jeniussetyo09Avatar border
TS
jeniussetyo09
DIARY MATA INDIGO - SEASON 3 : THE NEXT LEVEL
ONCE AGAIN…. WELCOME TO MY THREAD



Pict by Rido Irdam


Thread ini adalah thread lanjutan dari Thread sebelumnya DIARYMATA INDIGO SEASON 2 : Sebuah Cerita Lanjutan Indigo Interdimensional

DIARY MATA INDIGO SEASON 3 : THE NEXT LEVEL

Cerita Season 3 kali ini bercerita tentang pengalaman sesudah kuliah dan memasuki dunia kerja. Penulis pada season 3 ini akan lebih banyak menambah bumbu-bumbu fiksi sebagai pembungkus pengalaman yang pernah ada. Tentu saja dengan tetap mengedepankan prinsip "Fiksi Rasa Real" daripada "Real Rasa Fiksi". Tentu saja semua nya diambil dari apa yang dihasilkan oleh penglihatan seseorang yang bisa melihat “mereka”. Mereka yang tak kasat mata. Mereka yang berada di alam sebelah. Mereka yang sering disebut dengan hantu, jin, siluman, roh, makhluk halus atau arwah.

Istilah indigo adalah sebutan bagi mereka yang memiliki kemampuan indra keenam, dan dalam thread ini khusus hanya membahas tentang pengalaman Indigo Interdimensional, bukan indigo yang lain. Indigo Interdimensional adalah salah satu kemampuan Indigo dimana seseorang bisa melihat, mendengar bahkan berkomunikasi dengan makhluk halus atau penghuni alam sebelah.

Isi thread ini murni berbagi cerita dan pengalaman dan sama sekali tidak bicara tentang pengertian atau pemahaman tertentu. Bagi orang yang mungkin punya pemahaman atau pengertian yang berbeda dipersilahkan. Tapi yang jelas hal-hal itu tidak akan direspon

Penulis tidak mengharapkan komentar yang menimbulkan perpecahan, apalagi yang berbau SARA, akan tetapi jika ternyata ada juga yang berkomentar demikian, maka semoga mendapatkan hidayah dan semoga orang tersebut semakin dimulikan dan dan ditinggikan derajatnya oleh Tuhan Yang Maha Esa. Terlepas nanti ada syarat dan ketentuan berlakunya atau tidak.

Selebihnya ane cuma bisa mengucapkan, selamat menikmati.

Enjoy….


by Rido Irdam

PS :

Untuk memudahkan dan karena Diary ini terdiri dari beberapa part ane sediakan link nya. Dengan rendah hati ane juga tidak lupa menghimbau untuk membudayakan komeng bagi Agan & Sista. Cendol bila Agan & Sista ikhlas, rate jika berkenan, bata mohon ditiadakan emoticon-Blue Guy Smile (S)
emoticon-Blue Guy Smile (S) emoticon-Blue Guy Peace emoticon-Blue Guy Peace emoticon-Blue Guy Peace emoticon-Maaf Agan


Part 1 : DMI 3 - Prolog

Part 2 : DMI 3 - Misteri Gudang Tembakau 1

Part 3 : DMI 3 - Misteri Gudang Tembakau 2

Part 4 : DMI 3 - Misteri Gudang Tembakau 3

Part 5 : DMI 3 - Misteri Gudang Tembakau 4

Part 6 : DMI 3 - Misteri Gudang Tembakau 5

Part 7 : DMI 3 - Misteri Gudang Tembakau 6

Part 8 : DMI 3 - Kembali Ke Pak Sam 1

Part 9 : DMI 3 - Kembali Ke Pak Sam 2

Part 10 : DMI 3 – Siap kah Kau Untuk Jatuh Cinta Lagi?

