inal74
TS
inal74
MENYUSURI LORONG WAKTU G30SPKI LEBIH PANJANG: 1960-1965


Tanggal 30 September dan 1 Oktober adalah tanggal yang tidak akan bisa dilupakan oleh bangsa Indonesia, karena mulai dari 30 September 1965 malam hari sampai dengan subuh 1 Oktober 1965 terjadi peristiwa kudeta penculikan dan pembunuhan 7 perwira tinggi Angkatan Darat oleh kaum komunis Indonesia ketika itu. Kudeta ini disebut Gerakan 30 September alias G30SPKI. Agar lebih utuh, rentetan peristiwa yang berkelindan dengan G30SPKI dalam tulisan ini dilihat dari 5 tahun sebelum peristiwa G30SPKI tersebut terjadi.

  • Tahun 1960, ahli geologi dari Freeport Sulphur Company, AS bernama Forbes Wilson, terbang ke Papua (saat itu masih dikuasai Belanda), untuk mendaki puncak Ngga Pulu. Dari puncak tersebut, Forbes bisa mengetahui bahwa Puncak Erstberg memiliki kandungan batuan mineral sangat melimpah. Selain itu, Departemen Luar Negeri AS pun telah mendapat informasi bahwa keanggotaan PKI telah mencapai 2 juta orang.

  • Tahun 1961, Soekarno memutuskan kebijakan baru kontrak perminyakan di Indonesia, yaitu bahwa 60 persen laba bisnis perminyakan harus diserahkan kepada pemerintah Indonesia dan 40 persen untuk pihak asing.

  • Tahun 1962, dua tokoh komunis Indonesia yaitu Dipa Nusantara Aidit dan Njoto diangkat oleh Pemerintah Orde Lama menjadi menteri penasehat.

  • Tahun 1963, PKI menolak gagasan pembentukan Maphilindo dan Federasi Malaysia. Para anggota PKI menyeberang masuk ke Malaysia dan terlibat dalam beberapa pertempuran melawan Inggris dan Australia.

  • Januari 1964, PKI mulai menyita properti milik perusahaan-perusahaan Inggris di Indonesia.

  • Maret 1964, Soekarno mengatakan: “go to hell with your aids!", kepada bantuan keuangan dari Pemerintah AS.

  • April 1964, Indonesia membuka hubungan diplomatik dengan Korea Utara.

  • November 1964, Dipa Nusantara Aidit membentuk Biro Khusus dalam tubuh PKI, dan menunjuk Sjam Kamaruzzaman bin Achmad Mubaidah alias Sjam sebagai ketuanya.

  • Januari 1965, Jenderal Ahmad Yani dan 4 orang jenderal senior Angkatan Darat lainnya mulai sering berkumpul secara rahasia untuk membicarakan tentang memburuknya kondisi politik Indonesia kala itu. Di kalangan pejabat elit Angkatan Darat, 4 jenderal ini disebut “Otak Kepercayan Jenderal Yani”, sedangkan PKI menyebut Jenderal Ahmad Yani dan 4 orang jenderal lainnya ini dengan istilah Dewan Jenderal.

  • 3 Agustus 1965, Soekarno sakit dan memanggil Aidit yang sedang berada di Cina agar segera pulang ke Indonesia.

  • 7 Agustus 1965, Aidit tiba di Jakarta bersama dengan 2 orang dokter Cina.

  • 9 Agustus 1965, Aidit dan dua dokter dari Cina menengok Soekarno. Setelah menengok, dua dokter dari Cina tersebut berpendapat bahwa kondisi ginjal Soekarno sudah sangat parah, dan jika tidak segera ditangani dengan serius akan menyebabkan Soekarno lumpuh, bahkan kematian.

  • 13 Agustus 1965, Aidit membicarakan kondisi kesehatan Soekarno dalam rapat Politbiro, dan membahas tentang Dewan Jenderal.

