. Malah ketiduran di kursi, padahal tadinya mo ngeteh. Aduuh, tehku udah dingin, Maaakkk!" serunya sambil memegang cangkir tehnya.

"Ya sudah, tehnya buat Emak saja. Nanti Mak buatkan yang baru."

"Gak usah, Mak. Alena udah gak minat ngeteh, buat Mak aja," katanya sambil menyodorkan cangkir teh ke emak.

"Gimana kuliahmu hari ini? Kepalamu gak pusing lagi, kan, Nduk?"

"Iya, Mak. Alena udah gak apa-apa. Mak, Alena lapar. Kita makan, yuuk," ajak Alena sambil berdiri menuju meja makan.

Emaknya segera menyusul sambil membawa cangkir teh. Kebetulan, makanan di meja telah disediakan tadi oleh Alena, jadi mereka pun langsung makan dengan lahapnya. 

Setelah makan, Alena membantu emak membersihkan peralatan makan mereka lalu pamit ke kamar, ingin melanjutkan tidur yang tertunda tadi.


emoticon-Insomnia


Sesampai di kamar, rupanya sedari tadi gawai Alena berdering, gadis itu segera membuka notif dan melihat jumlah panggilan dari Tommy yang tidak hanya sekali.

Setelah membersihkan tempat tidur, Alena naik dan bersiap untuk tidur. Tak lupa menghubungi balik Tommy yang sedari tadi gelisah di bilik kamarnya.

"Ada apa, Mas? Maaf, Aku tadi di luar, gawai tidak kubawa," ujar Alena ketika sambungan panggilannya diterima oleh Tommy.

"Kamu pulang dengan siapa tadi? Siapa laki-laki itu? Kenapa pula tidak menghubungiku?" cecar Tommy memberondong Alena dengan pertanyaan.

"Aku pulangnya sore, jalanan udah macet, tak mungkinlah Mas Tommy bisa melewati kemacetan. Jadi, Aku ikut di mobil Rizal~~teman kuliahku, kebetulan rumah kami searah."

"Kamu gimana, baik-baik saja, kan?"

"Iyaa … Mas, Aku baik, kok. Ini aja udah mo siap-siap tidur. Kenapa?"

"Mas cuma kangen Kamu, ya udah … tidurlah, besok Aku anter ke kampus lagi, ya?"

"Iya, Mas."


emoticon-Peluk


Bersambung lagi deehemoticon-Peace

Episode Selanjutnya


Diubah oleh evywahyuni 17-11-2019 10:52
actandprove
Alea2212
disya1628
disya1628 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.