yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2
Selamat Datang di Thread Gue 



Trit Kedua ini adalah lanjutan dari Trit Pertama gue yang berjudul Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 1 . Trit ini akan menceritakan lanjutan pengalaman gue mencari muara cinta gue. Setelah lika liku perjalanan mencari cinta gue yang berakhir secara tragis bagi gue pada masa kuliah, kali ini gue mencoba menceritakan perjalanan cinta gue ketika mulai menapaki karir di dunia kerja. Semoga Gansis sekalian bisa terhibur ya


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI GANSIS READER TRIT GUE. SEBUAH KEBAHAGIAAN BUAT GUE JIKA HASIL KARYA GUE MENDAPATKAN APRESIASI YANG LUAR BIASA SEPERTI INI DARI GANSIS SEMUANYA.


AKAN ADA SEDIKIT PERUBAHAN GAYA BAHASA YA GANSIS, DARI YANG AWALNYA MEMAKAI ANE DI TRIT PERTAMA, SEKARANG AKAN MEMAKAI GUE, KARENA KEBETULAN GUE NYAMANNYA BEGITU TERNYATA. MOHON MAAF KALAU ADA YANG KURANG NYAMAN DENGAN BAHASA SEPERTI ITU YA GANSIS


SO DITUNGGU YA UPDATENYA GANSIS, SEMOGA PADA TETAP SUKA YA DI TRIT LANJUTAN INI. TERIMA KASIH BANYAK


Spoiler for INDEX SEASON 2:


Spoiler for Anata:


Spoiler for MULUSTRASI SEASON 2:


Spoiler for Peraturan:


Quote:


Quote:


Quote:

Quote:

Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 03:31
totok.chantenk
al.galauwi
nacity.ts586
nacity.ts586 dan 78 lainnya memberi reputasi
77
284.1K
4.2K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.6KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#1582
Hadiah Untuk Dee
Gue hanya mengacungkan jempol saja tanpa menoleh kebelakang. Gue emang udah nggak peduli dengan urusan Keket ini. Gue udah punya Dee dan gue sayang dia. Gue juga hanya alasan aja mau kekampus, aslinya gue ada diseberang, makan sambil nunggu Dee datang. Kala itu jam 19.00 dan Dee akhirnya sampai juga di tempat gue makan.

“Yank, aku telat nggak?”

“Haha ya nggak lah yank, kan kamu nggak ngejar waktu atau apapun yank.”

“Iya hehehe. Aku mau dong yank.”

“Yaudah mending kamu pesen aja.”

“Kamu yang bayarin tapi ya?”

“Iya. Ini uangnya. Sana kamu antri aja dulu.”

Gue kemudian menyerahkan uang selembar berwarna merah biar ada kembaliannya. Lumayan juga buat ongkos kan kalau udah pecah gitu uangnya. Dee lumayan lama antrinya karena emang jam makan malam ketika itu. Buku yang gue bawa udah hampir tamat gue baca waktu itu dan Dee belum juga beres antrinya.

Gue jadi kepikiran sama Keket tiba-tiba. Ah ini anak bener-bener nyusahin gue aja. Kenapa mesti muncul lagi disaat gue lagi intens dan sayang banget sama Dee?

“Kamu ngelamunin apa yank?” kata Dee mengagetkan gue.

“Haha nggak, aku ngelamunin nanti dikamar kamu telanjang depan aku yank. Hehehe. Becanda.” Kata gue menggoda Dee.

“Pingin banget liat aku polos ya kamu? Hehehe.”

“Ya pingin dong. Aku mah orangnya jujur-jujuran aja. Hehehe.”

“Yaudah aku makan dulu, nanti pas udah dikamar kamu puas-puasin deh tuh. Hehehehe.” Kata Dee nggak kalah menggoda.

“Beneran?”

“Kalo aku bilang beneran gimana?”

“Ya bagus dong, rejeki buat aku. Hehehe.”