  • 14 September 1965, Intelijen Angkatan Darat pimpinan Jenderal Parman menyampaikan sebuah laporan terperinci tentang situasi keamanan dalam negeri kepada Kepala Staf Umum Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani. Inti laporan tersebut adalah gambaran detil tentang aktivitas PKI termasuk rencana kudeta pembunuhan para jenderal Angkatan Darat. Namun laporan tersebut tidak menyebutkan kapan kudeta akan dilaksanakan.

  • 17 Agustus 1965, dalam kondisi kesehatan masih kurang baik, Soekarno menyebut tentang “kekuatan kelima” (mempersenjatai petani dan kaum buruh) di muka umum untuk pertama kalinya dalam pidato memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-20.

  • 28 Agustus 1965, Aidit berhasil meyakinkan Politbiro (badan tertinggi pelaksana keputusan kongres partai komunis) tentang diperlukannya sebuah gerakan militer alias kudeta untuk melawan Dewan Jenderal. Aidit mempercayakan perencanaan kudeta ini kepada Biro Khusus.

  • 6 September 1965, rapat pertama para pendukung kudeta, yaitu: Letnan Kolonel Untung, Kolonel Latief, Mayor Angkatan Udara Sujono, Sjam, Pono alias Marsudidjojo, Sigit, dan Wahjudi.

  • 7 September 1965, Letnan Kolonel Untung merekrut Letnan Doel Arif untuk bergabung dalam aksi kudeta.

  • 8 September 1965. PKI mengumumkan diperlukannya sejumlah sukarelawan untuk menjadi peserta pendidikan kilat militer di Lubang Buaya yang kegiatannya diurus oleh Angkatan Udara.

  • 9 September 1965, Rapat kedua para pendukung kudeta, yaitu: Untung, Latief, Sujono, Sjam, Pono, Sigit, dan Wahjudi. Rapat ini membicarakan rencana PKI tentang Dewan Revolusi.

  • 11-18 September 1965, beberapa sukarelawan komunis mendapat pendidikan kilat militer selama seminggu di Lubang Buaya, dengan Sujono sebagai penanggungjawabnya.

  • 13 September 1965, Rapat ketiga para pendukung kudeta, yaitu: Untung, Latief, Sujono, Sjam, Pono, Sigit, dan Wahjudi. Dalam rapat ini Sjam menyebut Soekarno dengan “Pemimpin Besar Revolusi”. Pada hari ini pun Aidit mendapat penghargaan resmi berupa Bintang Mahaputera Utama dari Presiden Soekarno.

  • 15 September 1965, Aidit menyinggung tentang kudeta dalam pidatonya di hadapan Dewan Nasional SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia).

  • 16-19 September 1965, Komandan Angkatan Udara Omar Dhani melakukan penerbangan rahasia ke Cina. Hanya Aidit dan Subandrio yang mengetahui hal ini.

  • 18-25 September 1965, Pendidikan kilat militer gelombang kedua diselenggarakan di Lubang Buaya selama seminggu yang diikuti oleh 1500 sukarelawan komunis.

  • 19 September 1965, Rapat keempat para pendukung kudeta, yaitu: Untung, Latief, Sujono, Sjam, Pono, Sigit, dan Wahjudi. Dalam rapat, Sjam menyebutkan nama para jenderal yang harus dijemput paksa, dan menunjuk Untung sebagai komandan lapangan untuk kudeta ini.

  • 20 September 1965, Soekarno memanggil Jend.Nasution dan Jend.Ahmad Yani untuk menanyakan sekali lagi perihal isu Dewan Jenderal yang santer itu. Soekarno bertanya: “Apa benar ada Dewan Jenderal dalam Angkatan Darat, antara lain, untuk menilai kebijaksanaan yang telah Saya gariskan?”. Jenderal Ahmad Yani menjawab: “Tidak benar Pak. Yang ada ialah Wanjakti. Dewan ini mengurus jabatan dan kepangkatan perwira-perwira tinggi Angkatan Darat”.