Part 11 : DMI 3 - Bocah Astral

Part 12 : DMI 3 - Mendua Dalam Astral

Part 13 : DMI 3 - Indahnya Mendua

Part 14 : DMI 3 - Pertempuran 1

Part 15 : DMI 3 - Pertempuran 2

Part 16 : DMI 3 - Dead End

Part 17 : DMI 3 - Not Alone

Part 18 : DMI 3 - Berperang Kembali 1

Part 19 : DMI 3 - Berperang Kembali 2

Part 20 : DMI 3 - Berperang Kembali 3

Part 21 : DMI 3 - Kemenangan

Part 22 : DMI 3 - Pagelaran Wayang di Merapi

Part 23 : DMI 3 - Jagad Gumelar

Part 24 : DMI 3 - Harus Memilih

Part 25 : DMI 3 - Good Bye

Part 26 : DMI 3 - Restu

Part 27 : DMI 3 - Legenda Raden Rangga

Part 28 : DMI 3 - Usaha Terakhir

Part 29 : DMI 3 - Menyelamatkan Arya

Part 30 : DMI 3 - Sesuatu Tak Terduga

SIDE STORY :

PULANG 1

PULANG 2

MEMBUKA MATA KETIGA PART 1

MEMBUKA MATA KETIGA PART 2

MEMBUKA MATA KETIGA PART 3

TANGISAN ARWAH 1

TANGISAN ARWAH 2

TANGISAN ARWAH 3

TANGISAN ARWAH 4

HILANG 1

HILANG 2

GERBANG DIMENSI IMOGIRI 1

GERBANG DIMENSI IMOGIRI 2

Jon Sansiro Story :

Story 1 : Gundul Pringis


Sekarang Mas Yus juga sudah merambah spotify. Dengarkan celoteh dan obrolan Mas Yus yang akan selalu menghantui anda di Podcast Mas Yus di Spotify. Cekidot

Spotify Mas Yus - Diary DImensi Ketiga

Top 5 Astral Feminim selain Kuntilanak

Top 5 Pesugihan Underrated

[/QUOTE]
Mas Yus sekarang sudah punya Channel Youtube judulnya Ngopi Mistis alias Ngobrol Pokoknya Intinya Mistis. Jangan lupa Share, Like, dan Subscribenya yaaaa







[/QUOTE]


Penampilan Perdana di TV, di Acara KERAMATINews

Sebuah acara bertema kan penelusuran tempat-tempat angker dan keramat. Menguak misteri-misteri yang tersimpan di dalamnya. Bersama paranormal dan host-host kece. Tayang setiap hari SABTU dan MINGGU, pukul 20:30 WIB. Hanya di channel INEWS

Kalau ketinggalan programnya nggak usah khawatir, subscribe channel youtubenya : https://www.youtube.com/channel/UC5c...H0tQ3l49G-_rtw

Ini penampakan pertama Mas Yus dalam episode Keramat :

1. Misteri Gedung Biru Kalimalang - Bekasi



2. Setan dilarang masuk - Bioskop Atoom Citeureup



3. Misteri Sinden Marni - Studio Alam TVRI Depok



4. Misteri Sumur 7- Sumur 7 Beji Depok



5. Pastur Tanpa Kepala VS Nenek Gayung - Makam Jeruk Purut



7. Jangan Fitnah Setan - Bekas Pabrik Ciputat





Anda bertanya Indigo Menjawab. Sekali-sekali coba bikin konten di youtube. Isinya tentang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang masuk ke Instagram diarymataindigo09. Penasaran? Klik Linknya....
Jangan lupa like nya :







[/QUOTE]


Quote:



Quote:


Cek Juga karya ane yang lain ya Gan..

