Pukul 7 pagi di desa saya sungguhlah dingin hawanya. Terletak di antara pegunungan. Ngroto, begitu nama desa yang saya tinggali, terletak di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Memiliki suhu rata rata 20 sampai 26 derajat Celcius. Membuat orang malas ke luar rumah sebetulnya, apabila tanggal merah. Berselimut sarung, minum kopi hangat, makan kudapan gorengan, itu lebih nikmat.

Tapi hari ini lain, suasana desa saya ramai pun. Warga desa semangat menuju TPS, tempat pemilihan suara. Para orang tua yang pekerjaannya ke sawah memilih berangkat pagi. Jam 7 sudah di buka pendaftaran pemungut suaranya. Maka para lansia itu tertib mendaftar, lalu antri sambil menunggu panggilan.




Saya yang memperoleh urutan beberapa baris di belakang lansia permisi izin dulu mau foto-foto. Buat treadh di Kaskus. Diizinkan, mereka mempersilahkan. Tak ada yang istimewa di TPS saya. Pelaksanaan berjalan lancar, dari proses pendaftaran, pemanggilan, pencoblosan, memasukkan kertas suara, sampai pencelupan tinta. Demi ikutan setor foto di Kaskus, saya beranikan diri minta tolong untuk difoto. Jadi perhatian orang, tapi saya pede aja lagii. Demi Kaskus nih.

Gambar: doc.pri Anis Hidayatie

Lalu melengganglah saya keluar. Sebagai pedagang asongan, saya melanjutkan berkeliling desa. Wah, ada satu TPS yang ramai dikunjungi banyak orang, saya pikir di situ sedang ada hajatan mulanya. Ternyata sebuah TPS milik warga setempat. Dihias dengan tutup tenda, bendera dan bunga. Ditambah dua payung hias berwarna hijau di kiri kanan pintu masuk, membuat TPS ini semarak.


Gambar: Anis Hidayatie.doc.pri



Ternyata atribut yang saya lihat mewarnai TPS 15 tersebut berasal dari grup seni Barongan. Itu saya ketahui dari penuturan warga setempat. Mereka bilang semua peralatan untuk menghias TPS, ditangani warga yang juga anggota grup kesenian daerah setempat.

Tak hanya saya warga luar yang tertarik melihat, warga kampung lain ketika lewat TPS itu rata rata diam sejenak, melihat, mengamati, bahkan ada yang menggunakannya untuk selfie. Mengetahui hal ini petugas keamanan dengan ramah mempersilahkan, wong di luar area pemilihan saja. Yang penting aktivitas di dalam tetap lancar.



Termasuk saya pula. Memanfaatkan tempat itu untuk berfoto ria. Pikir saya belum tentu ada beginian 5 tahun lagi. Buat kenang kenangan saja. Bravo buat panitia atas idenya. Kebersamaan warga membuat mereka semangat mengikuti jalannya pemilihan suara. Kalau tak salah duga, melihat antusiasme warga setempat, rasanya target pemilih 100% bisa terpenuhi sempurna.

Mendung mulai menggantung, pukul 13.00 WIB tempat pendaftaran ditutup. Bergegas saya pergi, melanjutkan perjalanan mencari sesuap nasi. Suara Sah, tidak sah, lamat saya dengar dari kejauhan sambil melayani pembeli yang menghentikan laju sepeda saya.

Rupanya, proses penghitungan suara sudah mulai dilaksanakan. Sampai saya berlalu dari tempat itu, belum terdengar selesai penghitungannya. 5 kotak suara, rupanya membuat perjalanan penghitungan suara menjadi cukup lama. Ada beberapa suara tidak sah terdengar, karena tidak dicoblos sama sekali, tapi yang sah tetap lebih banyak.

Secara keseluruhan, jalannya pemilihan umum kali ini di desa saya berjalan lancar. Terlihat dari antusiasme warga yang bersedia datang terus menerus dari dibuka sampai akan ditutup. Ini tak lepas dari peran panitia dan warga setempat yang rela membuat gerakan, menyemangati warga untuk datang ke tempat pemilihan.

Gambar : Anis Hidayatie, doc.pri