Lalu gue yang udah selesai makan menemani makan Dee sampai dia menghabiskan makanannya. Sesekali gue memperhatikannya saat sedang makan, ini anak manis banget, cuma sayang aja ada beberapa jerawat yang ngeganggu pandangan gue.

Nggak heran kalau gue jalan sama dia, gue ngerasa semua mata tertuju pada kami, terutama pada dia. Apa karena kemiripan yang hampir sama dengan Olivia Jensen ini ya? Ah gue nggak ambil pusing yang penting gue tetep sayang dia dan sebaliknya.

Setelah selesai makan, gue dan Dee pun langsung menuju ke hotel. Kami langsung masuk ke kamar setelah mengambil kunci yang berupa kartu dari resepsionis di lobi. Gue sama sekali nggak mikirin Keket yang waktu itu lagi ada di hotel yang sama. sesampainya dikamar, gue langsung memulai kebiasaan gue dengan membereskan dan membersihkan kasur. Pokoknya kudu rapi aja.

“Aku mau mandi dulu ya Zi. Gerah banget soalnya.”

“Gerah? Kalau dikampus baru noh panas. Kalo dikota kan dingin yank. Hahaha.”

“Iya aku kegerahan banget.”

“Yaudah sana mandi. itu ada air angetnya di set dulu supaya nggak kepanasan.”

“Tolong di settingin dong yank…….” Katanya sambil menunjukkan ekspresi wajah komikal.

“Yaelaaah……” kata gue sambil memandangnya malas.

Lalu gue melangkah malas ke kamar mandi dan mulai setting supaya nggak terlalu panas dan nggak terlalu dingin. Pas lah pokoknya.

“Makasih ya sayang.” Katanya lalu melingkarkan tangannya di leher gue.

“Iya, yaudah mandi dulu gih kamu.”

Kemudian gue keluar dari kamar mandi dan Dee mulai mandi. Saat gue menunggu sebentar, ada ide iseng gue yaitu mematikan lampu kamar mandi. Berhasil ternyata. Dia ketakutan. Lalu adanya gue malah ngisengin dengan mengambil handuk dan pakaiannya yang dia bawa ke dalam kamar mandi. Tapi udah keburu ketauan dan akhirnya gue malah di semprot pakai shower.

“Ah kan jadi basah semua yank kaos aku.” Kata gue.

“Siapa suruh iseng…..”

“Iya maafin ya.”

Gue membuka kaos gue dan karena udah kepalang basah yaudahlah, celana juga gue buka. Gue melihat shampo yang turun dari kepala Dee melewati punggungnya. Waduh ini menggoda sekali, pikir gue. Jadinya gue langsung sergap Dee yang lagi asyik-asyik menikmati air panas sambil shampoan ini. Gue langsung ciumi tengkuknya. Awalnya dia kaget, tapi pada akhirnya dia menikmati permainan gue.

Gue langsung melancarkan gerilya tangan kedepan. Gue meraba tubuhnya dari belakang sampai kebagian depan-depannya. Gue berhasil memainkan gunung kembar yang seukuran genggaman tangan gue itu dengan lembut sembari sesekali menunjukkan gerakan memelintir ujungnya. Dee juga terlihat sangat menikmatinya.

Sambil terus menciumi tengkuknya, tangan gue terus bergerilya. Akhirnya Dee berbalik menghadap gue dan langsung mengulum bibir gue dengan penuh nafsu. Tapi gue tau ini ciuman pakai hati. Kami juga akhirnya melakukan french kissdengan sangat luwes dan baik, jadi berasa sama-sama enak.

Dee kemudian secara otomatis jongkok didepan gue sehingga kepalanya saat ini sejajar dengan rocky. Gue mengecilkan sedikit air dari shower. Dee kemudian mengulum rocky sampai ke ujung. Seluruh tubuh rocky mampu dimasukkan kedalam mulutnya. Luar biasa sekali sensasinya ya.

