MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
PACARKU HIDUP KEMBALI

Permisi Gan/Sis pembaca setia cerita cinta Hayati dan Asnawi, dalam trit baru ini ane mau cerita lanjutan petualangan Hayati setelah berpisah sama Asnawi.
Spoiler for Sinopsis:


KARAKTER


Spoiler for Karakter Utama:

Spoiler for Mahluk Gaib dan Bangsa Siluman:

Spoiler for Karakter Pendukung:



Quote:


Soundtrack cerita biar kayak film-film ANIME....emoticon-Embarrassmentemoticon-Embarrassment

Spoiler for Opening Song:


 
BAGIAN 1
ALAM BAKA
part 1



Malam itu setelah petarungan besar antara Bendoro dan Hayati, keadaan tampak sangat memilukan. Asnawi dan Hayati saling berpelukan dalam waktu lama, tubuh Hayati yang masih mengeluarkan darah tidak menjadi batu sandungan buat dirinya untuk memeluk Hayati.

Hayati menangis tersedu sedu dalam pelukan Asnawi. akhirnya setelah sekian lama, dia bisa bersatu dengan Asnawi tanpa harus mengalami berbagai gangguan. Bendoro yang selama ini muncul di kehidupannya, telah lenyap begitu saja. Memang Bendoro mempunyai tujuan yang baik demi membela kamu arwah penasaran yang diperbudak oleh bangsa siluman bangsawan, namun dia telah merenggut kebahagiaan Hayati dengan memaksanya untuk ikut berjuang. Bagi diri Hayati, Asnawi berperan sebagai pahlawan besar dalam kahidupannya sebagai arwah penasaran. Dimulai dengan pertemuan pertamanya yang sangat menyeramkan sampai mereka menjadi satu seperti sekarang ini. Banyak lika liku kehidupan cinta diantara mereka berdua ditengah jurang perbedaan yang menganga.

Hayati merasa sangat bahagia kala itu, hatinya merasa sangat tenang dan jiwanya berbunga bunga. Tubuhnya mulai menghangat seperti manusia hidup. Detak jantungnya mulai terasa dan aliran darahnya mulai menggelora. Tiba tiba seberkas cahaya berwana keemasan muncul dari langit dan menerpa tubuh Hayati yang masih beperlukan dengan Asnawi. Hayati langsung kaget dengan cahaya itu dan melapaskan pelukannya dengan Asnawi.

“mas...sinar ini?”

“maksudnya apa Hayati?”

“hatiku sekarang tenang banget dan jiwaku juga terasa hangat...jangan jangan ini tanda tanda...”

“maksudnya arwah kamu udah nggak penasaran lagi?”

“iya mas ku...huft..huft..mas.....mas..........gimana ini?”

“Hayati....kamu jangan tinggalin aku... kita udah berjanji mau hidup bersama”

“aku juga sama mas aku...hiks ...hiks...aku nggak mau pisah sama kamu mas”

Tubuh Hayati menjadi sangat hangat dan perlahan mulai memudar. Panggilan dari alam baka mulai menggema, Hayati mau tidak mau harus pergi kesana dan meninggalkan Asnawi di dunia ini. Asnawi semakin erat memeluk Hayati. Dia histeris dan tidak mau melepas Hayati.

“Hayati....tolong tetap disini, jangan pergi dulu ke alam baka..hiks..hiks”

“maafin aku mas, aku juga nggak bisa berkehendak....ini udah takdir...udah seharusnya aku berada di alam sana”

“HAYATIIIIII...........TOLONG HAYATI....TETEP JADI ARWAH PENASARAN....JANGAN TINGGALIN AKU”

“mas.....kayanya aku udah nggak bisa....aku udah pasrah akan keadaan sekarang..mas...denger aku mas...”

Hayati berusaha menegakkan kepala Asnawi yang tertunduk. Tampak mata Asnawi yang merah karena menangis dan wajahnya yang basah terkena air mata. Hayati berusaha tegar dan menguatkan Asnawi yang tengah jatuh dan larut dalam kesedihan. Hayati harus menyampaikan pesan yang bisa dijadikan bekal hidup Asnawi ditengah waktu yang samakin sempit. Lama kelamaan tubuh Hayati semakin memudar, dia harus berpacu dengan waktu.