  • 21 September 1965,  Komandan AU Omar Dhani tiba kembali di Jakarta dan melaporkan hasil penerbangan rahasianya ke Cina kepada Soekarno.

  • 23 September 1965, Rapat kelima para pendukung kudeta, yaitu: Untung, Latief, Sjam and, Pono. Dalam rapat ini, Sjam menyatakan bahwa Jenderal Supardjo yang sedang bertugas di Kalimantan Barat akan segera bergabung.

  • 25 September 1965, Rapat keenam para pendukung kudeta, yaitu: Untung, Latief, Sujono, Sjam, dan Pono. Setelah rapat, Untung pergi ke Stasiun Kereta Api Gambir untuk mengecek kedatangan batalion 454 dan batalion 530 dari Jawa Tengah yang akan bergabung.

  • 26 September 1965, Untung bertemu dengan Wakil Komandan Batalion 454 Kapten Kuntjoro.

  • 27 September 1965, Untung dan Letnan Doel Arif menemui Kapten Kuntjoro dan Letnan Ngadino dari Batalion 454, serta Kapten Suradi dari Batalion 530. Lalu mereka semua pergi menuju Lubang Buaya. Pada hari ini juga digelar Rapat ketujuh para pendukung kudeta, yaitu: Untung, Latief, Sujono, Sjam, dan Pono. Rapat ini membahas tentang kunjungan Kapt.Kuntjoro, Let.Ngadino, Kapt.Suradi ke Lubang Buaya.

  • 28 September 1965, dimulainya pendidikan kilat militer gelombang ketiga di Lubang Buaya selama seminggu. Pada hari ini juga Jend.Supardjo di Kalimantan Barat, telah menerima pesan bahwa kudeta akan segera dilakukan. Setelah menerima pesan tersebut, dia langsung terbang ke Jakarta, dan ketika tiba di Jakarta sore hari, dia langsung menuju rumah Sjam. Pada hari ini juga, Kol.Latief bersama istrinya berkunjung ke rumah Jend.Soeharto di Jalan H. Agus Salim. Maksud kunjungan Kol.Latief ini adalah untuk menanyakan adanya info tentang isu Dewan Jenderal.

  • 29 September 1965, larut malam, digelar rapat kedelapan para pendukung kudeta, yaitu: Untung, Sujono, Latief, Sjam and, Pono yang juga dihadiri oleh Jend.Supardjo, Walujo, dan 2 orang wanita tidak dikenal. Dalam rapat, Sjam mengumumkan hari pelaksanaan kudeta dan akan dinamakan Gerakan 30 September.

  • 30 September 1965, siang hari, Let.Doel Arif memberikan pengarahan militer kepada beberapa komandan unit yang terlibat dalam kudeta. Sore harinya, Sujono mempersiapkan akomodasi untuk Dani dan Aidit di Pangkalan Udara Halim. Lalu Sujono pun pergi ke Kantor Pengamat Udara untuk mempersiapkan kantor tersebut menjadi markas besar komando kudeta. Malam hari jam 22.30 WIB, Untung, Latief, Sujono, Sjam, Pono, dan Supardjo memeriksa pasukan di Lubang Buaya.

