gilbertagung
TS
gilbertagung
Masa Kepresidenan Herbert Hoover yang Dibayangi Depresi Besar



Kalau ditanya siapa Presiden Amerika Serikat yang dikenang buruk dalam sejarah, salah satu jawaban terkuatnya adalah Herbert Hoover, Presiden ke-31 Amerika Serikat yang menjabat dari 4 Maret 1929 hingga 4 Maret 1933. Meski bukan sepenuhnya kesalahannya, namun kebijakannya yang tidak berhasil mengatasi kemerosotan ekonomi yang berdampak ke seluruh dunia tahun 1930-an membuatnya dikenang kurang menyenangkan oleh sejarah dan rakyat Amerika.


Klik gambar untuk menuju sumber gambar

Latar Belakang

Situasi dukungan partai politik per negara bagian di Amerika Serikat pada masa Fourth Party System. Wilayah merah condong memilih Republik dan wilayah biru condong memilih Demokrat. Perhatikan bahwa pada masa ini, Republik mendominasi wilayah Northeastdan Midwest manakala Demokrat memiliki basis suara di Deep South yang merupakan kebalikan dari situasi sekarang.

Sejak Perang Saudara dimulai tahun 1861 hingga tahun 1933, politik Amerika didominasi oleh Partai Republik yang anti-perbudakan. Masa ini berlangsung pada era perpolitikan Third Party System dan Fourth Party System. Citra positif yang dimulai dari Abraham Lincoln membuat Partai Republik menguasai Gedung Putih selama 55 tahun dari 72 tahun periode ini. Hanya ada 3 presiden dari Partai Demokrat yang terpilih dalam periode ini : Andrew Johnson (1868-1869, sebelumnya anggota koalisi nasional yang menggabungkan Republik dan Demokrat selama perang saudara), Grover Cleveland (1885-1889 dan 1893-1897), dan Woodrow Wilson (1913-1921). Meskipun demikian, Demokrat tetap memiliki basis pemilih yang kuat di wilayah Deep South terutama bekas anggota Konfederasi Amerika (Confederate States of America) dan berperan dalam mencegah orang-orang kulit hitam yang dibebaskan mendapatkan hak berpolitik.

Roaring Twenties

Suasana pesta di Amerika pada era Roaring Twenties. Setelah kegelapan memayungi selama setahun pada masa Perang Dunia I, Amerika menghadapi masa depan yang cerah di era 1920-an, setidaknya sampai 1929.

Dominasi ini berlanjut pada dekade 1920-an. Warren Harding terpilih sebagai presiden pada 1921 dan memimpin Amerika yang mengalami periode kemakmuran pasca-Perang Dunia I yang dikenal dengan istilah Roaring Twenties. Namun, ia meninggal pada 2 Agustus 1923 dan digantikan oleh wakilnya, Calvin Coolidge yang menjabat hingga tahun 1929. Pada masanya, pasar saham mengalami booming dan spekulasi besar-besaran. Saat itu, The Federal Reserve Bank atau The Fed, bank sentral AS, memiliki kebijakan moneter yang longgar dan suku bunga acuan yang rendah. Ini dibuktikan dengan pertumbuhan suplai uang beredar di AS yang mencapai 61,8 persen antara 1921 dan 1929. Sebagai hasilnya, uang pun berlimpah dan investor memanfaatkan dana murah ini untuk berinvestasi di pasar saham.

Harga saham di New York Stock Exchange atau dikenal luas sebagai Wall Street terus naik hingga tahun 1929 dan membuat investor terus mengeruk keuntungan. Orang-orang pun tertarik menginvestasikan uang mereka di pasar saham. Semua orang yakin pasar saham akan terus menanjak dan investasi di dalamnya akan selalu berakhir dengan keuntungan. Berinvestasi di pasar saham pun menjadi pilihan menarik bagi orang untuk menambah jumlah uangnya.

Namun di sisi lain, kondisi ekonomi secara real mulai menunjukkan gejala pelemahan. Sektor pertanian mengalami pelemahan terutama karena kelebihan produksi dan banyak orang yang berimigrasi ke daerah urban untuk memperoleh manfaat dari booming ekonomi di perkotaan. Utang juga meningkat secara drastis dan kredit macet perbankan meningkat. Kapasitas produksi manufaktur juga menurun terutama karena transisi dari ekonomi masa perang ke ekonomi masa damai.

Hoover Datang, Awan Gelap Memayungi

Herbert Hoover saat menjabat sebagai Menteri Perdagangan AS.

