masnukhoAvatar border
TS
masnukho 
Di Balik Kisah Mendaki Gunung Sekincau, Tidur Di Atas Kuburan!


Mendaki gunung, mendengar kata itu tentu sudah terbayang betapa lelahnya sebuah pendakian.
Namun keindahan disetiap langkah seolah menghapus jengah atas kepenatan.

Bagi seorang pendaki melakukan pendakian adalah sebuah hal yang sangat menyenangkan, karena kita dapat mengeksplor keindahan dengan mata kita sendiri.

Siapa sangka, ternyata tidak hanya keindahan yang didapatkan dalam sebuah perjalanan, kisah mistis nun amis juga ikut memberikan bau lain dari sebuah perjalanan pendakian.

Banyak larangan dan peraturan yang harus di patuhi oleh pendaki saat menaiki inci demi inci tanah pegunungan.

Entah ini mitos atau fakta, namun kisah kali ini akan membawa kalian semua masuk kedimensi lain!
Jangan baca saat melamun!



Kisah ini terjadi sekitar dua tahun lalu, di mana kami pecinta alam dari Tulang Bawang Barat, Lampung pergi ke pegunungan Sekincau, Lampung Barat.

Komunitas Pecinta Alam Bhineka, itu adalah nama komunitas kami yang semuanya beranggotakan 7 orang.
Namun kali ini yang ikut melakukan pendakian hanya 5 orang saja.

Ada Masnukho, Fauzi, Huda, Devi dan Indah.
Kami adalah teman satu angkatan yang kebetulan mempunyai hobi yang sama, yaitu mendaki gunung.

Gunung Sekincau adalah salah satu gunung di Lampung tepatnya berada di Liwa, Lampung Barat.
Sekincau sendiri adalah pegunungan yang didominasi dengan pohon kopi, diseluruh datarannya ditumbuhi pohon kopi yang menjadi ciri khas Lampung.

Semua perlengkapan telah dipersiapkan, tenda, baju, makanan dan obat-obatan.
Semua lengkap karena kami akan menginap di puncak Sekincau selama semalam.

Kami mulai mendaki pukul 05:30 pagi, hawa dingin pegunungan yang merasuk membuat napas kami seolah tersendat hendak putus, namun itu semua tidak menghalangi langkah sang pendaki, kami tetap melanjutkan perjalanan meski harus kedinginan.




Perlahan matahari menampakan senyumannya, meski sedikit malu-malu.
Paling tidak dia telah memberikan sedikit belaian hangat di pelipis.
Tak disadari perjalan telah memakan waktu satu jam, dan kami berhenti di posko1 di mana di sana biasa orang-orang melakukan istirahat karena kelelahan menempuh perjalan yang lumayan menanjak.

Dalam peristirahatan kami di posko tersebut kami mendapatkan sedikit arahan dari orang yang menjaga posko, tidak hanya perihal arah jalan namun juga arah aturan yang tidak boleh dilakukan selama nanti diperjalan menuju puncak Sekincau.

Quote:


Kami pun melanjutkan perjalanan dengan semangat, siapa sangka Sekincau mempunyai panorama keindahan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata- kata.



Sumber: di sini

Kaki semakin lelah, mata mulai berkunang, pijakan kaki tak lagi kuat.
Akhirnya kami telah sampai di puncak Sekincau.

Kulihat jam mulai menunjukan pukul 16:30, nampak Fauzi, Huda, Devi dan Indah tiduran tanpa alas karena kelelahan.

Aku membangunkan mereka untuk mengajak segera mendirikan tenda!

"Woy, bangun-bangun! Belum juga bikin tenda dah pada KO aja"

"Halah cingirmu, capek oy" keluh Huda

"Capeknya kita tunda dulu, bikin tenda baru istirahat" ajakku.

"Yowes ayo" timpal Fauzi.

Kami pun membuat tenda, meski capek sudah menggerayangi sekujur badan.

~ ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Spoiler for Lingser Wengi:


Tenda selesai dibuat, tepat pukul 17:30.
Matahari sudah tenggelam tertutup kabut, hanya tinggal temaram kilaunya saja yang tersisa.

Aku hendak mengambil wudhu, nampaknya ada sumber air diujung jalan dekat tenda kami berdiri, tadi aku sempat melihatnya.

Aku, Fauzi dan Indah melakukan shalat berjamaah, sedangkan Devi karena beragama kristen jadi dia tidak shalat.
Huda? Dia ngorok dalam tenda.

