aikaanifah2Avatar border
TS
aikaanifah2
Ustad in love
Welcome to my first Thread emoticon-Hai




Ustad in love
(Prolog)
.
.
.




Warning : Segala hal yang tertulis di dalamnya tidak bermaksud untuk menyinggung pihak manapun, typo betebaran, absurd, gaje, but this story is mine.





Assalamualaikum.....

Dalam kisah ini, perbincangan pertama denganmu kumulai dengan 'kalaamun mufiidun' , kata-kata penuh makna walau mungkin teramat sedikit tetapi amat membekas dan berarti di lubuk hati.

Dan disini izinkan aku menggoreskan kisah sederhana. Tentang Hasbi, seorang pemuda sejuta pesona dengan paras tampan bak dewa Yunani serta tubuh atletis layaknya model papan atas yang begitu digilai kaum hawa yang menyebut dirinya "MH". Pemuda dingin dan datar namun menjadi idola di kampusnya. Mendapatkan gelar sarjana ekonomi disaat usianya 21 tahun dan selalu menjadi yang pertama dalam segala hal.

Ah.... juga Gus Muzaki, putra bungsu pengasuh pondok pesantren Al-Hadi yang terkenal di daerah kecil di wilayah jawa tengah tepatnya di kota Semarang. Ia merupakan Gus yang begitu dihormati dan disebut dengan "Pangeran Yusuf" bagi santri-santri yang mengidolakannya. Menjadi hafidz saat usianya 18 tahun serta menyumbangkan banyak piala dari lomba keagama'an seperti tilawatil qur'an maupun dakwah.

Penampilan serta kemampuan mereka tentu bertolak belakang kan? Hasbi dengan gaya cool nya dan Gus Muzaki dengan sarung serta baju kokonya. Hasbi dengan wajah dingin dan datar serta Gus Muzaki dengan keramahannya.

Tapi jangan salah. Kuharap kau tidak akan terkejut jika mereka sebenarnya adalah orang yang sama. Yah, yang tak lain adalah seorang Muhammad Hasbi Muzaki, pemuda sejuta pesona dengan sejuta rahasia yang disimpannya.  Tak perlu heran dengan sifat yang berbeda 180°. Tidak banyak yang tau jika dia adalah satu dari sekian orang yang menderita alter ego.Sebuah kondisi dimana seseorang membentuk karakter lain dalam dirinya secara sadar.

Ah, sekali lagi ini hanya kisah sederhana tentang seorang Hasbi Muzaki, Gus muda dengan kepribadian ganda meski nyatanya hanya  memiliki satu hati dan satu perasaan yang sama.


Tbc





Thread pertamaku, maaf jika aneh.
Cerita ini juga di publish di wattpad dengan judul yang sama. (https://my.w.tt/wC8zbx93h0)

Bab 1 https://www.kaskus.co.id/show_post/5...9b1758ee392543

Bab 2 https://www.kaskus.co.id/show_post/5...f231521e413603l

Bab 3 https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d49548ea795d8e

Bab 4 https://www.kaskus.co.id/show_post/5...377223682c5317

Bab 5 https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d295312437e6ee

Bab 6 https://www.kaskus.co.id/show_post/5...3c7257a73e4e29
Diubah oleh aikaanifah2 26-09-2019 06:30
KnightDruid
anasabila
someshitness
someshitness dan 4 lainnya memberi reputasi
5
3.3K
30
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.5KAnggota
Tampilkan semua post
aikaanifah2Avatar border
TS
aikaanifah2
#16
BAB 3
Ustad in love
Bab 3.
First meet.
.
.
.




(Warning: Segala hal yang kutulis disini tidak bermaksud untuk menyinggung pihak manapun, typo, absurd, gaje, but this story is mine. So..... happy reading all......)

.
.
.




~Aku mulai kisah kita dengan sebuah kalam, dari susunan beberapa lafadz yang mufid, terkhusus untuk dirimu dengan penuh makna.~


.
.
.



Gadis bercadar dengan pakaian syar'i yang begitu anggun itu melangkah dengan tergesa disepanjang kloridor pesantren  yang nampak sepi. Sesekali manik coklatnya melirik jam di pergelangan tangannya. Langkahnya kian cepat dan pandangannya masih menatap objek yang sama.