“mas....maafin aku yah...mas...aku pengen kamu janji...aku pengen kamu berjanji sebelum aku pergi selamanya ke alam baka”

“nggak mau....kamu harus tetep disini Hayati..”

“mas...ku sayang...tolong aku yah mas.....mas harus ngerelain kepergianku yah...dan aku pengen mas berjanji”

Asnawi terdiam beberapa saat. Dia tampak berusaha untuk ikhlas untuk melepas Hayati pergi ke alam baka. Dia mulai mengatur napasnya dan menghentikan tangisannya.

“hiks...hiks....hiks..............iya aku berjanji”

“aku pengen kamu berjanji untuk menyayangi Cascade sabagaimana kamu menyayangi ku...aku pengen kamu melanjutkan hidupmu bersama dia....aku pengen kamu balikan lagi sama dia.....janji mas!”

“aku janji Hayati.........aku akan melaksanakan janji janjimu Hayati”

“makasih banget mas ku sayang...sekarang aku bisa pergi dengan tenang”

“iya Hayati sayang...aku sayang banget sama kamu...aku cinta banget sama kamu...aku nggak akan ngelupain kamu..Hayati...hatiku udah milik kamu....aku nggak akan ngasihin sama orang lain”

“mas....hiks..hiks....kamu harus tetap sehat yah mas, kamu harus rajin mandi, makan makanan sehat, nggak boleh ngerokok dan rajin olahraga mas....mas.....kayanya waktuku udah tiba...peluk aku mas”

Asnawi kembeli berpelukan dengan erat disertai tangisan yang luar biasa yang membuat suasan semakin menyedihkan.

“mas...walaupun di dunia ini kita nggak bisa bersatu...semoga di akhirat kelak kita akan ketemu lagi dan hidup bersama selamanya”

“iya Hayati..aku janji...aku akan selalu mendoakan mu dan akan melakukan semua yang kamu perintahin ka aku.....Hayati aku akan menemuimu di akhirat nanti...tunggu aku disana yah sayang....capet atau lambat aku juga akan menyusulmu ke alam sana....terima kasih Pacar Kuntilanak Ku tersayang...kamu udah mewarnai hidupku yang menyedihkan ini....”

Hayati pun akhirnya menghilang dari pelukan Asnawi. dan cahaya keemasan yang berasal dari langit pun juga ikut menghilang. Kejadian itu sama persis seperti yang Asnawi saksikan ketika 6 kuntilanak anak buah Wewe Gombel yang juga pergi ke alam baka. Asnawi kembali menangis dan berteriak teriak menyebut nama Hayati. Dia seakan akan tidak sanggup ditinggal Hayati dalam keadaan seperti itu.

Hayati terbang di dalam sebuah pusaran energi dalam tuangan yang tak terbatas. Dia melayang tanpa arah yang jelas, Hayati mencoba untuk berbalik arah melawan arus tarikan gaya,akan tetap usahanya itu gagal. Hayati menangis selama berada dalam pusaran itu. Dalam hatinya dia terus berkeluh kesah dengan keadaan yang dialaminya.

“Oh Tuhan....kenapa Engkau melakukan ini kepadaku?.....aku cuma ingin hidup bahagia bersama kekasihku....kenapa Tuhan??” gerutu Hayati dalam tangisannya.

Tiba tiba seberkas cahaya putih kecil mulai muncul diujung pusaran. Hayati langsung melihat kearah cahaya itu, dia tampak mengernyitkan dahinya. “Mungkin itu adalah pintu alam baka” gumam Hayati dalam hati. Lama-lama cahaya putih itu semakin membesar dan mendekati Hayati. Jantungnya semakin berdebar kencang ketika dia mendekatinya dan akhirnya dia masuk kedalam cahaya putih itu.

Tiba-tiba Hayati berbaring diatas tanah yang tandus. Dia menghela napas dengan kencang dan berusaha membuka matanya pelan-pelan. Hayati mulai berdiri dan melihat keadaan disekitarnya. Ternyata tempat itu adalah sebuah padang tandus yang sangat luas dan memiliki kontur permukaan tanah yang datar. Hayati tampak sangat kebingungan dengan tempat itu. Dia kemudian berjalan untuk mencari tahu tempat yang baru didatanginya itu. Padang tandus itu dipenuhi oleh kabut dan bersuhu panas, seperti suasana Kota Bandung di siang hari.