Bunyi jangkrik menghiasi malam ini, nampak sesekali terdengar lolongan anjing, semua nampak sepi.
Tidak ada tanda kehidupan di puncak Sekincau.

Semua sudah tidur, tinggal aku yang terjaga.
Melihat sekitar dengan bantuan cahaya api unggun kecil yang tadi kami buat dan sekarang mulai padam.

Kulihat Huda terbangun, dia ngeloyor keluar tenda dengan santainya.

"Mau kemana Da?"

"Nguyoh, ngopo arep milu?"

"Gah rasudik"

Ternyata Huda pergi kencing, mungkin dia kebelet karena sedari tenda jadi dia dah tidur ngorok-ngorok.


"Djanc*k"

Kudengar suara Huda misuhatau ngomong kotor!

"Ngopo?" tanyaku sambil lari menghampirinya.

"Cokot semut Anuku"

"Healah, tak kirain ngapa gak taunya digigit semut"

Aku kembali ketenda meninggalkan Huda yang masih sibuk ngurusin Anunya yang digigit semut.

Lah kok lama bener ya?
Apa Anunya kenapa-kenapa? pikirku.
Aku mencoba mencarinya ketempat dia kencing tadi.

Aku bingung bukan main, karena sudah mencarinya sampai kepinggir-pinggir jurang tapi tetap tidak menemukan batang hidungnya.

Kuputuskan untuk kembali ketenda, membangunkan teman yang lain.


"Cah, Huda ilang!" teriakku.

Mereka pun meloncat kaget bangun dari tidurnya.

"Lah kok bisa?" tanya Fauzi.

"Tadi dia kencing di sana, tapi setelah tak tunggu lama kok gak mbalik"

"Yowes ayo dicari!"

Kami pun mencari bersama, kepinggir-pinggir tebing, tetap tidak ditemukan.
Sudah pusing tujuh keliling kami mencari, bahkan Indah sama Devi sampai nangis karena Huda tidak juga ditemukan.

Kami mencoba mencari bantuan, untung saja kami bertemu dengan penjaga posko yang pagi tadi pagi bertemu.

"Pak tolong pak"

"Kenapa dek?"

"Teman kami ilang!"

"Lah kok bisa?"

Aku pun menceritakan semua kronologi dari Huda kencing sampai hilang.

"Lah ndableg kok terahe, sudah dikasih tau jangan ngomong kotor kok ngeyel"

Kami sedikit kenak omel dari penjaga posko.
Kulihat dia duduk bersila di tanah lapang, sambil berkomat-kamit, setelah beberapa saat dia bangun.

"Ayok ikuti saya"

Kami pun mengikuti penjaga posko, sedikit berjalan agak jauh akhirnya sampai di sebuah kuburan.
Nampak nisan-nisan berbaris, tua sekali kuburan tersebut.

Penjaga posko menuju kekuburan yang ada di ujung, kami hanya melihat dari kejauhan karena takut.

Pak takim nama penjaga posko tersebut, dia nampak membangunkan seseorang dan ternyata itu Huda.

Lah kok bisa tidur di situ pikirku?
Pak Takim mendekat kearah kami dengan diikuti Huda dibelakangnya.

"Heh ngapain tidur di sini?" tanya Fauzi.

"La aku yo gak paham, tadi habis kencing pulang ketenda. Ehhh gak tau kenapa nyampai di sini!"

"Itu karena kamu ngomong kotor Le, kan tadi sudah tak jelasin jangan ngomong kotor"

"Owhh iya pak, kami minta maaf"

"Yaudah sana balik ketenda lagi, sudah larut malam."

Kami pun bergegas pulang ketenda dan tidak habis pikir akan kejadian yang barusan terjadi.
Benarkah hal ini benar-benar campur tangan penjaga gunung Sekincau?

Ahhh sudah lah, yang kuharapkan saat ini segera pagi dan kami bisa kembali kebawah dengan selamat.

Memang benar pesan penjaga Posko tersebut mau di mana pun tempatnya, ngomong kasar dan kotor itu tidak baik tidak pula dapat dibenarkan.


Sumber: di sini

Penulis: Masnukho
evywahyuni
anasabila
Gresta
Gresta dan 46 lainnya memberi reputasi
47
8.6K
153
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThreadā€¢82KAnggota
Tampilkan semua post
masnukhoAvatar border
TS
masnukho 
#129
Quote:


šŸ˜† Ane gak mau komentar di sana.
Gak sopan lah
agungdar2494
agungdar2494 memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
Ā© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.