Herbert Hoover, seorang pengusaha dan Menteri Perdagangan dalam kabinet Coolidge, memenangi pemilihan presiden AS 1928 melawan Al Smith. Dengan keunggulan margin 6 juta suara, Hoover menang di 40 negara bagian dan berhak atas 444 electoral votes, berbanding dengan kemenangan di 8 negara bagian dan 87 electoral votes untuk Smith. Hoover dilantik pada 4 Maret 1929, 6 bulan sebelum pasar saham mencapai puncak dan 7 bulan sebelum bencana dimulai.

Pesta para investor di Wall Street pun harus berakhir pada 1929. Pada 3 September 1929, pasar saham mencapai rekor tertingginya setelah mengalami market bullish selama 8 tahun dengan kenaikan 396% sejak mencapai level nadir pada 1921. Pada September, harga saham mulai menurun. Penurunan berlanjut pada Oktober. Kejatuhan dimulai pada 18 Oktober dan mencapai puncaknya pada 24 Oktober 1929 yang dikenal sebagai Black Thursday. Hari itu, jumlah saham yang diperdagangkan mencapai 12,8 juta, sebuah angka yang sangat besar untuk perdagangan saham harian. Jumlah saham diperdagangkan yang sangat besar ini tak lepas dari arus besar investor yang melakukan penjualan saham secara massal karena kekhawatiran bahwa kerugian akibat penurunan harga saham akan mereka alami. Benar saja, harga saham di Wall Street terjun bebas hari itu. Pada pembukaan perdagangan hari itu saja, indeks acuan sudah anjlok 11 persen. Begitu banyaknya saham yang diperdagangkan hingga mesin pencatat perdagangan tak mampu mencatat semuanya secara langsung dan informasi perdagangan yang dimiliki investor terlambat beberapa jam dari yang sedang terjadi menambah kepanikan dan kebingungan investor.

Investor dan bankir investasi besar berusaha mengatasi kepanikan dengan membeli saham dalam jumlah besar. Harga saham memang naik untuk sementara waktu. Namun, mereka kembali turun tajam pada 28 dan 29 Oktober 1929 yang dikenal sebagai Black Monday dan Black Tuesday. Pada 28 Oktober, indeks Dow Jones anjlok 12,8 persen dan pada 29 Oktober kembali merosot 11,7 persen. Upaya untuk meredakan kepanikan pasar oleh investor besar seperti Rockefeller dengan membeli saham dalam jumlah besar tidak berhasil mengembalikan kepercayaan pasar. Dalam 2 hari tersebut, nilai kapitalisasi pasar saham sebesar 30 miliar dolar AS (setara 440,76 miliar dolar AS pada 2019) lenyap. Ini adalah jumlah yang sangat besar kala itu. Sebagai perbandingan, anggaran belanja pemerintah AS tahun 1929 hanya 3,127 miliar dolar AS. Indeks Dow Jones mencapai level nadir pada 8 Juli 1932 dan butuh waktu lebih dari 25 tahun, sampai November 1954, bagi Dow Jones hanya untuk kembali ke posisi tanggal 3 September 1929.

Kemerosotan ekonomi pun melanda AS. Karena banyak investasi gagal, beberapa bank mengalami insolvensi karena kredit macet. Beberapa bank tak bisa menyediakan uang tunai bagi nasabahnya yang ingin melakukan penarikan tunai dan menutup kantornya. Apalagi kala itu, belum ada jaminan terhadap simpanan nasabah apabila bank dilikuidasi (penjaminan simpanan baru dimulai pada masa pemerintahan Franklin Delano Roosevelt) sehingga membuat orang ketakutan bahwa simpanannya akan lenyap bersamaan dengan runtuhnya bank.

Karena pasar saham jatuh, banyak orang membeli emas. Karena AS saat itu masih menerapkan Standar Emas, orang pun menukar dolar AS (yang masih menjadi uang komoditas yang dijamin emas sebagian) dengan emas yang harganya meningkat. Karena ini pula, jumlah uang yang bisa dicetak terbatas. Sebelum 1933, berdasarkan The Federal Reserve Act 1913, 40 persen dari jumlah uang yang dicetak The Fed harus disokong emas. Maka, jumlah uang yang dapat dicetak The Fed hanya dapat mencapai maksimal 250 persen dari nilai dolar ekuivalen dari cadangan emas yang dimiliki. Misalnya, The Fed memiliki cadangan emas sebesar 1 miliar ons emas dengan harga emas ditetapkan sebesar 20,67 dolar AS per ons. Maka, dengan cadangan emas senilai 20,67 miliar dolar AS, jumlah uang beredar yang dapat dicetak The Fed adalah sebesar 51,675 miliar dolar AS. Ini pun membatasi kemampuan The Fed menstimulasi ekonomi.

