Obet9718Avatar border
TS
Obet9718
Mati Listrik dalam Damai, Pemadaman untuk Netizen
(Sumber)

Weekend dikenal sebagai momen bermalas-malasan, menghibur diri, have fun dengan keluarga dan kesempatan travelling. Namun pada  hari libur ceria, tepatnya Hari Minggu 4 Agustus 2019 telah terjadi sebuah peristiwa yang sama seperti 14 tahun lalu di bulan yang sama juga.

Yaitu sebuah peristiwa mati listrik se-Jawa Bali yang terjadi pada 18 Agustus 2005, di mana listrik di Jakarta dan Banten mati total selama tiga jam. Selain itu, terdapat pula pemadaman di sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Mati listrik ini terjadi akibat kerusakan di jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 KV Jawa-Bali. Mati listrik ini dialami oleh 120 juta orang dan menjadi mati listrik terbesar dalam sejarah Indonesia. (Sumber)

Kali ini terjadi lagi mati listrik  se-jabodetabek, Banten dan Jawa Barat yang berlangsung cukup lama antara 5-8 jam, bahkan ada wilayah yang lebih dari itu. Mengenai penyebabnya, PLN menyatakan pemadaman listrik di Jabodetabek, Banten dan Jawa Barat bermula dari gangguan yang terjadi pada transmisi SUTET 500 kV di Ungaran dan Pemalang pada pukul 11.45 WIB. (Sumber)

Terlepas dari banyaknya pihak yang dirugikan atas kejadian ini, namun dibalik itu semua tersimpan banyak perubahan aktivitas dalam kehidupan masyarakat. Apalagi masyarakat yang cenderung menghabiskan banyak waktu di dunia maya dan memiliki aktivitas sosial rendah. Masyarakat dalam dunia maya ini disebut netizen.
(Sumber)

Di saat weekend aktivitas netizen semakin meningkat dalam mengakses sosial media (sosmed) maupun media online. Biasanya mereka sibuk upload foto liburan weekend, update status, main game, nonton youtube, ngomentarin sosmed atau berita dan tak sedikit gemar nyinyir di akun orang lain.

Ada hal menarik dari kejadian listrik mati yang berdampak pada jaringan seluler ini, justru para netizen lah yang paling merasakan pemadaman serentak yang membuat mereka mati gaya, hampa dan gabut. Namun dibalik itu semua, ada pembelajaran berharga bagi para netizen dan bahkan ada pihak-pihak yang lebih merasakan kedamaian, lebih lega atau mendapat manfaat. Siapakah pihak-pihak tersebut:

Seleb online banyak haters
Selain selebritis yang sudah popular, dalam sosial media banyak sekali melahirkan seleb baru yang terangkat melalui arus traffic online dengan berbagai kontroversilanya. Apapun yang dilakukan selalu mendapatkan respon dari para netizen, yang kemudian muncul lah para haters yang punya reaksi nyinyir, cercaan, bullying dan aksi penolakan.
Nah, momen pemadaman ini merupakan masa ketenangan bagi para seleb pemicu haters ini. Tak resah dalam membuka akun karena semua gadget sedang hening.

Penjual Genset
Saat listri mati banyak sekali pihak yang harus berusaha tetap perlu mengakses listrik, misalnya pengusaha produksi, pedagang, lembaga, masjid atau tempat beribadah lainnya. Saat darurat seperti ini mereka membutuhkan genset untuk dibeli segera agar aktivitas tidak terhambat. Para penjual genset pun kebanjiran orderan dadakan dan seketika mendatangkan keuntungan besar.

Penjual Lilin dan penerang baterai
Bagi masyarakat rumahan, terlebih momen sedang berkumpulnya keluarga atau sedang acara silaturrahmi, mereka butuh kondisi rumah tetap dalam keadaan terang. Hal sederhana namun penting pada kondisi ini adalah membeli lilin, senter beserta baterai dan alat penenrang lainnya. Situasi ini membuat pedagang lilin kuwalahan melayani pembelian yang lebih masiv. Rejeki dari kejadian ini pun tak terelakkan.

Netizen broken heart community
Damai sekali orang yang patah hati saat momen listrik mati yang berefek pada jaringan seluler ini. Kenapa? Karena para broken heart community ini bisa terhindar dari foto, stalking-an, update-an aktifitas sang mantan (pacar maupun gebetan) baik di story atau timeline sosmed.

Qtime Keluarga harmonis
Banyak yang tiba-tiba menjadi keluarga harmonis tatkala listrik mati dan seketika mematikan semua perangkat yang menyibukkan anggota keluarga. Tepatnya kejadian ini menjadi sebuah momen Quality Time (Qtime) bagi anggota keluarga. Saat listrik mati, timbul sebuah interaksi, kedekatan dan momen bercengkrama tanpa gangguan gadget atau perangkat elektronik lainnya.  Sangat berbeda dari biasanya yang sibuk berinteraksi dengan gadgetnya  masing-masing.