'Bruk..'

Kini langkahnya terhenti dengan badan yang menghuyung ke belakang dan mungkin punggungnya sebentar lagi akan merasakan sakit karena terbentur lantai. Matanya terpejam.

1 detik.


2 detik.


5 detik.


Tak ada rasa sakit melainkan tubuhnya seperti tertahan oleh sesuatu. Menarik nafas, Ia membuka matanya perlahan dan hal pertama yang dilihatnya justru membuat jantungnya berdegub kencang. Mata coklat itu, hidung mancung, bibir tipis dan juga wajah teduh yang selama ini selalu menghantui mimpinya. Sesaat keduanya bergeming, terpesona dengan keindahan manik mata masing-masing sebelum sebuah suara menyadarkan keduanya.

"Neng Najma." Panggil mbok Asih dari kejauhan. Ia adalah wanita paruh baya yang menjadi abdi keluarga kyai Hasim, pengasuh pondok pesantren Al-muqqorobin. Pesantren terbesar di Jawa tengah yang terletak di kota Yogyakarta.

"Afwan ukhti, saya tidak sengaja." Ucap sosok yang kini melepaskan tangan kokoh yang menahan tubuh mungil Najma dan membantunya berdiri.

"Tidak apa-apa akhi, seharusnya saya yang minta maaf." Balas Najma seraya menunduk, menyembunyikan rona merah dipipinya yang tertutupi cadar.

"Neng dicari sama pak kyai,  katanya disuruh ke ruangannya." Kata mbok Asih sesopan mungkin setelah sampai di depan mereka. Matanya melirik ke arah kanan dimana berdiri seorang pemuda dengan baju koko putih yang kini tengah memunduk. Pemuda yang tak lain adalah Fandi yang baru saja kembali ke pesantren tempatnya mengajar.

"Iya mbok, kalau begitu kami permisi dulu ya ustad Fandi, Assalamualaikum." Ucap Najma lembut lalu berjalan diikuti oleh mbok Asih di belakangnya.

"Waalaikumsalam" jawab Fandi.

Bibirnya membentuk senyum tipis melihat dua orang, ah maksudku satu diantara dua orang yang kini mulai menghilang di tikungan kloridor. Hatinya bergetar mengingat manik mata yang memandangnya tanpa berkedip juga kini Ia menatap kedua tangannya yang tadi sempat merengkuh tubuh gadis itu, gadis yang menjadi alasannya berjuang mati-matian agar bisa lolos seleksi saat dirinya mendaftarkan diri untuk menjadi pengajar disini dulu. Andai saja tangan itu bisa lebih lama merengkuhnya, ia akan sangat bersyukur dan berjanji dengan tangan itu Ia akan selalu melindungi gadis tadi, menghapus air matanya kala kala dia  menagis dan mencubit hidung mungilnya saat mereka bersendau gurau.

"Astagfirullah, apa yang kupikirkan?" Ucap Fandi seraya mengusap wajahnya kasar dan berbalik melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

Sementara sang gadis yang berjalan dengan anggun itu diam-diam menyunggingkan senyum walaupun tertutupi oleh cadar yang dikenakannya. Hatinya tak berhenti berdebar bahkan Ia masih merasakan siasa kehangatan di tubuhnya dan wajahnya kembali memanas mengingat bagaimana lengan kokoh itu menahan tubuhnya agar tidak terjatuh tadi.

Klise memang, seperti adegan dalam film yang terlalu basi. Tapi entah mengapa hatinya menghangat. Ia bukanlah gadis yang polos, tentu Ia tau betul tentang perasaannya. Itulah yang selalu Ia rasakan saat bersama pemuda itu, pemuda yang telah berani mencuri hatinya saat pertemuan pertama  mereka beberapa bulan yang lalu. Dan hanya pemuda itu yang mampu menghantui pikirannya. Senyumnya memudar kala ia mengingat akan status mereka. Keduanya terlalu jauh dalam perbedaan.

'Ya Allah, bolehkah aku mengagumi makhluk ciptaanmu itu?' batinnya bertanya dengan senyum sendu.


***




Disisi lain....



"Kya.... kak Mh...."


"Kyaaa... ganteng banget sih...."


"Omg..... calon suami gue lewat..."


"Ngarep amat sih lo..."