Nilai dolar AS pun menurun dan membuat The Fed mengetatkan kebijakan moneter dan mengurangi suplai uang, memperburuk keadaan dan membuat The Great Depression berlangsung cukup lama. Karena suplai uang menurun, pabrik mengurangi kapasitas produksi dan mengurangi karyawan. Terjadilah peningkatan jumlah pengangguran di AS. Dari 4 juta pada 1930 menjadi 6 juta pada 1931. Puncaknya, pada 1933, 15 juta orang atau 25 persen dari angkatan kerja menganggur.

Usaha Presiden Hoover dalam mengatasi pelemahan ekonomi bisa dibilang minim karena ia masih yakin bahwa pasar akan mampu mengoreksi dan menyeimbangkan dirinya sendiri. Teori ekonomi klasik Adam Smith yang berkeyakinan bahwa "tangan tak terlihat" akan bekerja menyeimbangkan pasar tampaknya dipegang teguh oleh sang presiden sehingga peran pemerintah dalam mengatasi Depresi tak diperlukan. Meski demikian, ia tetap berusaha mengurangi angka pengangguran dengan proyek konstruksi besar seperti pembangunan Bendungan Hoover di perbatasan Nevada dan Arizona. Untuk menjaga anggaran tetap seimbang, Hoover menaikkan tarif pajak. Tarif pajak penghasilan tertinggi meningkat dari 25 persen pada 1929 menjadi 63 persen pada 1932. Namun, defisit anggaran pada 1932 tetap saja tinggi, 4,5 persen dari PDB, disebabkan oleh pendapatan pajak yang menurun dan meningkatnya pengeluaran pemerintah federal, juga karena ekonomi AS menyusut 20 persen antara 1929 dan 1932.

Presiden Hoover mengesahkan Hawley-Smoot Tariff Act pada 17 Juni 1930. UU ini menaikkan tarif bea impor masuk untuk lebih dari 20.000 jenis barang ke AS dan bertujuan melindungi petani dan industri di AS. Meski UU ini sudah dirancang, dibahas, dan disahkan Kongres pada paruh pertama 1929, sebelum Depresi dimulai, dampaknya terhadap Depresi sangat besar. Negara mitra dagang AS juga ikut menaikkan tarif bea impor produk dari AS dan membuat volume perdagangan dunia anjlok 70 persen antara 1929 dan 1932. Ini pun membuat angka pengangguran di AS dan negara Barat lainnya semakin tinggi karena kapasitas industri menurun. Negara-negara yang banyak mengekspor produk pertanian ke AS dan Eropa Barat seperti Hindia Belanda, Australia, dan Cile terkena dampak yang besar karena permintaan produk mereka menurun dan harganya merosot.

Begitu buruknya keadaan ekonomi di masa itu, Presiden Hoover pun menjadi orang yang paling disalahkan dari keadaan yang buruk tersebut. Salah satunya diekspresikan dalam penyebutan istilah Hooverville untuk menjuluki pemukiman kumuh yang banyak muncul di kota besar di AS sebelum Depresi dan semakin banyak bermunculan saat Depresi.

Sekali Kalah, 20 Tahun Menjadi Oposisi

Herbert Hoover bersama Franklin Delano Roosevelt yang menaiki limosin yang akan membawa mereka ke Capitol Hill untuk menghadiri pelantikan Roosevelt sebagai Presiden ke-32 AS, 4 Maret 1933.

Meski pemerintahannya dianggap gagal mengatasi Depresi, Hoover masih cukup percaya diri untuk kembali maju dalam pemilihan presiden tahun 1932. Lawannya dari Partai Demokrat adalah Franklin Delano Roosevelt, Gubernur New York dan calon wakil presiden tahun 1920. Dengan situasi ekonomi yang buruk, Roosevelt dengan mudah dapat menyerang Hoover dari segi ekonomi dan menawarkan program New Deal untuk mengatasi keadaan. Hoover juga dibebani oleh insiden kekerasan terhadap veteran Perang Dunia I yang menginap di depan Gedung Putih pada Juni 1932 untuk meminta bonus yang dijanjikan pemerintah pada 1924 yang menurut jadwal akan dibayarkan pada 1945.

Seperti yang bisa ditebak, Hoover kalah dari Roosevelt. Roosevelt mampu meraup 22,8 juta suara berbanding 15,7 juta suara untuk Hoover. Dengan kemenangan di 42 negara bagian, Roosevelt memperoleh 472 electoral votes manakala Hoover hanya mendapat 59 dari 6 negara bagian. Masa kepresidenan Hoover pun harus usai pada 4 Maret 1933 dan digantikan oleh masa kepresidenan Roosevelt yang membawa banyak perubahan seperti meninggalkan Standar Emas, memberikan bantuan ekonomi kepada petani, dan meregulasi perbankan.