Hayati berjalan lurus kedepan untuk mengetahui tempat itu. Dia tidak bisa melihat jauh karena terhalang oleh kabut, jarak pandangnya sangat terbatas. Akhirnya dia menemukan sebuah pohon kering yang menjulang cukup tinggi. Hayati memiliki ide untuk memanjat pohon itu dengan tujuan dapat melihat keadaan di sekitarnya. Dia pun memanjat pohon itu dengan susah payah.

Wujud Hayati berubah menjadi seperti manusia, dia tidak bisa melayang dan terbang seperti biasanya, tampak tubuhnya juga memadat. Hayati masih memakai baju gaun putih kuntinya yang berlumuran darah akibat pertarungan dengan Bendoro. Ketika sampai di puncak pohon, Hayati mulai melihat lihat kondisi sekitar yang masih tertutup kabut.

Tak lama berselang, tiba-tiba angin kencang bertiup dan menyingkirkan kabut yang mengahalangi pandangannya. Hayati tampak menutup matanya ketika diterpa angin tersebut. Setelah angin itu hilang, Hayati kembali membuka matanya. Betapa kagetnya dia ketika melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Dia melihat orang-orang yang sangat banyak tampak antri untuk masuk ke dalam sebuah pintu besar yang berada di sebuah benteng yang sangat tinggi dan panjang di ujung cakrawala. Orang-orang yang kira kira berjumlah jutaan itu tampak bersabar dalam menunggu antrian masuk ke gerbang itu. Mereka tampak mengenakan kain kafan yang digunakan untuk menutup tubuh. Tergambar berbagai macam ekspresi yang tersirat di raut wajah mereka, ada ekspresi senyum bahagia, sedih, menangis dan penuh penyesalan.

................................................................

Spoiler for Closing Song:



Polling
0 suara
Siapakah yang akan menjadi pendamping hidup Asnawi ?
Diubah oleh Martincorp 06-12-2019 01:04
muliatama007
chrysalis99
gembogspeed
gembogspeed dan 207 lainnya memberi reputasi
196
679.1K
6.3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.5KAnggota
Tampilkan semua post
MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
#927
BAGIAN 19
PAKU KUNTILANAK
part 1



Sabtu pagi, Asnawi tampak sibuk mengepak semua pakaian dan perlengakapannya untuk pulang kampung ke Sukabumi berama Eka dan Febri. Utami tampak sangat kelelahan dengan berbaring lemah di atas ranjang. Dia masih terlelap dibalik selimut tebal yang menutupi tubuh kurusnya setelah menerima aliran energ yang sanagt besar dari Asnawi semalaman.

Asnawi sangat penasaran dengan sosok Mbah Encur yang katanya bisa menghidupkan kembali kuntilanak lewat ritual pemasangan paku kuntilanak. Di lubuk hatinya, Asnawi merasa menyesal karena tidak menngikuti saran Febri dulu. Seandainya dia menurutinya, maka Hayati sekarang akan menjadi manusia kembali dan bisa dinikahi oleh Asnawi. Setelah selesai mengepak pakaian ke tas ransel yang berukuran cukup besar, Asnawi pun bersiap pergi. Sebelum itu, dia menghampiri Utami yang masih terlelap untuk berpamitan. Dia membangunakannya dengan mencium keningnya.

“Tami..Tami...bangun!”

“hmmmm.......apaan sih Wi?...aku masih ngantuk nih”

“aku mau pergi sekarang....aku mau pamit”

Utami langsung bangkit dari peraduannya dan menatap Asnawi dengan serius.

“kamu mau pergi sekarang?” tanya Utami dengan mata berkaca-kaca.

“iya Tami, bentar lagi mobil Eka mau menjemput....kamu baik-baik disini yah!...jagain kamarku!”

“jangan lama-lama atuh Wi perginya!”

“cuman dua hari Tami....aku gak akan lama lama..yaudah aku pergi dulu”

Asnawi pun akhirnya pergi meninggalkan Utami sendirian di kamar kostnya. Utami tampak sangat sedih ketika Asnawi keluar dari kamarnya yang kemudian mengunci pintu. Dia pun akhirnya melayang menembus dinding mengikuti langkah Asnawi menuju depan rumah. Tak lama kemudian, mobil Jeep berasap Eka tiba dan berhenti tepat didepan Asnawi yang tengah berdiri di tepi jalan.