"Kak Mh........"


Hasbi yang kini tengah berjalan di klolidor kampus mendengus kesal saat mendengar teriakan histeris dari para mahasiswi yang ditemuinya. Ini bukan hal yang pertama untuknya mengingat dirinya yang memang selalu menjadi primadona bahkan sejak dirinya masih duduk di bangku sekolah dasar.

"Wah semakin hari fans mu semakin banyak saja Bi." Suara cempreng yang tak kalah memuakkan membuat Hasbi mendengus untuk kedua kalinya. Dilihatnya Riski, lelaki berkulit tan dengan rambut panjang yang diikat rapi itu tengah nyengir di sampingnya.

Hasbi baru saja kembali ke Jakarta kemarin. Dan hari ini, Ia kembali sibuk dengan kegiatannya. Menjalani kewajibannya sebagai mahasiswa tingkat akhir di Universitas Erlangga Buana.

"Berisik." Kata Hasbi dingin. Bukannya tersinggung, Riski justru malah terkekeh pelan menanggapi sahabatnya semenjak  SMA dulu. Yah, mereka sudah bersahabat sejak SMA dan kini kuliah di universitas yang sama pula. Meski kepribadian mereka bertolak belakang namun itu malah membuat mereka lebih dekat.

"Ck, kau ini, cobalah untuk ramah sedikit. Aku heran denganmu Bi. Kau benar-benar memiliki kepribadian ganda. Ahhhh aku jadi rindu dengan Gus Zaki yang selalu ramah padaku." Ucap Riski melirik Hasbi dengan seringainya.

"Jika kau membongkar identitasku maka kupastikan kau akan menyesal." Ucap Hasbi dengan sorot mata tajam sedangkan Riski hanya memutar bola matanya bosan.

"Halah, ancamanmu itu basi gus. Kau selalu mengatakannya ribuan kali tapi nyatanya tak pernah terjadi apapun padaku." Ucap Riski santai.

Hasbi semakin kesal mendengar ocehan sahabatnya tapi tak dipungkiri memang yang dikatakannya itu benar. Hasbi hanya selalu mengancam tanpa tindakan apapun karena nyatanya Ia memang tak bisa menyakiti sahabatnya itu. Mereka terus berjalan hingga saat di depan perpustakaan Hasbi merasa menubruk sesuatu yang terasa wangi.

"Aduh...." ringis seorang gadis yang kini duduk di lantai dengan tidak elit.

"Kau tak apa?" Tanya Riski yang membuat gadis itu seketika mendongakkan wajahnya.

'Manis." Batin Hasbi memperhatikan wajah gadis di depannya.

Wajah putih, pipi kyuby, hidung dan bibir yang mungil serta mata coklat yang kini berkaca-kaca menatap ke arahnya. Ia merasa hanyut dalam mata itu seolah membuat waktu terhenti berbeda dengan Rizki yang menatapnya cemas.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Riski untuk yang kedua kalinya dan membantu gadis itu berdiri tapi yang dimaksud hanya diam.

Mata dengan manik coklat yang meneduhkan itu semakin berkaca-kaca dan wajah imutnya kini mulai memerah seakan mau menangis hingga membuat Rizki begitu panik sementara Hasbi berusaha mempertahankan ekspresi datarnya walaupun matanya menyiratkan kekhawatiran.

"Kenbi...." Panggil seseorang yang setengah berlari ke arah mereka membuat gadis itu panik. Tanpa memikirkan apapun, diliriknya seseorang yang berdiri tak jauh darinya dan memeluknya erat.

" Maaf kak Doni. Kenbi nggak bisa soalnya Kenbi udah punya pacar, dan ini pacar Kenbi."

Sontak saja perkataan gadis yang menyebut dirinya Kenbi tadi membuat lelaki yang dipeluknya syok. Matanya sempat melebar walau hanya sesaat sebelum kembali  mempertahankan wajah datar andalannya. Seseorang yang tak lain adalah Hasbi, kini melirik gadis yang bahkan hanya setinggi dadanya itu dengan raut tak terbaca.

Selama ini belum pernah ada perempuan yang berani memeluknya seerat ini kecuali ibunya, dan gadis ini? Entahlah, tapi kenapa semburat merah itu kini menghiasi pipi putihnya? Dan entah mengapa detak jantungnya menggila. Apa karena untuk pertama kalinya Ia sedekat ini dengan perempuan yang bukan mahramnya?

