Salam santun siang! Jumpa lagi cuap-cuap berbasa-basi ala Delia ya!

Ok sekarang Delia mau kasih tau kalian ringkasan subuh mencekam. Tau tidak, betapa malangnya Delia hari ini? Bayangkan saja, di pagi yang sedingin ini, harus segera bangun dan mandi, setelah itu menggosok gigi. Padahal kalian tau bukan? Gigi Delia masih di pinjam bunda Anis. Miris gak tuh!? Masa sepagi ini harus rebutan gigi sama bunda Anis sih!?(Menanti audien untuk tersihir)

Ya begitulah! Dan pemenangnya adalah ... tentu saja DELIA. Biar bagaimanapun akulah pemilik gigi itu.

"Waspadalah, bunda."



Padahal Delia sedang tidak bergairah untuk pergi ke kampus. Tetapi harus pergi karena rindu sama mas Julak.

Wuu ....

"Namanya juga permainan cinta. Kamu iri ya!" (Menunjuk kepada yang bicara wuu)

Konon menurut kabar yang lagi kabur di Kompasiana. Mas Julakku sedang main kata dengan bunda daya.

"Oh tidak!! Ke mana gigiku? Aku harus segera bertemu." Sambil memasang muka panik.

Kalian tau tidak, gigiku pergi kearah mana? Utara? Barat? Atau hatinya si dia ... (Memasang muka Apeng)

"Di gondol kucing."

"Sembarang!" Mencari ke kanan dan kiri. Dan ternyata benar.

"Woiii itu gigiku."

Ya benar sekali, pemirsa. Hanya karena bunda Anis hobinya makan ikan asin, kegemaran mpus, itu sisa-sisanya berjejak di gigi.

Tapi jangan khawatir, pemenangnya adalah yang mempunyai gigi bersertifikat. Setelah merebut gigi, Delia masuk kamar berberes-beres. Dari isi dompet, tas dan ... tentunya hatiku. (Memasang muka malu)

Cieeee

Bletak!!! Delia lupa dengan hati ini. Oh mas Julak, otw dah. (Memasang muka panik)

Sambil membawa buku satu, pensil lima dan sarapan senyum mas Julak dari layar ponsel, akhirnya pergi ke kampus juga pada akhirnya.

Tiba-tiba Andri datang dan berkata, "cieee dandan! Tapi tetap aja kalah sana pesona Daya, dia lebih mont*k." Sambil melukis tubuh bunda Daya dengan kedua tangannya.

"Sial! Awas kau bunda Daya." (Siaga satu)

Pas sampai di ruang olahraga, mata segera melarikan diri dari kelopak dan langsung menuju tubuh bunda daya. Sontak mulut maju dua meter sambil berkata, "oh no! Kau kau kau ...tidakkkk!"



Mulut dan mata sih akhirnya pulang ke asal, tetapi tubuh mematung. Persis kaya patung Pancoran. (Memperagakannya)

Tapi setengah jam kemudian berkata, "hentikan! Aku cemburu."

Saat mereka menatap dengan pandangan aneh, kaki sudah sampai dan mencoba merebut mas Julak,

"Panas nih!"

Jelas aja panas, ini ruang basket.



Saat aksi rebutan berlangsung, dosen kemudian memberikan kartu merah di wajahku. "Skak mat!" Katanya sambil memboyong ke ruang instalasi. (Memperagakan)



Tetapi tau tidak kalian apa yang lebih menyakitkan? Yaitu hatiku berceceran di lantai dan di injak-injak ribuan kaki yang baunya bikin enek.

Sedangkan di sebuah ruangan hukuman, Delia melihat Mas Julak berbalasan puisi begitu dekat dan membuat konsentrasi hilang menuju kisah pembunuhan.

Tetapi akhirnya sadar dan berpikir tentang siapa yang berkelahi dengan Delia tadi?

Ya ampun! Rupanya tadi salah orang. Dan ternyata yang aku cakar dan gigit adalah bunda Anis, dengan dosen kepala botak, si kiler yang gemar koleksi iler.

Maka dari itu tamatlah riwayatku di meja skripsi.

"Delia! Ujianmu tidak lulus."

"Ini lebih horor Bray!"

"Oh ya ampunnnn!"

Di sisi lainnya, Mas Julak dan bunda Daya menertawakan kebodohanku.😭😭😭😭



"Emakkkk, aye masuk dalam perut lagi ya!?"

Hanya Boris, si orang gila yang menjawab.

"Iya, neng."

Ok adakah yang lebih sial dari berteman dengan orang gila? Ada. Yaitu merindukan dia siang dan malam padahal dia asik dengan yang lain.

Sekian dah basa-basi dari Delia yang ternyata basi beneran...

salam
Jangan lupa kasih bintang ya!!!