tir001Avatar border
TS
tir001
NKRI & Pancasila Enzo Meragukan, Yenny Wahid Siap Membina
Jakarta - ZANNUBA Ariffah Chafsoh yang akrab disapa Yenny Wahid, berharap Enzo Zenz Allie yang sedang menjalani pendidikan di Akademi Militer (Akmil), tidak terbukti terlibat kegiatan radikal.

Namun jika memang terkonfirmasi pernah bersinggungan dengan organisasi radikal, putri Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu meminta Enzo sebaiknya dirangkul.

Karena, kata Yenny Wahid, kadang anak-anak muda ikut gerakan tertentu hanya karena sedang melakukan eksplorasi identitas.

"Lebih baik mereka dirangkul dan dikenalkan dengan berbagai perspektif, sehingga bisa lebih bijak dalam memilih afiliasi ideologi," ujar Yenny Wahid kepada Tribunnews.com, Kamis (8/8/2019).

Jadi yang pertama harus dilakukan, kata Yenny Wahid, melakukan assessment untuk melihat sejauh mana kedalaman keterlibatannya.

"Kalau memang pernah melakukan tindakan kriminal, ya harus ditindak," tegas Yenny Wahid.

Tapi, lanjut dia, kalau hanya bersimpati, maka kemungkinan masih bisa dibina.

Untuk itu, Yenny Wahid menyatakan kesiapannya untuk membina Enzo.

"Kami siap membina Enzo untuk memperkokoh keyakinannya akan ideologi Pancasila, kalau memang dibutuhkan," ucap Yenny Wahid.

Apalagi, Enzo berlatar belakang blasteran Prancis.

Yenny Wahid sendiri sering berurusan dengan Prancis, karena saat ini menjabat anggota steering commite Forum Perdamaian Prancis (Paris Peace Forum).

Forum ini diinisiasi oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron.

"Jadi saya bisa menjelaskan banyak hal sesuai dengan latar belakangnya," jelas Yenny Wahid.

Sebelumnya, Taruna Akademi Militer (Akmil) TNI Enzo Zenz Allie menjadi terkenal, setelah diwawancarai oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dalam bahasa Prancis.

Kini nama Enzo kembali diperbincangkan, karena ‎fotonya yang sedang memegang bendera bertuliskan Tauhid.

Bendera itu diketahui identik dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang sudah dibubarkan pemerintah.

Bahkan, banyak yang menyebut baik Enzo maupun ibundanya adalah simpatisan HTI serta pendukung khilafah.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menuturkan, jika Enzo terindikasi simpatisan HTI, maka dia tidak akan segan-segan memecat Enzo dari Taruna Akmil.

"Kalau benar (HTI) saya suruh berhentiin. Makanya dicek dulu. Kalau dia benar-benar khilafah ya nggak ada urusan," tegas Ryamizard Ryacudu di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (7/8/2019).

Ryamizard Ryacudu menjelaskan, siapa pun anggota TNI yang terindikasi pendukung khilafah, pemerintah tidak akan tinggal diam.

Dia menyatakan bakal mencopot siapa pun anggota TNI maupun Taruna Akmil, yang terindikasi terpapar simpatisan HTI ataupun pendukung khilafah.

"Enggak ada urusan. Saya cari-cari dari Sabang sampai Merauke. Mau cari itu ada di depan mata saya, copot saja," imbuhnya.

Dengan tegas, pensiunan jenderal bintang empat ini menyebut jika ada tentara yang mendukung khilafah, adalah penghianat.

"Pecat saja. Orang mendukung Pancasila kok. Itu namanya penghianat," ucapnya.

Ryamizard Ryacudu menambahkan, perlu ada penelitian khusus untuk mengecek apakah calon tentara atau tentara terindikasi radikal, HTI, ataupun paham khilafah.

Sehari sebelumnya, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan Enzo telah memenuhi syarat untuk menjadi Taruna Akmil di Magelang.

Hadi Tjahjanto juga menyebut Enzo adalah sah WNI yang telah lolos syarat tes baik fisik maupun psikologi.

Sebelumnya Wartakotalive memberitakan, video Taruna Akademi Militer (Akmil) Enzo Zenz Allie diwawancara Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, beredar viral.

Tak lama kemudian, netizen membongkar media sosial Enzo Zenz Allie dan ibunya, yang diduga terpapar paham organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Mayjen Sisriadi lantas menjelaskan ketatnya tahapan proses seleksi yang sudah dilalui Enzo, sehingga dinyatakan lolos sebagai Taruna Akmil.

Sisriadi menjelaskan, proses seleksi taruna Akademi Militer dilakukan bertingkat.

Mulai dari tingkat seleksi administrasinya di daerah di Kodim, lalu di tingkat Korem atau Kodam tempat digelarnya pengujian.

Sisriadi menjelaskan, ada sejumlah tes yang harus dilalui Enzo dan taruna lainnya, sehingga dapat lulus sebagai Taruna Akmil.

"Pertama administrasi. Mulai dari umur dia tidak boleh kurang dari 18 tahun, dan tidak boleh lebih dari 24 tahun."

"Lalu harus ada surat keterangan dokter yang menyatakan dia sehat. Itu harus lengkap dulu suratnya."

"Kemudian ada tes jasmani, ada tes psikologi, ada tes akademis. Kemudian yang paling penting tes mental ideologi," kata Sisriadi ketika dihubungi Tribunnews.com, Rabu (7/8/2019).

Sisriadi menjelaskan, tes mental ideologi dilakukan karena TNI tidak ingin kemasukan orang-orang yang berideologi selain Pancasila.