"Apa? Jadi kau..." Doni, lelaki yang mengejar gadis tadi menggantungkan perkataannya saat sadar siapa yang kini berdiri di hadapannya. Terkejut, sebelum akhirnya berbalik pergi seraya memandang mereka sinis.

'Huff, aman.' Batin gadis itu sebelum sebuah suara menyentaknya.

"Bisa kau lepas pelukanmu itu, gadis mesum." Ucap Hasbi dingin membuat gadis yang memeluknya mendongak memperlihatkan wajah manis dan tatapan mata polosnya. Perlahan semburat merah tipis menghiasi pipi kyubynya saat manik coklat itu memperhatikan wajah yang diciptakan Tuhan dengan begitu sempurna. Dunianya seolah berpusat pada manik sekelam malam yang kini menatapnya tanpa berkedip.

"Ekhm." Rizki berdehem setelah jenuh memperhatikan keduanya yang bagaikan adegan di sinetron yang sering Ia tonton. Lima menit bukan waktu yang singkat kan?

"Eh, maaf." Gadis itu refleks melepaskan pelukannya dan menunduk sebelum tangannya ditarik oleh seseorang.

"Kenbi, lo nggak papa kan?" Tanya seorang gadis lainnya yang baru saja datang dengan panik.

"Aku baik-baik saja Vira."

"Tapi seharusnya ka-" Ucapan gadis yang dipanggil Vira itu terhenti saat menatap dua pria di hadapan mereka. Dengan panik Ia menunduk dan menarik Kenbi ke belakang tubuhnya.

"Ma'af kak, dia memang ceroboh, kami permisi." Katanya gugub sebelum berbalik pergi dan menyeret Kenbi dengan langkah cepat.

Sementara itu Kenbi yang bingung hanya mengikutinya dan dengan senyum lebar menoleh ke belakang melihat dua pria yang menatap mereka dengan ekspresi yang tak dapat dijelaskan.

"Maaf kak, Kenbi nggak maksud apa-apa. Tapi jujur kakak ganteng, Kenbi suka." Ucap Kenbi lantang yang membuat Vira kini menepuk jidatnya seraya menyeret sahabat polosnya ini dengan langkah yang lebih cepat dari sebelumnya.

Sementara itu Rizki menganga dengan tidak elit sedangkan Hasbi walaupun ekspresinya datar tapi kini deru nafasnya tisak beraturan antara kesal dan entahlah, mendengar pujian sederhana dari gadis mungil yang seenak jidat memeluknya tadi  membuatnya sedikit tersipu padahal biasanya Ia mendapat pujian sana sini dan lebih dari itu. Tapi kenapa rasanya berbeda? Mendengus sesaat Hasbi melanjutkan langkahnya, meninggalkan Riski yang masih bengong dengan kejadian tadi.

☆☆☆

Bruk.

Hasbi mendudukkan dirinya di bangku taman belakang kampus yang begitu sepi, yah karena memang jarang sekali ada mahasiswa yang datang ke sini hingga menjadikan tempat ini begitu tenang dan Hasbi sangat menyukai ketenangan.

Mengusap wajahnya kasar, Hasbi menyenderkan kepalanya di bangku dan menengadahkan wajahnya menatap langit yang terlihat mendung.

Hatinya tak berhenti mengucapkan istighfar sementara jemari tangannya setia menggulirkan gelang tasbih yang selalu di bawanya kemanapun.

Pikirannya kembali berputar pada kejadian di depan perpustakaan tadi. Perlahan tangannya memegang dadanya yang mulai sesak serta memejamkan mata mengingat manik coklat yang menatapnya dengan polos tadi.

"Astaghfirullah, apa yang kupikirkan?" Ucapnya seraya duduk dengan tegak.

"Kenbi, kenapa harus dia?" Ucapnya dengan sorot mata yang sulit di artikan.

.
.
.



Tbc

***



Awal publish : 3 November 2018.
Versi revisi : 13 Mei 2019.

On wattpad (@Aika_anifah)


Review please....
Diubah oleh aikaanifah2 20-09-2019 03:45
nurcahya7
nurcahya7 memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.