Siangnya gw pulang ke rumah. Setelah selesai semua administrasi, Mas Arya mendorong gw diatas kursi roda sampai ke depan rumah sakit.

Sepanjang perjalanan, gw liat Mas Arya terus senyum-senyum, sesekali tangan kirinya mengelus rambut dan perut gw.

Sampai rumah, Mas Arya menggendong gw turun dari mobil.

"Mas turunin ih....aku malu diliat tetangga...."

"Nanti turunnya di dalam..."

Sampai di kamar, gw kaget bukan main. Tempat tidur, seprei, gordyn, bahkan sampai cat semua bernuansa kuning gading - warna kesukaan gw.

"Selamat datang di rumah kita, anak Ayah tersayang.... Sementara kamar kita pakai warna kesukaan Bundamu ya...besok kalau kamu udah besar, kita ganti pakai warna kesukaanmu..."

"Kok anaknya aja yang diucapin? Bundanya nggak Mas?"

"Sebentar...untuk Bundanya juga ada...spesial..."

Mas Arya keluar kamar, namun nggak lama kemudian masuk lagi bawa taart bertuliskan 'Selamat Datang BuMil - istriku tercinta'

"Yaampun Maaass...ada-ada aja lho.... Makasih Mas...."

Mas Arya memotong taart lalu nyuapin gw.

"Enak nggak? Ini aku yang bikin lho... Maaf kemarin bohong..aku kemarin dari pagi di rumah.. Ngecet kamar sambil bikin ini... Butter creamnya sih beli... Kamu suka kan warna kamar kita?"

"Suka banget Mas..ini emang warna favoritku..."

Mas Arya mencium bibir gw lembut.

"Mau istirahat atau makan dulu Dek?"

"Pengen nonton tv sambil tiduran dulu aja Mas... Mas mau kerja ya?"

"Enggak...aku hari ini nggak ngantor... Ada yang harus kuurus dulu hari ini..."

"Urusan apa Mas?" sejak pernikahan, baru kali ini gw berani tanya ke Mas Arya.

"Nyonya tau beres aja ya?" katanya sambil menyentil pelan hidung gw.

Nggak berapa lama kemudian suara bel berbunyi.

"Sebentar aku buka pintu...kamu tiduran aja...kalau butuh apa-apa panggil aku ya?"

Gw denger Mas Arya lagi ngobrol dengan seseorang di luar. Gw berharap bukan wanita itu lagi.

Mas Arya mengetuk pintu kamar sebelum masuk.

"Dek kenalin ini Bi Sumi yang mulai hari ini bantuin kamu selama aku kerja.. Nanti kalau aku pulang, Bi Sumi juga baru pulang ke rumahnya..."

Gw menyalami Bi Sumi. Wanita paruh baya berperawakan kecil.

"Kenalin Neng, saya Bi Sumi...rumah saya nggak jauh dari sini Neng... Kalau Pak Arya kerja, kalau Neng butuh apa-apa minta tolong ke Bibik aja ya Neng... Masak, nyuci, nyetrika, ngepel mah Bibik juaranya.. Ini kemarin Bibik udah bantuin Pak Arya disini... Pak Arya bikin kueh, dapur udah kayak kapal pecah Neng... Bajunya Bapak yang kenak pewarna kueh udah bibik cuci..."

Bi Sumi bercerita tanpa putus. Sementara gw dan Mas Arya ketawa terbahak-bahak.

Hari itu kami lalui dengan penuh tawa. Keceriaan Bi Sumi menular juga pada kami. Gw berharap, ini menjadi awal yang indah bagi pernikahan gw.