Buku Adalah Pusaka Ilmu, Sanggupkah Kamu Menanggalkan Fisiknya?

Beranda

...

The Lounge
Buku Adalah Pusaka Ilmu, Sanggupkah Kamu Menanggalkan Fisiknya?

iskrim

09-02-2019 12:31

Buku Adalah Pusaka Ilmu, Sanggupkah Kamu Menanggalkan Fisiknya?

[ HT# 453 ]

Era digitalisasi zaman now memang hampir mengubah kebutuhan dan gaya hidup manusia. Sejak dari bangun tidur, beraktifitas hingga tidur kembali hampir semua tergantung dengan produk digital termasuk membaca buku seperti tergantikan dengan membaca versi digital, tapi sebetulnya saya setuju jika membaca versi digital hanya sebagai pelengkap dan sifatnya informasi instan.

Sisi positifnya hadirnya era digital ini membuat setiap orang jadi rajin membaca, jadi kalau dikatakan minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah nyatanya tidak terbukti. Coba lihat saja di sekeliling kita dan sejauh mata memandang, setiap orang pasti sedang membaca, lewat smartphonenya. Meskipun mungkin yang dibaca hanyalah sebuah pesan singkat dan terkadang tiada manfaat, tapi judulnya tetap 'membaca, hehe'.

Buku
Pusaka Ilmu

Ya, tentu saja jika ada sisi positif tentu ada sisi negatifnya, seperti membaca versi digital secara berkepanjangan di waktu yang lama akan terpapar radiasi mata dan kulit hingga urusan struktur tulang manusia ikut berubah karena gaya membaca yang salah dan lain sebagainya.

Saya sendiri tidak menampik jika saya juga hobi membaca versi digital terutama karena salah satu hobi saya ya menulis ini. Mengisi artikel di blog pribadi, membuat tulisan berdasarkan pesanan, menulis di Kaskus hingga membaca-baca pesan di group-group whatsapp biasa saya lakukan.

Tapi, ada tetapinya. Membaca baik itu komik, koran, majalah, flyer, buku pengetahuan versi cetak fisik menurut saya tetaplah yang terbaik. Secara konten versi cetak dan digital mungkin tidak jauh berbeda, namun membaca versi cetak fisik memiliki sensasi yang tak tergantikan oleh versi digital.

Sensasi dan kelebihan yang dimiliki oleh bacaan versi cetak hingga sekarang takkan bisa digantikan. Coba saja teman perhatikan misalkan ketika memegang majalah, akan tercium bau khas tinta cetaknya, tekstur ketasnya, sobekkan nya, suara lipatannya, kelenturan lembar kertasnya, warna-warna dan backgroud kertas yang bersahabat dengan mata, berat buku, deretan punggung buku saat disusun, sampai pembatas buku yang memiliki keunikan tersendiri.

Komik gacoan ane sewaktu smp (dulu lengkap banget ane punya serinya, termasuk seri Steven Sterk, si Bob Napi Badung, paman Jenggot, Smurf, Trigan, 5 Sekawan, Asterik Obelix, Lucky Luke, Deni Manusia Ikan, Mimin, Petruk Gareng, Superman versi Lifebuoy, namun sayang semua telah hilang saat pindahan rumah)

Ya, berbicara tentang pembatas buku kalau tidak salah dulu era 90an sempat ada trend koleksi pembatas buku yang dijual di toko-toko buku dari membeli hingga kita dapat secara cuma-cuma. Uniknya pembatas itu selain bentuk dan ukurannya yang berbeda, adalah desain dan gambar-gambar yang ada begitu unik dan cantik, bahkan wangi! Belum lagi seni ketika kita berburu buku yang kita incar di toko, perpustakaan, dan lapak buku bekas, semua itu butuh perjuangan untuk mendapatkannya.

Lalu sensasi apa yang di dapat ketika membaca buku versi digital ini, ya menurut saya memang tetap ada tapi yang namanya bentuk fisik tentu jauh berkesan dan bisa dirasakan oleh panca indera manusia. Membaca secara fisik membutuhkan peran indera manusia terutama mata, sentuhan, bau dan pendengaran. Jadi sebuah buku fisik ibarat kekasih ke dua, yang bisa kita rawat, sentuh dan cium aroma khasnya. Bagaimana dengan kamu apakah masih tertarik membaca versi cetak ini, share dong pengalamanmu disini.

emoticon-nulisah

The Power of Reading Books! - Inside The Mind of Successful People

“Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.”

―Mohammad Hatta ―