  • 1 Oktober 1965, jam 01.30-02.00 WIB, terdapat 4 peristiwa penting yang terjadi hampir bersamaan: Let.Doel Arif memberikan pengarahan terakhir kepada pasukan yang akan terlibat dalam kudeta, di tempat lain Sujono mengawal Aidit menuju Halim, Dani meninggalkan rumahnya untuk tidur di Halim, dan Untung, Latief, Sjam, Pono serta Supardjo tiba di Kantor Pengamat Udara. Pada jam 04.00-05.00 WIB, kudeta dilaksanakan untuk menculik 7 jenderal elit Angkatan Darat. Jend.Haryono, Pandjaitan, dan Yani terbunuh karena melakukan perlawanan ketika akan diculik. Jend.Suprapto, Jend.Sutojo, Jend.Parman, dan Let.Tendean (ajudan Jend.Yani) berhasil diculik hidup-hidup dan dibawa ke Lubang Buaya. Sedangkan Jend.Nasution berhasil meloloskan diri. Jam 07.00 WIB, pasukan kudeta berhasil menguasai RRI dan mengumumkan kepada publik untuk pertamakalinya tentang aksi kudeta Gerakan 30 September melalui siaran radio RRI. Jam 07.20, pendemisioneran Kabinet Dwikora. Jam 09.15 WIB, Jenderal Supardjo tiba dengan helikopter di Halim dan tidak bisa menemukan Soekarno di istana negara. Jam 09.30 WIB, Soekarno tiba di Halim, lalu Omar Dhani melaporkan perkembangan aksi kudeta. Jam 10.30 Jend.Supardjo melapor ke Soekarno. Lalu Soekarno mengucapkan selamat kepada Jend.Supardjo atas keberhasilan kudeta Gerakan 30 September. Jend.Supardjo meyakinkan Soekarno bahwa Jend.Nasution telah berhasil ditangkap. Jam 11.15 WIB, Jend.Supardjo pergi menuju rumah Sersan Sujatno untuk menemui Untung, Latief, Sujono, Sjam, dan Pono. Jam 11.45 WIB, Jend.Supardjo kembali ke Halim dan berbicara dengan Soekarno tentang Jend.Nasution yang berhasil lolos dari penculikan. Tepat tengah hari, Soekarno memerintahkan Jend.Supardjo agar menghentikan aksi kudeta. Lalu Soekarno menyuruh seorang kurir untuk menyampaikan pesan ke markas besar KOSTRAD. Pesan Soekarno yang berisi permintaan agar Jend.Umar Wirahadikusumah, Jend.Pranoto, atau Laksamana Laut R.E Martadinata datang ke Halim ditolak oleh Jend.Soeharto. Sebagai gantinya, Soeharto menyuruh Wakil Perdana Menteri Leimena datang ke Halim sambil membawa sebuah ultimatum untuk Soekarno. Jam 20.00 WIB, Jend.Soeharto menerima komunikasi kedua dengan Soekarno yang meminta “klarifikasi terhadap situasi”. Jend.Soeharto pun menyuruh Soekarno agar segera menuju Bogor. Jam 20.30 WIB, Soekarno tiba di Istana Bogor. Jam 22.00 WIB, Jend.Soeharto menerima laporan bahwa Soekarno telah tiba di Istana Bogor. Lalu Jend.Soeharto memerintahkan RPKAD untuk menyusup ke Pangkalan Udara Halim.

  • 2 Oktober 1965, Jam 01.30 WIB, Aidit terbang meninggalkan Halim. Jam 02.00 WIB, Omar Dani terbang meninggalkan Halim. Sjam, Jend.Supardjo, Untung, dan Latief pergi meninggalkan Halim pada saat Subuh dengan berjalan kaki. Jam 06.00 WIB, Jend.Soeharto berhasil menguasai Halim. Pagi hari, Soekarno bertemu dengan Kol.Sarwo Edhy di Istana Bogor. Sore hari, Soekarno menggelar rapat di Istana Bogor dengan para petinggi militer, yaitu: Leimena, Omar Dani, Jend.Soeharto, Ibrahim Adjie, Pranoto, Jend.Sabur (Cakrabirawa), Sutjipto, dan Laksamana Laut R.E Martadinata.

  • 4 Oktober 1965 jam 16.30 WIB, dr. Brigjend.Roebiono Kertopati dan 4 orang dokter lainnya mulai melakukan Visum et Repertum terhadap 7 jenasah Pahlawan Revolusi.