“hati hati ya Nawi...semoga kamu baik baik aja disana”

“makasih Tami hehehe”

Asnawi melambaikan tangannya kearah Utami yang berada di halaman rumah. Eka dan Febri terheran heran dengan tingkah Asnawi aneh yang berbicara sendiri dan melambaikan tangannya ke ruang kosong. Asnawi duduk di kursi sebelah Eka yang mengemudikan mobil, sementara Febri duduk dibelakang.

“broo, lu ngomong sama siapa?” tanya Eka.

“gue ngomong sama Utami...tuh dia masih melambai” jawab Asnawi.

“Utami??....siapa dia?......gak ada orang disono”

“dia bukan orang bro.....dia penunggu kostan”

“njiiirrr....dia setan broo?....kuntilanak?”

“bukan geblek!.....dia cuman arawah gentayangan aja...dia anak ibu kost”

“wah..wah....sekarang kayaknya temen kita nih udah move on euy haha....pacaran sama setan lagi” sahut Febri dari kabin belakang.

“njiirrrr...sembarangan lu !...enggak euy, gue mah cinta mati sama Hayati....gue gak akan sama setan lainnya” bantah Asnawi dengan menatap Febri dengan tajam.

“hadeeeeuuhh....lu emang udah gila Wi....cinta mati sama setan” sambung Febri.

“ngaca dulu woy.....elu itu sekarang lagi pacaran sama siapa?” tanya Asnawi .

“hahahaha.......yaelah lu berdua nih...pada gila yah...sama-sama seneng pacaran sama setan” sahut Eka yang membuat Febri dan Asnawi yang semula saling adu mulut menjadi bisu.

Eka menancap gas, mobil jeep berasap pun mulai melaju kencang menyemburkan asap pekat dari knalpot sehingga membentuk suatu kepulan kabut di jalanan. Utami memandang penuh harap terhadap Asnawi yang menumpang mobil jeep berasap, untuk pertama kalinya Utami merasa bergetar hatinya ketika ditinggal Asnawi.

Perjalanan menuju Sukabumi sangat jauh dan memakan waktu teramat lama. Sepanjang jalan Asnawi beberapa kali membetulkan posisi duduknya agar nyaman dan tidak mabuk darat. Cara mengemudi Eka yang ugal-ugalan, membuat perut Asnawi bergejolak, seakan akan ada pesta pora di dalamnya. Asnawi baru sadar kalau dari tadi dia tidak melihat penampakan sosok Letty yang menjadi peran utama dalam tujuan perjalanan ini. Dia pun menoleh kearah Febri yang sedang tidur untuk mencari sosok Letty, akan tetapi hasilnya nihil.

“Ka....ngomong-ngomong Letty kemana?...dari tadi gue gak liat”

“dia ikut broo..dia ada dibelakang”

“lha kok gue gak liat yah...emang dia dimana?”

“tuh dimasukin ke botol sama si Febri”

“APAAAAHH?...DIMASUKIN”

“iya broo...kata mbah Encur, kuntilanak yang mau ngejalanin ritual mesti dimasukin ke botol biar energinya gak habis”

“gue pengen liat euy”

“tuh ambil aja....mumpung si Febri lagi molor”

Asnawi kembali menoleh kearah Febri yang terlelap sambil duduk, dia tampak memegangi sebuah botol kaca bening. Asnawi dengan perlahan mengambil botol kaca itu untuk melihat keadaan Letty. Febri tidak merespon apa-apa ketika Asnawi mengambil botol itu. Setelah itu, Asnawi kembali menghadap kedepan sambil memperhatikan botol. Tampak Letty yang sedang meringkuk dengan gaun kuntilanaknya. Asnawi mencoba berkomunikasi dengan Letty, dia mengetuk-ngetuk dinding botol itu dengan jarinya. Sontak, Letty terkejut, dia langsung berdiri memasang kuda-kuda seakan ingin bertempur. Akan tetapi ketika dia melihat Asnawi, Letty langsung bersikap kembali normal.