Setelahnya Dee menggerakkan keluar dan masuk berulang, sesekali ada sesi menjilat juga yang bikin gue mabuk dan sulit dikendalikan. Sesi Dee dengan rocky berakhir, lalu bergantian dengan gue yang kali ini jongkok didepan Dee dan mulai memainkan lidah di pangkal paha Dee.

Bagian bawah ini ternyata perlu untuk dirapihkan. Gue agak kesulitan awalnya untuk menemukan spotnya. Tapi karena berusaha tanpa kenal lelah, gue berhasil menemukannya.

“Nanti rapihin ya yank.” Kata gue dari bawah.

“Hehe iya yank.” Katanya.

Dia benar-benar keenakan dengan treatment yang gue bangun dari bawah. Gue menjelajahi seluruh bagian tubuhnya dari bawah sampai keatas. Tangan kiri gue pun sekarang berada disekitar pangkal pahanya dan jari tengah gue sedang bermain didepan lubang surganya.

Dee benar-benar udah nggak kontrol lagi. Dia udah berada diawang-awang nih. Akhirnya gue memberinya handuk dan gue juga handukan. Lalu gue menggendong Dee menuju ke kasur. Tanpa busana sedikitpun. Dee tertawa dan gue juga tertawa.

Gue melihat pemandangan yang luar biasa indah ketika itu. Lalu gue mengulangi penjelajahan dari bawah, sampai akhirnya keatas. Gue terus menciumi bibir Dee sampai dia hilang kendali lagi. Dee lalu memegangi pantat gue tanda minta didorong. Waduh ini dia.

“Yakin dulu nggak kamu?” kata gue.

“Iya. Aku mau yank.” Kata Dee.

“Kamu sadar kan ngomong begini?”

“Iya sadar 100%. Udah ayo yank, aku mau.”

“Oke Dee sayang……”
Akhirnya gue secara perlahan memasukkan rocky kesarang yang seharusnya. Sudah begitu lama rocky nggak diberi makan kayak gini. Dee terlihat meringis, dan kemudian nggak lama dia meneteskan air matanya. Urat-urat dilehernya terlihat menonjol menahan sakit, tapi juga enak.

“Sakit banget ya?” kata gue.

Dee hanya mengangguk dan menggigit jari telunjuk kirinya dan memalingkan wajahnya ke sebelah kiri. Gue sempat nggak tega, tapi seperti yang gue udah duga, ketika gue mau berhenti, dia bilang lanjutin aja. Gue juga agak canggung awalnya karena udah terlalu lama nggak ngelakuin kayak gini lagi. Dee terus minta untuk dipacu, yaudah gue jabanin aja.

Kasur udah dalam keadaan berantakan nggak karuan dan utamanya adalah darah berceceran dimana-mana kayak abis terjadi penikaman bertubi-tubi. Iya ini juga ditikam, tapi pakai benda tumpul. Haha. Kami memacu sampai sekitar empat ronde, sebelum akhirnya Dee menyerah. Perlu banyak dilatih lagi sepertinya Dee ini.

Gue yang saat itu telentang, ditimpa sama Dee. Dee memeluk gue dan berada diatas tubuh gue. Dia menangis karena gue tau badannya guncang. Setelah beberapa saat kok nggak ada pergerakan, ternyata Dee ketiduran. Haha. Capek bener kayaknya. Segitu gue yang pegang kendali, gimana ntar kalau dia udah mulai berani ambil alih permainan?

Gue berpakaian dan tadinya gue mau memakaikan Dee pakaiannya. Tapi ternyata tubuhnya lumayan berat jadinya gue biarkan dia tidur tanpa busana, tentunya ya gue selimutin lah. Kalau nggak siap-siap paginya kerokan. Gue pun sempat menonton beberapa acara TV sebelum akhirnya gue ikut terlelap dan menyusul Dee tidur sambil memeluknya dari samping.