DIARY MATA INDIGO SEASON 1

DIARY MATA INDIGO SEASON 2

EKSPEDISI KRAMAT - HIDDEN STORY

DARK SIDE INDONESIAN FAIRYTALE


BUAT TAMBAH PENGETAHUAN :

1. Melihat Hantu Tanpa Mata Ketiga / Indra Keenam

2. Kenali Jenis-Jenis Distorsi Pada Anak Indigo

3. Thread Kaskus yang jadi Novel

4. Gunung-gunung yang memiliki Pasar Setan

5. 5 Fakta yang jarang orang ketahui tentang Pocong

Quote:


Quote:


Quote:



by Rido Irdam
Diubah oleh jeniussetyo09 02-03-2020 02:42
aryowbs
bandarlaguna
c4kr4d3w4
c4kr4d3w4 dan 81 lainnya memberi reputasi
76
1.5M
3.5K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.5KAnggota
Tampilkan semua post
jeniussetyo09Avatar border
TS
jeniussetyo09
#2946
SIDE STORY : GERBANG DIMENSI IMOGIRI 2

“Jalan buat kami sedang dipersiapkan. Sampai bertemu di Imogiri Kisanak”. Setelah kata-kata itu selesai terdengar, Aku mendengar bunyi guntur dan guruh mulai bersahutan. Mengalun ramai di angkasa. Tepat pukul 15:30, hujan deras menderu mengguyur tanpa ampun disertai angin kencang. Jika tidak tahu tujuan nya mungkin Aku akan cemas bagaimana jika sampai malam hujan belum reda. Bisa batal semua rencana. Tapi karena Aku tahu untuk apa hujan itu turun, Aku jadi tetap santai dan sama sekali tidak khawatir. Percaya bahwa tepat nanti malam hujan akan reda dan berhenti, sehingga kami bisa ke Imogiri.

Tepat pukul 18:00 hujan berhenti. Aku pun lalu bersiap-siap mandi sore dan menunggu Tito datang menjemput. Pukul 19:30 Tito datang bersama Anto. Anto juga teman sekolah satu SMA dulu. Namun dia hanya orang biasa. Dia bukan orang yang memiliki kemampuan Mata Ketiga atau Indra Keenam. Dia juga diajak oleh Mas Prabhu sebagai pelengkap atau penggenap untuk menghadap ke Imogiri. Hari itu juga pengalaman pertama nya ke Imogiri. Anto sendiri sebetulnya adalah ilustrastor Novel ke 2 ku. Jadi Aku dan dia memang sebelumnya sudah saling mengenal.

Pukul 20:00 lewat Aku, Anto dan Tito berangkat menuju tempat Mas Prabhu. Dalam perjalanan Aku melihat Astral Merapi sudah dalam perjalanan berduyun-duyun menuju arah Imogiri. Sampai di tempat Mas Prabhu, sempat kami kemudian santai sejenak dan mengobrol ringan. Sampai menjelang jam 22:00 setelah semua persiapan dan ubo rampe lengkap, kami berempat berangkat ke Imogiri naik mobil Mas Prabhu.

Selama perjalanan, tidak ada rasa khawatir. Tidak ada rasa gelisah atau takut. Yang ada hanya rasa senang dan lepas. Ditingkahi lagu Rewrite The Stars dari Anne Marie & James Arthur dari audio mobil milik Mas Prabhu. Hujan deras nan syahdu pun mengiringi perjalanan kami.

“Kita lewat jalan pintas saja ya.....”, kata Mas Prabhu saat mobil sudah mendekati lokasi pemakaman Imogiri. Mas Prabhu lalu mengambil jalan berbelok yang agak mendaki. Mobil mulai melaju dengan perseneling khusus tanjakan, karena jalan yang dilalui adalah jalan dengan jalur naik yang agak curam.

“Maksudnya jalan pintas bagaimana Gus Prab?”, tanya Anto yang duduk disebelahku.

“Ini jalan langsung ke cungkup atas. Jadi tidak harus naik tangga dari bawah. Ini jalur khusus keluarga Kraton”. Jawab Mas Prabhu cepat. Dari caranya menyetir Aku bisa tahu kalau dirinya sudah sangat terbiasa dengan jalan daerah ini.