“hi....Letty apa kabar?” tanya Asnawi, namun Letty tidak bisa mendengar suara Asnawi. ruang kedap udara dalam botol, membuat Letty tidak bisa mendengar suara dari luar. Letty berusaha berkomunikasi dengan menggunakan isyarat, namun Asnawi tidak mengerti. Akhirnya dia mengembalikan botol itu ke pangukan Febri yang masih tertidur. Letty tampak sangat kesal karena dia berusaha berkomunikasi dengan Asnawi namun tidak direspon.

Sabtu sore, mereka tiba di rumah Asnawi. betapa kagetnya Eka dan Febri, ketika melihat wujud rumah Asnawi yang ternyata sangat besar dan mewah. Rumah Asnawi berdiri kokoh di tengah lingkungan persawahan, dimana terdapat suatu akses jalan tersendiri dari tepi jalan raya menuju rumahnya. Di bagian depan, terdapat sebuah bangunan yang berfungsi sebagai Klinik Bersalin. Di depan pagar terdapat sebuah papan nama ‘Klinik Bersalin Dokter Kandungan’ dengan dokter praktek dr. Ahmad Irawan H, Sp.OK yang tidak lain adalah ayah Asnawi. klinik itu tampak sangat ramai dengan orang-orang yang sedang memeriksa kandungannya. Mereka dengan bersabar mengantri menunggu giliran untuk diperiksa oleh dokter.

“gile lu broo...ternyata elu orang tajir..geblek!!” sahut Eka.

“iya euy broo..ternyata temen kita nih orang kaya....gile rumahnya gede banget” tambah Febri.

“ahhh...enggak juga euy....gue mah gak kaya, ini semua punya bapak sama emak gue” Asnawi berusaha merendah.

“tetep aja lu orang kaya....pantesan aja si Cascade ngebet banget sama elu, secara sama sama tajir” kata Febri.

“ya enggak lah broo...Cascade bukan orang kaya gitu...dia sama sekali gak liat status ekonomi...malahan ekspresi dia sama kayak kalian barusan...dia juga kaget”

“anjiiirr...kalo gini, kenapa lu gak minta dibeliin motor Ninja aja sama bapak lu?...kenapa malah pake mio butut itu”

“hmmm...gue lebih seneng pake motor itu broo...bawa hoki...kalo bukan karna motor itu, gue pasti gak akan pernah kenal sama Hayati...yaudah broo...kita masuk yuk!, dari tadi berdiri di halaman mulu...sekalian gua kenalin lu sama bapak gue”

Mereka berjalan menuju bagian belakang bangunan klinik. Asnawi membuka pintu samping yang langsung menuju ruangan periksa pasien. Asnawi, Eka dan Febri memasuki sebuah ruangan yang dipenuh banyak peralatan medis. Disana juga terdapat sebuah ranjang yang berfungsi sebagai tempat melahirkan. Asnawi kembali mengajak teman-temannya memasuki sebuah ruangan lainnya.
Eka dan Febri mendadak kaget dan membatu ketika melihat ayah Asnawi sedang memeriksa seorang pasien ibu hamil di ruangan itu. Tampak pasien itu berbaring dengan kaku yang mengangkang, sementara ayah Asnawi sedang memeriksa bagian vital pasien itu dengan teliti. Asnawi menghampirinya dan menepuk pundak.

“Bapak.......” sapa Asnawi.

“ehhh...Nawi...kamu udah nyampe disini?.....dari sana jam berapa perginya”

“jam 9 pagi pak....bapak sehat?”

“alhamdulillah Wi.....kamu sehat juga?”

“sehat pak...oh iya...kenalin nih pak, temen-temenku”

Akan tetapi, Febri dan Eka malah tetap berdiam diri setelah dikenalkan kepada ayah Asnawi. sontak, Asnawi pun menampar mereka berdua agar sadar.

“WOY...kalian malah bengong aja!....itu bapak gue mau kenalan”

“oh sorry..sorry...gue shock”

Febri dan Eka pun menghampiri ayah Asnawi dan memeprnalkan diri sambil mencium tangannya.

“kalian baru pertama yah main kesini?” tanya ayah Asnawi.

“iya pak..hehehe...saya jadi grogi nih hehe” jawab Febri.

“kita mau maen ke Sukabumi selatan pak....” tambah Eka.

“oohh...oke kalo gitu, selamat datang yah di rumah ini...anggapa aja rumah sendiri, kalian gak usah sungkan...maafin yah kalo bapak lagi sibuk meriksain pasien...yaudah..Nawi!!...bawa mereka ke rumah yah!”

