gurusejarahAvatar border
TS
gurusejarah
Kebudayaan Indisch yang mengubah jawa untuk selamanya tahun 1800-1942
Spoiler for Keluarga Indis:



Pernah membaca novel Bumi Manusia? Ataupun ahir ahir ini menonton sebuah karya perfilman karya Hanung Bramantyo dengan judul yang sama? Atau paling tidak menonton film yang dibintangi oleh aktris kenamaan Pevita Pearch dan Reza Rahardian dalam film Tenggelamnya Kapal Van Wijk? Apakah merasa ada satu kesamaan diantara karya tersebut? Dari dua judul film yang disebutkan diatas dapat di amati bahwa latar waktu dan tempat film2 tersebut berlatar tahun 1800an dimana Jawa sebagai wilayah jajahan pemerintah kolonial Belanda sedang mengalami sebuah masa kebudayaan yang para ahli sepakat menyebut masa kebudayaan tersebut sebagai masa kebudayaan Indisch atau indis. Sebuah kata yang bangsa Indonesia tidak familiar ataupun bahkan baru pertama kali mendengarnya. Padahal, masyarakat Indonesia pernah mengalaminya bahkan mencapai masa keemasan sebagai wilayah jajahan kolonial Belanda dimana wilayah nusantara yang dinamakan Hindia Belanda pertama kali bersentuhan dengan modernisasi dalam segala lini kehidupan yang mengubah pola pikir bangsa Indonesia selamanya.Momen dimana kebudayaan lokal indonesia khususnya kebudayaan jawa bercampur dengan kebudayaan eropa yang modern memunculkan sebuah bentuk kebudayaan yang merupakan hasil akulturasi dua kebudayaan yang memunculkan kebudayaan baru yang disebut sebagai kebudayaan indisch atau indis.

Spoiler for C. Th. Deventer tokoh pencetus politik balas budi:



Kebudayaan indis bermula ketika diberlakukannya politik etis di Hindia Belanda saat dimana parlemen Belanda yang mayoritas golongan liberal mengalahkan golongan konservatif dan menetapkan perundang undangan yang intinya menegaskan komitmen Kerajaan Belanda untuk memperbaiki kondisi negri koloni mereka di Hindia Belanda pasca laporan asisten residen priangan C. Th. Van Deventer tentang kondisi mengenaskan yang diakibatkan kebijakan tanam paksa pemerintah kolonial Belanda yang sangat menyengsarakan kehidupan rakyat bumiputera di negeri mereka sendiri. Kritik ini dimuat dalam surat kabar De Locomotief oleh wartawan Pieter Brooshoft yang dengan cepat mendapat atensi dari dunia. Dunia mengecam tindakan yang dilakukan Kerajaan Belanda dan juga Pemerintah Kolonial Belanda atas kekejamannya terhadap rakyat bumiputera yang mengakibatkan banyak korban jiwa rakyat bumiputera. Hal ini dikecam dunia yang saat itu sedang menggaungkan paham liberalisme pasca Revolusi Prancis yang meyuarakan kebebasan, kesamaan dan persaudaraan. Akibat tekanan hebat dunia internasional, Kerajaan Belanda langsung mengundangkan peraturan serta meloloskannya untuk segera diterapkan ke negri jajahannya. Melalui pidatonya, ratu Wilhelmina yang sangat dicintai rakyatnya itu menyebut kerajaan belanda mempunyai tanggung jawab moral untuk mensejahterakan rakyat negri jajahannya dan menganggap rakyat negri jajahan sebagai rakyatnya juga. Belanda menyebut kebijakan ini sebagai politik etis atau politik balas jasa.


