KOMEN TS:

Akibat sekelompok orang yang tak mau melihat fakta yang ada, Jakarta harus menanggung akibatnya. Tapi semoga semuanya baik-baik saja.

Ibarat sebuah pertandingan, maka ada juri pencatat skor. Ada mesin pencatat otomatis. Ada wasit yang mengatur dan menengahi pertandingan. Ada komisi dispilin yang akan memberi hukuman bagi mereka yang berbuat salah. Semua ada jalurnya.

Kalau sampai penonton ikut menyerang wasit, juri, menghancuirkan papan skor, lantas apa gunanya semuanya? Kita bukan masyarakat barbar. Kita manusia yang diberi akal dan pikiran. Tahu mana yang benar mana yang salah. Bahkan binatang saja masih bisa membedakan antara yang benar dan yang salah.

Satu mahluk yang selalu merasa benar meskipun dia tahu kalau dia salah. Cuma setan!
Setan hanya tahu hak, tapi tak tahu kewajiban.
Setan hanya tahu benar, tapi gak pernah mau tahu dia salah.
Setan hanya tahu tugasnya membuat kerusakan, tak punya kewajiban mengenai kebenaran.

Tinggal tunjuk tangan saja buat pembedanya.
Situ masuk golongan manusia, apa golongan setan?

Kalau masih merasa sebagai manusia, hentikan semua keinginan menjadikan Indonesia ini kacau.
Tapi kalau merasa sebagai setan, ya siap-siap saja dimusnahkan.

Mumpung masih ada waktu, berkacalah pada hati.
Indonesia ditakdirkan menjadi negara yang indah dengan keberagaman.
Jangan paksakan menjadi seragam.

Damai Indonesiaku.