“siap pak......ayo brooo!!”

Asnawi, Eka dan Febri berbondong-bondong berjalan keluar ruangan. Ayah Asnawi pun kembali memeriksa pasien yang terlihat malu karena adaya orang asing yang menerobos masuk ke ruang periksa.

“dok...mereka siapa?...tiba tiba masuk kesini?” tanya pasien.

“itu anak saya bu..sama temen temennya...dia kuliah di Bandung...kebetulan lagi pengen maen di Sukabumi”

“oohh...aduh saya jadi malu nih dok...tiba tiba banyak anak-anak muda masuk kesini, sementara saya nya malah ngangkang gini..hehehe”

“maafin saya yah bu....”

“ah gak apa apa dok....lagian anak-anak itu ganteng-genteng hehehe”

“hadeuh si ibu....”

Asnawi, Eka dan Febri masuk semakin mendalam ke bagian klinik. Mereka menyusuri lorong ruang pearawatan dan perinatologi. Febri dan Eka masih shock melihat pasien ibu hamil tadi, mereka baru pertama kali melihat hal seperti itu. Di klinik itu terdapat setidaknya sepuluh ruang rawat dan semuanya bermuara di lorong besar itu.

“broo...elu gak apa apa liat pasien bapak lu tadi?” tanya Eka penasaran.

“enggak broo...gue mah udah biasa liat bapak gue meriksa pasien, malah kadang gue suke jadi asistennya dia”

“anjiiirr...berarti lu udah biasa liat m*ki cewek-cewek dong”

“hahahaha.....anyeeenk”

“enak banget jadi bapak lu Wi..kerjaanya cuman colm*k tiap hari...hahaha” ledek Febri.

“eh lu jangan sembarangan Feb, bapak gue tuh kerjanya berat broo, urusannya sama nyawa orang, kalo salah dikit aja..itu pasien bisa mati pas ngelahirin” ujar Asnawi.

Ketika mereka sedang mengobrol sambil berjalan, tiba-tiba seorang perawat memanggil Asnawi. mereka mendadak berhenti dan menengok ke arah suara datang. Perawat itu datang dengan tergesa-gesa menghampiri Asnawi. Begitu tiba, perawat yang berparas cantik itu langsung memeluk Asnawi dan melakukan aksi cipika cipiki di depan Eka dan Febri yang kembali membatu melihatnya.

“eehh...ada aa Nawi...meni udah lama gak ketemu” sapa Risna.

“iya nih Ris...aku baru pulang kesini lagi...eh kamu apa kabar?”

“alhamdulillah baik a...aa mau maen kesini?”

“aah enggak..ini lagi kebetulan lewat aja”

“ooohh heheh...yaudah aku mau kerja lagi...ada pasien yang baru ngelahirin tadi, aku mau ngurus dia....daaaahh aa Nawi”

“daahh Ris....”

Risna kemudian berjalan melewati Febri dan Eka begitu saja untuk memasuki sebuah ruang perawatan. Asnawi kembali harus menampar kedua sobatnya untuk menyadarkannya.

“gile broo....cewek itu cakep banget” seru Eka.

“oh iya emang...dia cakep banget” kata Asnawi.

“kenapa gak lu pacarin dia broo?” tanya Febri.

“gak bisa bro...dia itu sepupu gue...hahahaha” jawab Asnawi.

“aniijiirr...kalo gitu buat gue aja....kan gue bisa jadi sodaraan nih sama elu Wi” Eka mendadak semangat.

“aduh Eka...Eka...dia udah nikah broo...sama polisi”

“apaaah!!.....hmmmm sayang banget euy”

“ah elu mah suka ngarep gak jelas gitu Ka...eh Wi apa ada sodara lu yang lain? Gue kasihan nih sama si Eka, udah jomblo kebangetan” kata Febri.

“eeeehhh..................ada ada...nanti yah kalo dia pulang, katanya sekarang udah mau nyampe rumah” jawab Asnawi.