Spoiler for Dokter Jawa:



Kebijakan ini umunya mendorong kemajuan di negeri jajahan setara dengan negeri belanda dengan berfokus pada Irigasi untuk keperluan pangan, imigrasi untuk pemerataan, serta edukasi untuk bidang pengajaran dan pendidikan. Bidang pendidikan berkembang dengan sangat pesat, bukan hanya bertujuan untuk menerapkan kebijakan politik etis, kebijakan ini juga dimanfaatkan untuk menyediakan tenaga berpendidikan barat dari masyarakat bumiputera. Didirikan jenjang pendidikan dari dasar sampai sekolah kejuruan khusus seperti sekolah khusus pertanian, hukum, teknik, kedokteran dll. Pendirian sekolah ini bertujuan untuk menyediakan tenaga kerja menengah sampai kasar berpendidikan. Tanpa disadari terjadi percamuran kebudayaan dimana muncul golongan baru yaitu golongan priyai jawa yaitu golongan masyarakat jawa yang berpendidikan menengah yang bekerja untuk pemerintah kolonial maupun swasta. Golongan priyayi ini merupakan salah satu unsur terciptanya kebudayaan indis. Mereka merupakan orang jawa yang terbiasa hidup dengan tata cara belanda namun tidak bisa meninggalkan hakikatnya sebagai orang jawa. Mereka berpakaian selayaknya orang belanda dengan pakaian eropa yaitu setelan jas lengkap dengan sepatu pantofel serta berdasi, tak lupa menghisap sigaret. Setelan priyayi seperti ini biasanya bekerja di sektor perdagangan swasta dan juga pemerintahan. Mereka biasa hidup mewah dengan gaya eropa serta rajin mengadakan atau mengikuti pesta yang sering diadakan. Pada kota besar seperti Batavia , sudah sering ditemukan bar ataupun pub kelas menengah untuk sarana rekreasi masyarakat bumiputera golongan pekerja swasta belanda. Dengan meningkatnya status kesejahteraan memunculkan pergeseran gaya hidup di masyarakat bumiputera dari masyarakat lokal tradisional-religius menjadi masyarakat bumiputera modern-sekuler. Mereka bahkan seringkali dicap kurang njawani oleh masyarakat jawa konservatif pada masa itu.


Spoiler for Dokter Jawa:



            Selain  itu priyayi juga mereka yang bergolongan dokter jawa dengan pakaian yang khas yaitu dengan setelan jaket gaya eropa namun disertai dengan kain lurik sebagai bawahannya dilengkapi dengan topi blangkon serta tas kulit yang didalamnya berisi peralatan medis. Priyayi merupakan golongan bumiputera yang stratanya paling tinggi diantara bumiputera bahkan setara dengan bangsawan. Priyayi sering disebut sebagai golongan orang kaya baru yang tercipta akibat adanya kebijakan politik etis yang dijalankan di tanah hindia Belanda.  Setelah itu unsur masyarakat indis adalah golongan Indo, mereka adalah darah campuran antara ayah belanda dan ibu jawa. Mereka lahir akibat adanya hubungan perkimpoian tanpa pernikahan akibat dari kelangkaan wanita eropa di tanah Hindia Belanda. Orang belanda biasanya mencari wanita lokal untuk memuaskan kebutuhannya dan mengangkatnya sebagai pasangan. Orang jawa menyebut perempuan yang tinggal bersama orang belanda dengan sebutan Nyai. Nyai ini sering dipandang hina oleh masyarakat sekitar yang menganut adat ketimuran serta beragama muslim karena status mereka yang tidak jelas serta menjadi peliharaan penjajah. Hubungan ini melahirkan kelas masyarakat baru yaitu golongan Indo. Mereka mengadopsi kebudayaan dari dua unsur yaitu jawa dan belanda dan menerapkannya dalam kehidupan. Orang Indo berbicara belanda namun juga menjadi penutur jawa yang fasih. Terjadi percampuran bahasa yang menciptakan bahasa Belanda lokal dengan aksen jawa yang kental. Bahasa indis ini bahkan kurang dapat dimengerti oleh orang belanda totok karena bercampur dan dianggap sebagai bahasa Belanda kasar dan informal yang hanya digunakan sebagai bahasa sehari hari. Contoh :

Bahasa Indis:

Hallo lien, jij naar waar?

Naar Kamp Sinees

Soeken Wat?

Water Eropes

Bahasa Belanda yang benar :

Hallo Lien, waar ga jij heen?