“Yaaaank. Bangun. Ih kamu mah susah bener dibangunin deh.” Kata Dee ditelinga gue.

“Apa yank? Ini masih pagi banget kali.”

“Aku laper, turun dulu yuk makan. Soalnya katanya mesti prasmanan Zi.”

“Masa pagi buta udah ada makanannya?”

“Pagi buta apaan? Kamu ngigo apa gimana? Ini udah jam 8 pagi.”

“Waduh kirain masih jam 6 yank. Hehehe.”

“Yaudah yuk turun.”

“Seger bener pagi-pagi aku dapet yang manis-manis.”

“Hah? Apaan manis-manis maksudnya?”

“Ngeliat kamu manis bener pagi-pagi biar kata masih kucel. Hahaha.”

“Yeee, apaan sih, gombalan kamu kampungan banget. Haha. Udah yuk turun.”

Kami turun menuju ke tempat makan. Disana cukup ramai orang, maklum namanya juga weekend kan. Gue dan Dee bergantian mengambil makanan supaya nggak ditempatin orang. Dan ketika giliran Dee mengambil makanan, cewek pengganggu ini datang. Keket juga turun makan. Berarti dia semalaman sendirian? Hahaha. Emang enak.

Keket dan gue saling bertukar pandang, tapi nggak ada saling sapa. Kalaupun dia yang memulai duluan ya silakan aja, toh gue bisa jelasin ke Dee nanti. Dee juga udah gue ceritain tentang Keket dan kami ngapain aja selama bersama dulu.

Awalnya Dee sempat nggak bisa terima keadaan itu, tapi akhirnya setelah ngomong yang benar dan mengarahkan ke arah yang sesuai, dia bisa terima. Walaupun dia nggak pernah tau wajah Keket itu kayak apa.

Keket mencoba melempar senyum ke gue, tapi gue hanya membalas dengan tatapan dingin saja. Gue nggak mau memberikan harapan yang lebih ke dia. Walaupun Keket emang orangnya penyabar, dia nggak segigih Harmi kalau mau berjuang mendapatkan sesuatu. Untuk pejuang cinta, Harmi masih nomer satu, kedua Ara. Hehehe.

“Makanan disini lumayan juga ya yank.” Kata Dee.

“Iya dong, udah bayar lebih masa masakannya kurang enak. Kan rasa-rasanya nggak mungkin. Apalagi persaingan di lini usaha perhotelan ini kan lagi ketat-ketatnya.“

“Haha bener Zi logika kamu. Yang mereka jual dan jadi pembeda kan kualitas pelayanan dan tentu aja kualitas masakannya. Kalau udah mahal terus nggak enak rasanya kan nanti malah ditinggalin konsumen.”

“Nah iya kan makanya. Hehe.”

Setelah selesai makan gue dan Dee kembali ke kamar. Kala itu masih sekitar jam 9 jelang jam 10 pagi. Kami pun melakukan pertarungan pagi yang menyenangkan. Kali ini Dee sudah mulai terbiasa. Bahkan sesekali dia mengendalikan permainan dengan berada di atas gue, alias woman on top, walaupun kata dia posisi ini masih agak bikin sakit.

"Asyik nggak yank?" Kata gue.

"Aku keenakan yank. Hehehe." Kata Dee.

"Itung-itung hadiah buat kamu yank. Hehehe."

"Haha hadiahnya gitu ya yank. Tapi aku seneng kok. Lebih senengnya karena kamu selalu bisa ada buat aku."

"Iya yank. Hehehe."

Lalu kami berpelukan erat dan memulai french kiss sebagai rutinitas kami selanjutnya. Nggak lama udah waktunya check out, dan kami pun keluar dari hotel dengan wajah ceria, dan tentunya, semakin menyayangi satu sama lain.

--

Hari keberangkatan Dee untuk penelitian sudah tiba. Gue dan Anis sahabat Dee mengantarnya ke bandara. Kami naik bis bandara waktu itu.