  • 5 Oktober 1965 jam 01.30 WIB, dr. Brigjend.Roebiono Kertopati dan 4 orang dokter lainnya telah selesai melakukan Visum et Repertum terhadap 7 jenasah Pahlawan Revolusi tersebut. Secara keseluruhan, hasil visum ini menyatakan bahwa semua jenasah mengalami luka tembak dan tidak ada satupun wajah jenasah yang disayat-sayat oleh silet, serta tidak ada satupun jenasah yang dipotong alat kelaminnya. Pada hari ini juga langsung dilakukan pemakaman kenegaraan untuk para Pahlawan Revolusi ini. Soekarno tidak menghadiri pemakaman kenegaraan ini. Pada hari yang sama, PKI menyatakan sama sekali tidak terlibat dalam Gerakan 30 September.

  • 6 Oktober 1965, jam 10.00 WIB. Digelar rapat paripurna kabinet di Istana Bogor yang dihadiri oleh: Soekarno, Subandrio, Omar Dhani, Njoto, dan Lukman.

  • 11 Oktober 1965, Latief ditangkap di Jakarta.

  • 13 Oktober 1965, Untung ditangkap di Tegal.

  • 15 Oktober 1965, Sujono ditangkap.

  • 19 Oktober 1965, Omar Dhani sekeluarga terbang ke Phnom Penh, Kamboja.

  • 22 November 1965, Aidit ditangkap dan ditembak mati di Sambeng Gede, Jawa Tengah.

  • 15 Desember 1965, tim yang dipimpin oleh Chaerul Saleh menggelar rapat di Istana Bogor membahas nasionalisasi perusahaan asing di Indonesia. Di tengah-tengah rapat, Soeharto datang ke Istana Bogor dan menyatakan kepada peserta rapat bahwa Soeharto dan Angkatan Darat tidak setuju dengan rencana nasionalisasi perusahaan asing.

  • 11 Maret 1966, munculnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang kontroversial itu. Pada hari ini juga Soekarno dan Subandrio meninggalkan Istana Bogor secara tiba-tiba.

  • 12 Maret 1966, “Atas nama” Soekarno, Jend.Soeharto mengeluarkan perintah secara resmi melarang partai komunis.

  • April 1966, Omar Dhani tiba kembali ke Indonesia dan ditangkap oleh Angkatan Darat. Pada bulan ini juga Freeport Sulphur Company telah memberi tahu Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, bahwa Freeport Sulphur Company membutuhkan seperangkat aturan hukum sebagai syarat investasi mereka di Indonesia, yaitu perjanjian perlindungan penanaman modal dan hak konsesi penuh.

  • Februari 1967, Supardjo ditangkap.

  • Maret 1967, Sjam ditangkap. Soekarno menyerahkan kekuasaannya kepada Jend.Soeharto. Pada bulan ini juga lahir Undang-Undang Penanaman Modal Asing Nomor 1 Tahun 1967.


• 7 April 1967, Menteri Pertambangan Ir. Slamet Bratanata, Presiden Freeport Shulpur Robert C. Hills dan Presiden Freeport Indonesia Forbes K. Wilson menandatangani Kontrak Karya I Freeport untuk ekploitasi pertambangan selama 30 tahun di Puncak Ertsberg yang terletak di Kabupaten Fakfak, Propinsi Papua Barat.




•22 April 1967, 15 orang anggota DPR-GR mengusulkan pembekuan hubungan diplomatik antara Indonesia dengan China.

•1 Oktober 1967, Indonesia membekukan hubungan diplomatik dengan China.

Dari gambaran rangkaian kepingan fakta di atas, setidaknya terdapat 9 bahan renungan sebagai berikut:

•Atas nama PKI, D.N Aidit dan Sjam Kamaruzzaman memang benar merencanakan sebuah kudeta militer terhadap Angkatan Darat.