Naar het Chinezen kamp

Wat zoek je dan?

Mineraalwater

Sedangkan bahasa jawanya:

Halo lien, kowe menyang ndi?

Menyang kampung cina

Nggolek apa?

Banyu Landa


Perbedaan ini begitu kentara dimana bahasa indis sering digunakan oleh orang Indo dan Bumiputera untuk bergaul dalam kehidupan sehari hari sedangkan bahasa jawa sering diucapkan oleh Indo terhadap pembantunya yang disebut babu dan jongos yang hanya paham bahasa jawa. Bagi masyarakat semarang bahasa campuran ini disebut sebagai bahasa pecuk. Indo dan Bumiputera sering mendapat perlakukan diskriminasi dan rasis oleh belanda murni bahkan orang jawa bumiputera sering disejajarkan dengan anjing. Tempat eksklusif beland sering memasang tulisan “ Verboden voor honden en inlander” yang bermakna anjing dan bumiputera dilarang masuk. Selain indo, belanda dan Bumiputera ada juga golongan cina yang menguasai sektor swasta terbatas. Mereka biasanya berdagang candu dan membuka kedai kartu serta judi dilengkapi dengan sarana pramuriaan. Pengunjungnya merupakan golongan belanda, indo bahkan bumiputera.


Spoiler for Rijstaffel:


Kebudayaan Indis ditandai dengan kekayaan dan kemakmuran yang luar biasa. Tuan tanah belanda banyak menguasai lahan yang luas dengan budak dengan jumlah ratusan orang. Tuan tanah ini muncul akibat adanya privatisasi lahan dimana pihak swasta berhak menyewa lahan kepada pemerintah kolonial. Diatasnya mereka mendirikan rumah bertingkat dengan arsitektur campuran antara jawa dan belanda yang ditandai dengan balai ruang tamu yang besar dan lebar seperti joglo serta memiliki bentuk pesanggrahan yang jamak dijumpai di kawasan priangan dan jawa barat dan antar ruangan dipisahkan tembok serta beratap genting khas loji belanda. Rumah besar yang disebut landhuizen ini terletak ditengah lahan luas yang diperuntukan untuk perkebunan dan peternakan dengan ratusan pekerja bumiputera. Perabotan dan interior rumah dibut dengan bahan jati serta dibuat langsung di daerah Jepara, cirebon, madura, dan kudus dengan ornamen ukiran khas daerah masing-masing. Muncul istilah meubelair dan lazim disebut dalam bahasa jawa dengan sebutan mebel yang digunakan untuk merujuk barang perkakas perabotan rumah tangga.  Tuan tanah dengan Nyai hidup makmur serta bergelimang kemewahan serta sering menggelar pesta yang digelar tiap ahir pekan dengan menghidangkan rijstafel khas negeri jajahan sebuah tradisi makan yang tercipta akibat kemakmuran yang luar biasa. Lauk pauk dengan jumlah puluhan jenis dipadukan dengan nasi dan minuman keras lokal disajikan diatas meja makan panjang dengan kuliner yang merupakan kuliner peranakan jawa-belanda serta memiliki taste cina peranakan. 


Spoiler for Baboe dan Jongos:

Tuan tanah ketika mengunjungi lahan akan di dampingi oleh ratusan pengiring serta memakai payung kebesaran khas keluarga keraton. Tuan tanah belanda seringkali meniru sistim pemerintahan feodal jawa dan berkeinginan untuk kembali ke masa feodal dimana para bangsawan berkuasa. Kekuasaan tuan tanah atas segala yang dimilikinya menjadi tidak terbatas. Tuan tanah mengadakan pesta menyambut musim panen dengan kemewahan dengan mengundang pramuria dan menghidangkan candu bagi para tamu undangan yang diadakan seminggu penuh. Hal ini digunakan untuk melegitimasi kekuasaannya serta kekayaannya. Hal seperti ini tentu tidak bisa ditemukan di negeri belanda yang memiliki kemakmuran lahan terbatas serta peraturan lebih ketat ketimbang di negeri jajahan. 