Khusus untuk tes mental ideologi, ia menjelaskan ada dua tes yang harus dilalui oleh Enzo dan taruna lainnya.

"Khusus untuk tes mental ideologi, cara menyeleksinya pertama dilakukan secara tertulis."

"Mereka menjawab puluhan pertanyaan secara tertulis."

"Setelah menjawab secara tertulis, maka di hari itu juga atau paling lambat besoknya akan langsung dilakukan tes wawancara untuk pendalaman."

"Jadi dia akan ditanya apa yang dia tulis, dan ada juga daftar pertanyaan dari yang tidak tertulis."

"Untuk meyakinkan kalau si calon ini benar-benar Pancasilais. Tidak memiliki ideologi selain Pancasila," tegas Sisriadi.

Ia pun menjelaskan, setiap Taruna harus menghadapi tiga orang penguji dalam tahapan tersebut.

"Dan yang menguji tidak hanya satu orang. Satu calon menghadapi tiga penguji sekaligus."

"Jadi kalau dia berbohong akan ketahuan oleh tiga penguji itu."

"Jadi wawancara dengan tiga orang itu biasanya bisa sampai dua jam. Kalau ada yang nyeleneh-nyeleneh bisa lebih lama itu."

"Apalagi kalau wajah dan fisiknya agak berbeda dengan orang Indonesia kebanyakan, bisa lebih lama pendalamannya," jelas Sisriadi.

Sisriadi mengatakan, tidak ada sistem yang sempurna.

Namun, jika sudah dinyatakan lolos seperti Enzo, maka artinya setiap Taruna telah memenuhi semua persyaratan.

"Kalau sudah dinyatakan lolos seperti Enzo, maka sudah memenuhi persyaratan."

"Sekarang dia sudah belajar dan berlatih di Magelang."

"Sudah diisolasi, tidak bisa berhubungan dengan siapa pun kecuali dengan pelatihnya," terang Sisriadi.

Sisriadi menegaskan, selama proses pendidikan dan latihan, seluruh Taruna akan tetap diberikan materi mengenai ideologi Pancasila.

Namun, menurutnya yang belum banyak diketahui masyarakat adalah para Taruna tersebut akan menjalani tes mengenai mental ideologi yang sama, untuk menguji ideologi mereka.

"Tentu ada. Tapi selain itu, ada informasi lain yang tidak banyak diketahui masyarakat. Kami juga punya prosedur."

"Jadi selama dia dididik sampai lulus atau menjelang lulus, itu masih kita dalami juga."

"Orang-orang yang ideologinya non Pancasila pasti ketahuan, karena setiap tahun ada tes yang sama," ucap Sisriadi.

Selain itu, pihak TNI juga akan melakukan pendalaman mengenai ideologi tersebut melalui Babinsa, Koramil, dan BAIS TNI terhadap keluarga Taruna.

"Di luar juga tetap dilakukan pendalaman oleh Babinsa, Koramil, BAIS terhadap orang tuanya, bapaknya, ibunya kau masih ada."

"Kakaknya, adiknya, pamannya. Pendalaman itu sampai empat tahun," beber Sisriadi.

Sisriadi menuturkan, meski telah lolos seleksi Taruna Akmil dan menjalani pendidikan dan latihan, hal itu tidak menjamin Taruna tersebut tidak akan dikeluarkan dari akademi.

Terlebih, jika dalam proses tersebut ideologi mereka berubah atau bukan Pancasila.

"Dulu teman saya juga ada yang dikeluarkan di tingkat empat karena ideologi."

"Walaupun ketahuannya sudah tingkat empat, negara sudah membiayai banyak, tidak masalah dikeluarkan. Yang penting tidak ada yang non Pancasilais," tegas Sisriadi.

Untuk itu, ia menilai terkait Enzo, pihaknya tidak terburu-buru mengambil sikap.

"Dalam hal ini, kita tidak boleh buru-buru. Kenapa? Bisa jadi dia Pancasilais, terus ada yang menyebar isu."

"Kalau dia tidak radikal, tapi banyak yang iri bisa saja kan? Kita harus hati-hati."

"Kita menggunakan intelijen manusia, intelijen teknologi kita gunakan. Intinya kami tidak buru-buru men-judge dia," papar Sisriadi.

Ia pun menegaskan, jika nantinya Enzo atau Taruna lainnya terbukti secara kuat memiliki ideologi selain Pancasila, maka pihaknya tidak ragu untuk mengeluarkan.

Sebaliknya, jika memang tidak terbukti, maka Enzo akan tetap melanjutkan proses belajarnya di Akademi Militer.

"Kalau dia betul radikal, pasti dikeluarkan. Tapi kita harus punya bukti kuat sekali."

"Itu semua berlaku tidak hanya untuk Enzo, tapi kepada seluruh taruna yang sedang belajar sekarang."

"Kita tetap mendalami. Kalau terbukti radikal kita keluarkan, kalau tidak terbukti dia lanjut," terang Sisriadi.

https://makassar.tribunnews.com/2019...g-siap-membina

Pecat atau Indonesia hancur!
muhamad.hanif.2
scorpiolama
scorpiolama dan muhamad.hanif.2 memberi reputasi
2
2.1K
30
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.9KThread40.2KAnggota
Tampilkan semua post
dinhogilobaAvatar border
dinhogiloba
#9
Emaknya si enzo dibina sekalian bu emoticon-Jempol
scorpiolama
muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 dan scorpiolama memberi reputasi
2
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.