Aboeyy
TS
Aboeyy
Kontroversi Para Korban G30S/PKI, Apakah Mereka Disiksa Hingga Tewas?



Bulan September, sama bersejarahnya dengan bulan Agustus bagi bangsa Indonesia.

Jika Agustus diperingati sebagai bulan kemenangan dan kegembiraan, maka September dikenang sebagai bulan yang suram dan duka cita.

Bagaimana tidak, di bulan ini beberapa Jenderal putra terbaik bangsa terbunuh oleh anggota PKI, yang dikenal dengan Gerakan 30 September PKI (G30S/PKI).

Dan yang lebih mengiris hati lagi, para Jenderal itu katanya disiksa tanpa mengenal peri kemanusiaan hingga tewas, lalu janazahnya dimasukkan ke dalam sumur tua, Lubang Buaya, Jakarta Timur.



Dari dulu sampai sekarang, berita, buku, bahkan film yang mendokumentasikan peristiwa tersebut, selalu menggambarkan bagaimana penderitaan para Jenderal itu sebelum tewas, karena disiksa oleh PKI yang menculik mereka.

Semua berita itu bersumber dari pernyataan Soeharto, setelah Tim Forensik memeriksa atau mengutopsi jasad para korban setelah diangkat dari Lubang Buaya. Dan berita itu sampai kini menjadi sebuah Doktrin Abadidalam Sejarah Perjuangan Indonesia.

Memang, setelah janazah para korban diangkat, Soeharto langsung membentuk Tim Forensik yang terdiri dari Brigjen dr Roebiono Kertopati, Kolonel dr. Frans Pattiasina, serta 3 orang forensik sipil dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, yaitu Prof. Dr. Sutomo Tjokronegoro, dr. Laiuw Yan Siang, dan dr. Liem Joe Thay (Prof. dr. Arif Budianto).

Kelima orang ini bekerja secara kontinue di Ruang Otopsi RSPAD Gatot Soebroto, sejak pukul 16.30 hingga 00.30 WIB untuk mengutopsi korban.

Hasil utopsi segera diserahkan kepada Soeharto, namun yang disampaikan beliau ke publik jauh berbeda dengan apa yang ditemukan tim forensik.

Menurut Tim Forensik, tak sedikit pun ada bekas-bekas siksaan di tubuh para korban. Prof Dr. Arif Budianto, salah seorang anggota tim, mengatakan bahwa kondisi tubuh para korban itu tidak seperti diberitakan oleh media massa waktu itu, yang semuanya mengutip dari ucapan Soeharto.

Bahkan seorang akademisi, Benedict Anderson juga menemukan dokumen berisi laporan yang disusun oleh tim forensik yang mengatakan bahwa tidak ada penyiksaan terhadap para Jenderal tersebut.
****
Rudianto Nurhadi, anak ketiga Mayjen Mas Tirtodaro Haryono, mengatakan bahwa ayahnya diberondong puluhan peluru dalam kamar hingga tewas, lalu diseret dam dibawa ke Luban Buaya.

Jadi, pada korban umumnya sudah tewas ditembak sebelum dibawa ke Lubang Buaya oleh pasukan Cakrabirawa.
****
Terlepas dari siapa yang benar dan salah dalam hal ini, yang jelas setelah itu mahasiswa bergolak, menuntut Presiden Soekarno agar segera membubarkan PKI. Namun bukan PKI yang dibubarkan Soekarno, melainkan KAMI yang merupakan organisasi mahasiswa tersebut.

Dan pada akhirnya gejolak mahasiswa itu melahirkan Supersemar yang mengantarkan Soeharto ke puncak pimpinan Republik Indonesia.
*****
Begitulah, sejarah yang berbalut politik memang susah dicari kebenaran objektivitasnya. Kadang sejarah dibelokkan sesuai kepentingan politik tertentu. Dia yang berkuasa bisa saja menciptakan dan menggiring opini publik ke arah yang menguntungkan kepentingan kelompoknya.

Dan sekali lagi, siapapun yang benar tentang kondisi korban G30S/PKI itu, yang jelas mereka benar-benar tewas di tangan PKI dan janazah mereka ditemukan di Lubang Buaya. Yang diperselisihkan hanyalah ada tidaknya penyiksaan sebelum para korban itu tewas. Itu saja.
****
Apakah perselisihan masalah ini sangat urgen? Jawabannya juga mungkin setiap orang akan berbeda sesuai dengan pandangan dan kepentingan politiknya.

Dan bagi Ane, disiksa atau tidak disiksa, yang jelas mereka tewas oleh kepentingan politik PKI.

Karena itu, yang perlu dipersoalkan hanyalah bagaimana memberantas paham PKI, bukan mempermasalahkan bagaimana cara mereka membunuh para jenderal.(*) {No.448}
*****
Baca juga:
Catatan Seorang Odapus: Pasrah

Ketika Burung Jatuh Cinta

****
Ref 1, Ref 2.
Diubah oleh Aboeyy 09-09-2019 14:46
sudutdermagavelocairaptorscorpiolama
scorpiolama dan 16 lainnya memberi reputasi
13
23.5K
227
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
icon
6.5KThread10.2KAnggota
Tampilkan semua post
hannepin
hannepin
#179
Quote:


edit post mas bro di page one dengan sbb donk : agar trit jadi lurus


Prof. Dr. Arif Budianto, ahli forensik Universitas Indonesia yang tergabung dalam tim autopsi jenderal korban G30S.

“Kami periksa penis-penis para korban dengan teliti. Jangankan terpotong, bahkan luka iris saja sama sekali tidak ada. Kami periksa benar itu, dan saya berani berkata itu benar. Itu faktanya,” kata Arif kepada Majalah D&R edisi 3 Oktober 1998 seperti dikutip dari buku Siapa Dalang G30S?

“Soal mata yang dicongkel, memang kondisi mayat ada yag bola matanya copot, tapi itu karena sudah lebih dari tiga hari terendam, bukan karena dicongkel paksa. Saya sampai periksa dengan saksama tepi mata dan tulang-tulang sekitar kelopak mata, apakah ada tulang yang tergores. Ternyata tidak ditemukan,” ujar Arif.

Meski begitu, kata dia, mayat para jenderal korban G30S memang disiksa dan ditembaki. Namun laporan tentang penis dipotong dan bola mata dicungkil adalah berlebihan.

Pemberitaan media-media kala itu, menurut Arif, membuat tim autopsi ketakutan karena mereka tak menemukan fakta yang sama.



https://www.cnnindonesia.com/nasiona...a-30-september

0
Tutup
Hot Threads
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.