“yessss....ayo dong sekarang kita ke rumah lu broo...gue pengen ketemu sodara lu hehe”

“si anyeenk!..denger cewek langsung semangat elu mah...hadeuuh”

Mereka akhirnya keluar dari bangunan klinik melalui peintu belakang. Rumah Asnawi berada tepat dibelakang klinik. Tampak bagian halamannya yang cukup luas, ditutupi hamparan rumput hijau yang di kelilingi oleh tanaman pagar. Mereka menyusuri halaman itu dengan melewati sebuah jalan setapak yang sengaja diuat membelah lapangan rumput yang menuju teras rumah. begitu sampai, mereka membuka alas kaki dan masuk kedalam rumah yang sangat besar dan mewah itu. Eka dan Febri kembali terpukau dengan kondisi interior rumah Asnawi yang dilengkapi berbagai furniture mahal. Mereka langsung duduk di sebuah sofa yang empuk yang berada di ruang tamu. Febri memandang sebuah foto berukuran besar yang terpasang di dinding. Potret itu adalah foto keluarga Asnawi, dalam foto itu terdapat empat orang yakni Asnawi, kakak Asnawi dan kedua orang tuanya.

“rumah lu enak banget broo.....gue langsung betah kayaknya haha”

“enak enakin aja bro...anggap aja rumah sendiri”

“eh...itu foto cewek yang sebelah lu itu kakak lu yah?” tanya Febri, semua orang menoleh ke arah potret itu.

“iya bro...dia kakak gue yang dokter itu..namanya Tisha”

“Subhanallah...Nawi...kakak lu cantik bener yah” Eka kembali terpesona dengan mata berbinar.

“buset dah si Eka sampe segitunya, dia baru liat foto kakak lu udah mau nangis aja hahahaha” sahut Febri.

“kebetulan kakak gue mau dateng kesini sekarang, mungkin bentar lagi dia nyampe” kata Asnawi.

“yang bener lu brooo?” Tanya Eka kaget.

“iya broo..masa gue boong.....tadi gue neleponin dia” Jawab Asnawi.

“kenalin gue sama kakaklu atuh broo”

“siap broo...tapi lu jangan kegatelan yah!”

Tak lama berselang, seorang asisten rumah tangga pun menghampiri dengan membawa nampan yang berisikan minuman dan makanan. Dia kemudian menyajikan hidangan itu diatas meja tamu. Asnawi, Eka dan Febri dengan semangat langsung menyerbu hidangan itu. Mereka sangat menikmati suasana ceria di sore itu. Febri pun mengeluarkan Letty dari botol untuk ikut menikmati suasana sore. Asnawi dan Eka tidak bisa melihat wujud Letty yang tidak menampakkan diri.

Beberapa menit kemudian, dari luar rumah terdengar deru suara mobil yang mendekat dan kemudian berhenti di depan pintu garasi rumah. Asnawi langsung menyadari kalau mobil itu adalah milik kakaknya. Tak lama berselang seorang gadis berwajah cantik, berambut hitam panjang, berdada besar, tubuh ramping dan tubuhnya menyerbakkan wewangian bunga, memasuki rumah dengan mengucap salam. Dia terkejut dengan keberadaan Asnawi dan teman-temannyayang sudah berada di ruang tamu.

Spoiler for dr. Tisha:


“eeehh...ada Steven....wah apa kabar steve?” sapa Tisha dengan senyum super manisnya .

“alhamdulillah teh...baik”

Asnawi langsung memeluk Tisha dengan penuh haru seolah dia menemukan suatu yang berharga. Eka dan Febri kembali tercengang melihat wujud Tisha yang sangat menarik.

“oh iya...teh, nih temen gue dari Bandung pengen kenalan sama elu”

Tisha dengan senang hati dan ramah menjulurkan tangan kanannya ke arah mereka untuk berknelan.

“kenalin...Tisha...kakaknya Steven” kata Tisha.

“salam kenal teh....namaku Febri...temennya Asnawi” balas Febri.

Kemudian Tisha menyapa dan menyalami Eka yang terlihat sangat grogi.

“kenalin...Tisha....salam kenal!” sapa Tisha.

“i..ii.ii...yya..ya...sa...saa..lam ke..ke..kenal..ju..ju..juga...nama..sa..sa..saya E...Eka” balas Eka yang mendadak gagap parah.

Eka pun mengenggeman tangan Tisha dengan erat dan dia seakan tidak mau melepasnya. Tisha mulai terlihat tidak nyaman dengan keadaan itu, Asnawi yang melihat ekspresi Tisha langsung mengambil tindakan.