•Terdapat beberapa pejabat militer di Angkatan Darat dan Angkatan Udara yang juga membantu kudeta G 30S PKI.

•Dalam atmosfir politik internasional Perang Dingin (Liberalisme versus Komunisme) kala itu, pihak asing anti komunis memandang bahwa Pemerintah Orde Lama dianggap "terlalu akrab" dengan komunis.

•Dalam konteks kapitalisme, terdapat pihak dalam negeri pro kapitalisme dan pihak luar negeri pro kapitalisme yang terindikasi diuntungkan secara ekonomi-politik oleh peristiwa kudeta G30SPKI.

•Benarkah Josephus Gerardus Beek SJ alias Romo Jesuit Beek alias Pater Beek adalah seorang pastur pro liberal-anti komunis berstatus sebagai informan CIA dan juga sekaligus sebagai agen Black Pope (kardinal yang mengepalai operasi politik katolik di seluruh dunia) di Indonesia, dan pernah menyerahkan daftar 5000 nama pentolan PKI se-Indonesia kepada Letnan Kol.Ali Moertopo jauh-jauh hari sebelum Gerakan 30 September terjadi?

•Siapakah yang membuat Surat Gilchrist palsu alias Dokumen Gilchrist palsu yang ditemukan di rumah Bill Palmer di kawasan Puncak, sewaktu rumah pengimpor film Hollywood itu diobrak abrik oleh orang-orang dari organisasi Pemuda Rakyat? Surat ini adalah sepucuk surat bertulistangan palsu Sir Andrew Gilchrist (Duta Besar Inggris untuk Indonesia) pada bulan Maret 1965 yang dikirimkan ke Kementerian Luar Negeri Inggris, yang melaporkan tentang hasil pembicaraan Gilchrist dengan Duta Besar AS untuk Indonesia tentang rencana AS dan Inggris untuk menggulingkan Soekarno oleh beberapa pemimpin militer Indonesia.

•Apakah yang sebenarnya dilakukan oleh Kol.Latief pada 30 September 1965 malam hari di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) 4 jam sebelum kudeta terjadi, sementara pada saat yang sama Jenderal Soeharto pun berada di RSPAD sedang menunggui anaknya Tommy Soeharto (masih berusia 4 tahun yang tersiram sup panas?)

•Benarkah ribuan anggota PKI dan simpatisannya ada yang dibunuh secara massal pada rentang tahun 1965-1966?

•Benarkah pada bulan April 1965 ada pihak dari Pemerintah Orde Lama yang menyepakati penambangan puncak Erstberg di Papua oleh Freeport Sulphur Company?

Entahlah. Hanya Tuhan yang tahu.


Sumber:

Lisa Pease, Indonesia, President Kennedy & Freeport Sulphur, Probe, March-April, New York, 1996

Lisa Pease, JFK, Indonesia, CIA & Freeport, Probe, May-June, New York, 1996

Central Intelligence Agency, INDONESIA-1965: The Coup That Backfired, Washington DC, 1968

Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KONTRAS), Menyusun Puzzle Pelanggaran HAM 1965: Sebuah Upaya Pendokumentasian, Jakarta, 2012
Diubah oleh inal74 25-09-2019 05:29
cattleyaonlyrizkyarif23rmdhnreza
rmdhnreza dan 29 lainnya memberi reputasi
28
25.3K
252
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
icon
6.5KThread10.3KAnggota
Tampilkan semua post
nelenlendir
nelenlendir
#12
Quote:


Sulit mengatakan bahwa rancana mereka kurang matang, karena sebelum memulai gerakan.. Mereka sudah berkali2 meeting dan konsolidasi. Mungkin mereka kurang memikirkan kemungkinan terburuk, atas spt yg agan bilang tidak ada plan B. Atau bisa jadi ada manuver pihak lain yg tidak disangka2..malah memukul balik mereka.
5puncy
5puncy memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.