Setelah lengser, Hoover menjadi salah satu oposisi terkuat dari kebijakan Roosevelt dan menganggapnya sebagai langkah menuju fasisme. Ia mencoba memperoleh nominasi Partai Republik untuk pemilihan presiden 1936. Namun, nominasi dimenangkan oleh Alf Landon, Gubernur Kansas. Hoover mendukung kampanye Landon, namun berakhir dengan kekalahan lebih telak dibanding empat tahun sebelumnya. Pada pemilihan presiden 1936, Roosevelt terpilih kembali untuk kali kedua dengan meraup 27,7 juta suara, unggul 11 juta suara dari Landon. Dengan kemenangan di 46 negara bagian, Roosevelt memperoleh 523 electoral votes, jumlah terbesar sejak 1820. Sebaliknya, Landon hanya menang di Vermont dan Maine, yang hanya memberikan 8 electoral votes, jumlah paling sedikit untuk peringkat kedua dalam sejarah dan sebanding dengan William Howard Taft pada 1912. Lenyap pula peran Maine sebagai indikator pemenang pemilihan presiden.




Peta perolehan electoral votes untuk setiap calon presiden AS pada 1932 dan 1936. Negara bagian berwarna biru dimenangi Roosevelt dan berwarna merah dimenangi Hoover (1932)/Landon (1936).

Para pakar politik waktu itu memperkirakan Partai Republik akan lenyap karena citranya yang hancur akibat Depresi. Namun, mereka berhasil bangkit pada pemilihan sela tahun 1938, terutama karena resesi 1937-38, meski mereka tetap gagal menguasai Gedung Putih hingga tahun 1953.

Hoover menjalani masa pensiun sebagai Presiden AS mulai 4 Maret 1933 hingga kematiannya pada 20 Oktober 1964, pada usia 90 tahun, menjadikannya presiden dengan masa pensiun terlama sebelum disalip Jimmy Carter. Ia aktif dalam kepenulisan, menulis beberapa judul buku, termasuk biografi Woodrow Wilson, sampai menjelang akhir hayatnya. Ia juga rutin mengikuti Konvensi Nasional Partai Republik hingga tahun 1960 dan sempat mencoba maju kembali sebagai presiden pada 1930-an, namun gagal karena citranya yang buruk akibat Depresi Besar. Ia juga menjadi satu dari dua mantan presiden AS pertama selain Harry Truman yang menerima tunjangan pensiun yang mulai diberikan pada 1958. Meski ia sebenarnya tak memerlukan uang tersebut, 25.000 dolar AS per tahun, ia tetap mengambilnya karena tak ingin mempermalukan Truman. UU yang mengatur tunjangan bagi mantan presiden ini dibuat salah satunya karena kondisi keuangan Truman yang genting setelah meninggalkan Gedung Putih pada 1953.

Peran Internasional Hoover

Hoover (kanan jauh) saat menginspeksi bantuan yang akan dikirimkan ke Eropa pada 1921.

Hoover memang bisa dibilang gagal sebagai presiden, namun ia banyak berkontribusi dalam bidang kemanusiaan masa perang dan pasca-perang di Eropa. Ia menjadi Ketua Commision for Relief in Belgium yang didirikan pada 22 Oktober 1914 dan menyediakan pangan untuk 9 juta warga Belgia yang berada di bawah pendudukan Jerman selama Perang Dunia I. Hoover kemudian mengepalai American Relief Administration, lembaga yang membantu memberi pangan bagi orang-orang Eropa setelah Perang Dunia I. Ia juga mendorong kreditor untuk menangguhkan penagihan utang Jerman saat Depresi Besar dan ia ikut andil dalam menentukan kebijakan pemerintah AS di bawah Presiden Harry Truman dalam pendudukannya terhadap Jerman setelah Perang Dunia II.


Demikian thread dari saya kali ini. Masa kepresidenan Hoover memberi pelajaran bahwa mengandalkan pemikiran lama untuk menangani permasalahan masa kini tak akan memberi hasil yang baik dan memuaskan. Terima kasih telah membaca thread ini dan semoga hari Anda menyenangkan.
Diubah oleh gilbertagung 07-03-2019 03:46
13
9.1K
106
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
icon
6.5KThread10.3KAnggota
Tampilkan semua post
gilbertagung
TS
gilbertagung
#61
#22,436
Quote:


Texas? Most conservative state in USA, exact opposite dari California, jadi ungu bahkan liberal?
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.