“udah..udah..udah salamannya...jangan lama lama!” ujar Asnawi dengan nada galak sambil melepas paksa tangan Eka yang menggengam tangan Tisha. Eka pun terlihat sanagt malu.

“kalian temen temen kuliah Steven yah?....baru pertama dateng kesini?” tanya Tisha.

“iya teh...kita mau KKN di Sukabumi Selatan...hehehe..sekalian pengen tahu rumah Asnawi” jawab Febri malu-malu, sementar Eka semakin salah tingkah.

“oh iya...kalian enakin aja tinggal disini yah...anggap aja rumah sendiri...yaudah aku mau masuk dulu yah!”

“iya iya..mangga..mangga teh....makasih”

Tisha pun masuk ke ruangan tengah dengan menenteng sebuah tas kecil yang terlihat sangat mahal. Asnawi mengikutinya untuk membicarakan sesuatu dengan sang kakak dan meninggalkan Eka dan Febri di ruang tamu.

“broo...kayanya gue jatuh cinta pada pandangan pertama sama Tisha....dia cakep bener” kata Eka secara tiba-tiba.

“yaelah lebay banget si lu Ka....tapi emang sih kakaknya si Nawi cakep banget....mana wangi lagi dan liat tuh penampilannya modis banget...beda jauh ah sama adeknya yang keliatan kucel” sahut Febri.

“kayaknya gue pengen nikahin dia cuy...gue pengen jadi kakak iparnya si Nawi”

“waduh!!.......gue mah gak yakin euy bro...lu bakalan gak mampu”

“lho...kenapa lu ngeraguin gue?”

“ya liat aja penampilannya broo...setelan bajunya pasti harganya jutaan..belum lagi tas yang dibawanya...barusan gue search di web kalo harga tas Tisha sekitar 15 juta, itu baru tas kecil lho...pastinya dia masih punya banyak tas yang jauh lebih mahal lagi”

“tenang aja bro...bapak gue kan tajir....gue bisa lah beliin Tisha tas branded”

“ah tetep ajaa bakalan susah bro...elu kan masih kuliah, mana mau cewek nikah sama cowok yang belum mapan”

“aahhhh!!....susah ngomong sama elu mah...gimana nanti aja itu mah”

Akhirnya Eka dan Febri terlibat perdebatan sengit ketika membahasa seberapa besar peluang Eka untuk mendapatkan Tisha. Tak lama berselang Asnawi kembali menghampiri Febri dan Eka yang tengah berdebat. Asnawi langsung menenangkan mereka berdua.

“kenapa sih lu berdua malah berdebat?” tanya Asnawi.

“ini nih si Eka...dia pengen jadi kakak ipar lu” jawab Febri ketus.

“hahahahahaha...serius lu!!....hahaha” Asnawi tertawa tepingkal-pingkal.

“kenapa lu ketawa broo....emang lu gak mau?” Eka semakin merajuk.

“bukan gitu broo......elu mesti berjuang super keras buat dapetin kakak gue...saingan lu berat berat semua”

“emang siapa aja yang naksir sama dia”

“ya banyak..ada dokter, ada perwira polisi, ada pengusaha, ada anak menteri, ada anggota dewan...dan elu masih mahasiswa”

“anyeeeeenk sebanyak itu kah saingan gue?” Eka terkejut bukan kepalang.

“hahaha......udah Ka....iklasin aja....lu gak bakalan bisa dapetin Tisha” kata Febri.

“gue mah gak ngelarang lu deketin kakak gue...silahkan aja, tapi gue gak bisa bantu”

Seketika mental Eka langsung runtuh seperti tembok yang diterjang angin topan. Asnawi dan Febri pun kembali tertawa terpingkal-pingkal melihat keadaan Eka.

“eh broo...sejak kapan nama lu jadi Steven?” tanya Febri.

“ya itu panggilan khusus dari kakak gue broo....katanya nama gue terlalu jadul jadi dia manggil gue pae nama masa kini”

“emang nama lu jadul banget broo...seangkatan kakek buyut gue hahaha” Eka tiba tiba meledek.
Suasana sore pun semakin hangat dengan saling melontarkan candaan.
Diubah oleh Martincorp 20-09-2019 22:30
rijalbegundal
nuhazainuloh088
symoel08
symoel08 dan 32 lainnya memberi reputasi
33
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.