Istirahatnya para Lemburisme

Bagi pekerja yang mendapatkan jatah kerja shift atau lemburan di Hari Minggu, kejadian ini nampaknya menjadi saat berharga untuk bisa meluangkan beristirahat di sela pekerjaan dan taka da interaksi dengan perangkat mesin atau mesin produksi lainnya. Meskipun tak semua bisa mendapatkan momen ini dikarenakan sudah tersedia perangkat UPS atau genset.

Simulasi Back to Nature
Cukup lama sudah kita di nina-bobokkan dengan kemudahan layanan online yang seolah menggantikan dunia nyata dengan dunia maya. Menjadikan masyarakan menjadi netizen yang fokus hidupnya dialihkan, menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh. Saat listrik mati yang berdampak pada jaringan seluler, seketika semua orang menjalankan aktifitas kembali pada alamiahnya kehidupan tanpa cahaya dan teknologi dari listrik. Semua dilakukan secara manual dan alami, mulai dari memasak, mencuci, berinteraksi dan lebih bisa menikmati realita sekitar dengan utuh.

ASI yang dirindukan bayi
Bagi seorang ibu menyusui yang disibukkan dengan berbagai pekerjaan biasanya mereka menyediakan stok ASI perah yang di simpan dalam freezer kulkas untuk si bayi. Namun lain hal jika terjadi listrik mati sampai berjam-jam, sang ibu yang sedang bertugas atau sedang diluar kota akan merasa panik. Karena ASI ini akan basi jika disimpan dalam suhu kamar antara 4-6 jam. Bagi yang ibu yang bisa segera menjangkau bayinya, disini lah momen sang bayi mendapatkan bonding dan sentuhan langsung nutrisi ASI dari sang ibu. Proses menyusui langsung inilah yang sebenarnya dibutuhkan dan dirindukan si bayi.

Belajar dari masyarakat kampung
Masyarakat kota terbiasa dengan gemerlap  fasilitas dan pelayanan sehari-hari yang serba digital, bisa dibilang memiliki ketergantungan sama sumber listrik tinggi. Namun bagaimana jika seluruh kota padam listrik dan aktivitas?
Tak sekejam dan se-ekstrim dalam film “The Trigger Effect” (1996) yang menggambarkan dampak terparah ketika penduduk kota mati listrik dalam waktu yang lama. Cukup belajar saja dari bagaimana masyarakat di kampung yang kesehariannya tidak tergantung dengan listrik. Belajar dari tingkat kemandirian, kreatifitas dalam penggunaan alat, mental ketenangan dalam menghadapi masalah dan tingkat hubungan komunikasi yang guyup rukun penuh kedamaian serta saling tolong-menolong.

Motivasi olah raga melalui tangga
Teruntuk para pekerja di gedung perkantoran yang tinggi mencapai 5 lantai lebih, kejadian mati listrik berjam-jam tentunya membuat gerah. Terlebih saat kondisi pemadaman listrik belum stabil di hari Senin-nya. Dengan segenap kekhawatiran jika tiba-tiba listrik mati  saat menaiki lift, sehingga mereka cenderung memilih berjalan melalui tangga. Sungguh olah raga yang berkeringat bukan? Bagi yang butuh olah raga dan punya program menurunkan berat badan, hal ini bisa menjadi motivasi berolahraga dengan naik atau turun tangga. Yang terbiasa mager karena gadget dan layanan online harus mengusahakannya langsung melalui jalan yang tak automatic, naik turun tangga pun jadi.

Memahami perjuangan teknisi PLN
Layaknya aksi John Travolta dalam film “Life on the Line” (2016) yang mengisahkan aksi patriotik perjuangan seorang pekerja teknisi kabel. Digambarkan bahwa para pekerja dibidang kelistrikan ini rela mengorbankan waktunya, jiwa raganya demi sampainya titik terang cahaya hingga kerumah-rumah kita saat mati listrik. Kejadian mati listrik yang memadamkan berbagai wilayah di Pulau Jawa ini juga tak lepas dari perjuangan para teknisi PLN yang rela meninggalkan keluarganya, meskipun dalam kondisi cuaca apapun demi memperbaiki masalah penyebab matinya listrik. Dengan resiko yang tinggi, serta jangkauan pembenahan juga tidak lepas dari tempat yang tinggi pula.



Dari sekian perubahan situasi saat kejadian mati listrik yang berlangsung cukup lama, kita bisa merasakanada sisi lain yang cukup dilumpuhkan, tak hanya aktifitas ibukota. Namun dalam banyak kebiasaan dalam keseharian yang belum tentu siap menghadapi realita hidup tanpa listrik atau akses internet. Ada sisi kedamaian nun jauh dari larutnya kehidupan maya para netizen, meskipun mati listrik serentak ini begitu memadamkan aktivitasnya.

Realita kehidupan nyata tak sesimpel dalam berselancar di dunia maya. Agan merasakan hal yang mana??

emoticon-Toast emoticon-Rate 5 Star
Diubah oleh Obet9718 07-08-2019 05:16
0
961
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.1KAnggota
Tampilkan semua post
klemenstodAvatar border
klemenstod
#5
pengurangan netijen adalah satu langkah di depan untuk generasi muda yang lebih baik
Obet9718
Surobledhek746
Surobledhek746 dan Obet9718 memberi reputasi
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.