ZenMan1Avatar border
TS
ZenMan1
Perlu Diwaspadai, Pelemahan Ekonomi China Kian Dalam


Jakarta, CNBC Indonesia - Perlambatan ekonomi di China semakin mendalam di Agustus 2019. Bahkan pertumbuhan industri manufaktur China berada di titik paling lemah selama 17,5 tahun terakhir akibat perang dagang dengan AS dan melemahnya permintaan domestik.

Penjualan ritel dan investasi juga mengalami penurunan dalam data yang dirilis Senin (16/9/2019) itu. Ini memperkuat bahwa China sepertinya akan memangkas suku bunga acuan pertama kalinya dalam tiga tahun untuk mencegah semakin jatuhnya pertumbuhan ekonomi.

Meskipun sejumlah upaya sudah dilakukan pemerintah Beijing sejak tahun lalu, sepertinya ekonomi negara tirai bambu ini belum sepenuhnya stabil. Sebagaimana dikutip dari Reuters, analis menegaskan China membutuhkan sejumlah stimulus untuk menahan perlambatan.

Secara khusus, nilai ekspor industri China turun 4,3% di Agustus 2019, turun pertama sejak dua tahun terakhir. Artinya ketegangan perang dagang yang terjadi dengan AS berdampak besar bagi produsen China.

Dalam sebuah wawancara Perdana Menteri China Li Keqiang mengakui pertumbuhan ekonomi bakal sulit. "Bagi China untuk mempertahankan pertumbuhan 6% atau lebih sangat sulit," kata Li.

Menurut Li, ekonomi terbesar kedua di dunia itu terus mengalami tekanan penurunan akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Belum lagi meningkatnya sikap proteksionisme di sejumlah negara dan unilateralisme.

Produk domestik bruto (PDB) China tumbuh 6,3% di paruh pertama tahun ini. Li mengatakan ekonomi "secara umum stabil" dalam delapan bulan pertama tahun ini.

Analis mengatakan pertumbuhan ekonomi China kemungkinan akan kembali melambat pada kuartal III 2019 atau terendah selama 30 tahun terakhir. Pada April-Juni, pertumbuhan berada di angka 6,2% pada bulan April-Juni.

Sementara itu Morgan Stanley memproyeksi pertumbuhan China dalam setahun akan berada di angka 6%-6,5%.

Sebelumnya China melakukan sejumlah upaya untuk mendorong pertumbuhan. Pada 6 September, pemerintah telah mengumumkan pemotongan dalam rasio persyaratan cadangan (RRR) untuk ketiga kalinya tahun ini, melepaskan 900 miliar yuan (US$ 126,35 miliar) likuiditas ke dalam perekonomian.

Meski demikian, rasio untuk stimulus dibatasi kekhawatiran tentang meningkatnya risiko utang. Stimulus moneter dari bak sentral People's Bank of China (PBOC) diprediksi akan lebih terkendali jika dibandingkan dengan The Federal Reserve AS atau European Central Bank.

sumur

https://www.cnbcindonesia.com/market...ina-kian-dalam

cilakaa luewaaa welass waaa mana pemenang perang dagang ha? emoticon-Imlek

reita96
sebelahblog
anasabila
anasabila dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.1K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar Negeri
icon
78.8KThread10.6KAnggota
Tampilkan semua post
peyotpetotAvatar border
peyotpetot
#5
yang bisa dilakukan china hanya berharap trump segera turun tahta,
sambil mengirimkan agen-agennya untuk mengutak-atik pemilu amerika supaya trump tidak dapat memperpanjang masa pemerintahannya

emoticon-Nyepi
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.