“Kamu hati-hati disana ya yank. Beramah-ramah aja sama penduduknya, insyallah kamu aman pasti yank.” Kata gue.

“Iya sayang. Doain semuanya lancar ya. Mudah-mudahan juga sinyalnya bagus disana. Provider kuning kadang-kadang suka ngaco kan soalnya.” Kata Dee.

“Nah iya, itu yang paling penting. Biar komunikasi kita lancar ya sayang.”

“Tenang aja Dee, Ija bakal selalu dalam pengawasan gue. Nggak bakal macem-macem dia.” Ujar Anis.

“haha gue titip dia ya Nis. Macem-macem kuncir aja barangnya. Hahaha.” Kata Dee.

“Wah gue belum pernah liat punyanya si Ija, Dee. Serem pasti. Ah ngeri gue bayanginnya. Hehehe.” Kata Anis

“Lah ngapa ngomongin barang gue ini? Yaudah pokoknya anteng-anteng aja kamu disana. Fokus buat penelitian kamu. Ada Anis yang jadi pengawas aku kan. Hehehe.” Kata gue.
Gue dan Dee berpelukan erat dan cukup lama. Lalu gue mencium kening Dee. Anis terlihat agak sedikit iri dengan pemandangan seperti ini.

“Kenapa lo Nis? Ngiri ya?” kata gue.

“Haha romantis bener kalian. Iya gue iri Ja.”

“Minta dong sama cowok lo. Hehehe.”

“Yah cowok gue mana mau. Udah jauh, sekalinya ketemu dianya kaku banget. Malesin deh pokoknya.” Ujar Anis sedih.

“Ya berarti coba aja kasih pengertian Nis. Bilang yang lo mau apaan.” Kata Dee.

“Udah, tapi tetep aja gitu. Bocahnya emang cuek sih.” Kata Anis.

“Haha itu berarti derita lo Nis.” Gue menimpali.

“yeee, Dee mah enak cowoknya perhatian kayak lo.” Kata Anis lagi.

“Lah bukannya itu wajar ya?” kata gue.

“Iya emang harusnya wajar sih. Cuman lakik gue yang kelakuannya ga wajar Ja. Haha.”

Dee kemudian masuk kedalam gedung bandara dan melambaikan tangan. Gue dan Anis juga melambaikan tangan ke Dee. Berarti setelah ini gue bakalan LDR selama kurang lebih dua bulan, jelek-jeleknya tiga bulan. Menyedihkan sekali.

Gue pulang bersama dengan Anis. Sepanjang perjalanan gue banyak ngobrol ringan sama Anis. Ternyata anaknya demen banget ngobrol. Jauh lebih rame dari pas pertama gue dikenalin dulu. Pantes nyambung sama Dee.

Dia juga yang bikin Dee jadi nggak betah sama pergaulannya di fakultas gue yang mayoritas orang-orangnya pada cupu dan rajin belajar. Plus nggak asik diajak bertemen yang seru.

Sebagai orang yang tanggung jawab, gue mengantarkan Anis pulang sampai kerumahnya. Rumah Anis ada di pusat kota. Jadinya dia nggak ngekost selama kuliah dikampus gue. Dirumahnya Cuma ada ayahnya yang kayaknya sedang menikmati hari tuanya.

Pulang dari rumah Anis gue langsung cabut lagi ke ibukota, karena besok gue ada kerjaan yang mesti diselesaikan. Entah gue ngerasa capek banget waktu itu. Jadinya ketika udah sampai dekat kostan gue sangat nggak berasa.

Waktu itu masih sore, jadi beberapa tetangga kostan gue belum terlihat pulang. Tapi sepintas gue melihat seseorang yang menunggu didepan teras kostan gue.

“Mau apa lagi kamu?” kata gue.

fakhrie...
trikarna
sampeuk
sampeuk dan 23 lainnya memberi reputasi
24
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.