Spoiler for Salah satu Club Khusus orang Belanda:



            Di batavia, pusat hiburan seperti bar, pub, kasino, cafe dll berkembang pesat seiring dengan naiknya tingkat pendapatan masyarakat. Biasanya orang belanda memiliki club eksklusifnbya sendiri dan hanya bisa dimasuki oleh belanda totok. Golongan indo dan priyayi jawa biasanya memiliki tempat menengah yang jamak ditemukan di sekitar pusat kota serta golongan rendah biasanya disekitar pelabuhan. Dibangun teater serta gedung pentas seni untuk mementaskan orkestra dan drama yang cerintanya banyak diambil dari cerita lokal jawa dan dikemas dalam pagelaran drama eropa yang jamak dijumpai di Paris dan Brussels. Selain itu pagelaran drama didukung oleh orkestra gaya barat yang berjumlah besar yang kebanyakan diisi oleh bumiputera yang mendapatkan keahlian bermusik khusus biasanya dilatih di sekolah seminari maupun sekolah khusus musik yang didirikan oleh pemerintah kolonial. Tontonan seperti ini hanya bisa dinimkati oleh masyarakat eropa belanda saja karena harganya yang mahal dan juga adanya kebijakan pelarangan masyarakat bumiputera untuk menontonnya. Mengatasi hal tersebut orang jawa mendirikan pagelarannya sendiri yang dinamkaan komedi stamboel yang mementaskan pagelaran diiringi dengan alat musik barat dan jawa macam gamelan serta dilengkapi alat musik cina untuk menambah kesan oriental yang menciptakan musik gambang kromong. Mereka memntaskan lakon lutung kasarung, nyai dasima, melati van agam dll.

Spoiler for Orkes Stamboel:




Kebudayaan indis harus menghadapi masa sulitnya ketika pada tahun 1942 mengalami keruntuhan akibat invasi Jepang ke Hindia Belanda. Praktis segala kemewahan dan kemajuan yang dicapai pada masa sebelumnya harus ditanggalkan dan berganti dengan masa militer yang diberlakukan tentara jepang. Kemewahan yang biasa dinikmati berganti dengan gaya hidup yang sebra terbatas dan sengsara bahkan bagi orang belanda seklipun. Pola hidup indis tidak lagi berkembang dan digantikan dengan pola hidup yang serba susah bahkan sekalipun kemerdekaan tidak bisa mengembalikan kejayaan dan kemajuan yang dicapai pada masa sebelumnya. Kebudayaan dan gaya hidup indis merupakan sesuatu fenomena historis yang menunjukan kreativitas kelompok atau golongan masyarakat  pada masa kolonialisme dalam menghadapi tantangan hidup serta berbagai faktor yang menyertainya. Gaya indis merupakan sebuah fenomena uik yang tercipta di dunia pada masa kolonilisme dimana negri jajahan yang menciptakan sebuah sub-kebudayaan baru yang corak dan bentuknya berbeda sekali dengan kebudayaan manapun bahkan jawa dan belanda sekalipun. Periode indis ini merupakan sebuah pembabakan yang tidak boleh dilupakan bangsa Indonesia yang saat itu belajar hal baru. Bagaimanapun penjajahan bukan hanya menhadirkan sisi gelapnya saja namun juga menghadirkan secercah harapan dan kemajuan yang mengakibatkan masyarakat jawa dan nusantara belajar arti kemajuan dan tidak tertinggal dalam kemajuan dunia. 


-JAS MERAH- 

SUMBER :
Buku karya Djoko Soekiman dengan judul " Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup Masyarakat Pendukungnya di Jawa (Abad XVIII sampai medio Abad XX) yang diringkas dan disesuaikan dengan sudut pandang penulis.
Diubah oleh gurusejarah 30-08-2019 18:39
kutil75
ernestodelasema
dellesology
dellesology dan 36 lainnya memberi reputasi
35
18.1K
159
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
icon
6.5KThread10.3KAnggota
Tampilkan semua post
gurusejarahAvatar border
TS
gurusejarah
#123
Quote:


Melengkapi pelajaran sma agan 🙏
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.