“Masalahnya sudah malam. Kalau mau lewat bawah bisa-bisa baru besok pagi baru sampai atas”. Kata Mas Prabhu lagi. Aku cuma melongo mendengar kata-kata nya. Padahal kemarin-kemarin Aku sudah sibuk olahraga buat persiapan fisik, karena mengira bakal harus naik tangga sampai ke Cungkup Atas. Ternyata malah lewat jalan pintas, naik mobil lagi. Tito yang melihatku melongo hanya tertawa tergelak-gelak.

Pemandangan alam astral dari Mata Ketiga ku sangat menarik kali ini. Beberapa kali Aku melihat makhluk astral berukuran raksasa yang sangat besar, yang bahkan terlihat olehku hanya telapak kaki nya saja. Bahkan telapak kaki itu saja besarnya seukuran rumah 2 tingkat. Mereka seperti berjaga-jaga di sepanjang perjalanan jalan pintas itu. Selain itu beberapa makhluk astral seperti harimu namun berkepala manusia, laki-laki dan perempuan juga tampak. Mereka menggunakan mahkota. Beberapa makhluk bertubuh besar, berbadan manusia namun berkepala kerbau juga tampak olehku. Mereka berdiri sambil membawa gada dan tombak. Beberapa raksasa sepertu Gupala berbadan besar juga terlihat bersiaga.




Selain itu yang menarik adalah banyaknya astral yang berduyun-duyun berbondong-bondong menuju Imogiri dari berbagai penjuru. Jumlahnya sangat banyak. Sepanjang perjalanan penuh sesak oleh mereka. Dalam pandangan mataku, mobil yang kami tumpangi seperti menembus kerumunan keramaian. Bila dilgambarkan seperti suasana orang mau nonton konser. Saat mobil yang kami tumpangi lewat, para astral itu tampak mempersilahkan sambil tersenyum dan membuka jalan.

Akhirnya kami sampai di area parkir kompleks pemakaman cungkup atas. Sampai di sana Aku masih cemas karena hujan masih turun lumayan deras. Bahkan saat Aku membuka pintu mobil. Aku masih bisa mendengar suara nya. Anehnya saat Aku, Anto, Tito dan Mas Prabhu turun dari mobil dan berjalan menuju pesanggrahan untuk berganti pakaian, tidak ada satu tetespun air yang mengenai tubuh kami.

Kami bisa melihat air turun, mendengar suara hujan yang deras, namun tubuh kami tidak basah oleh hujan. Seperti ada yang memayungi dan tidak membiarkan kami basah oleh hujan. Aku, Anto dan Tito sampai terheran-heran. Sementara Mas Prabhu hanya tersenyum dan tetap tenang seperti biasa.

Sampai di Pesanggrahan kami berganti pakaian. Pakaian yang dikenakan tidak boleh sembarangan. Harus mengenakan Beskap dan Jarik lengkap. Untung semua kelengkapan pakaian itu sudah disiapkan. Pesanggrahan itu terletak tepat di bawah Gerbang Utama Cungkup Atas. Kami tinggal menunggu gerbang besar itu dibuka dan masuk ke dalam, untuk menuju cungkup makam raja-raja.

Suasana malam begitu syahdu. Diiringi rintik hujan dan dan hembusan angin yang lembut. Tidak ada rasa takut dan angker yang dirasakan. Yang ada hanya rasa tenang nan tentram. Rasanya begitu teduh. Teduh yang lembut. Perasaan seolah benar-benar diayomi dan dijaga.

Dalam pandangan Mata Ketiga malah terlihat sebaliknya. Suasana begitu ramai. Seperti adanya hajatan atau pesta. Para tamu undangan ramai berdatangan. Semua tumplek dari segala arah. Berduyun-duyun dari segala penjuru. Begitu menakjubkan.

Tampak olehku bahwa para astral atau undangan pun seperti sudah di sortir dan diseleksi. Tempat yang kami berada sekarang adalah bagi para undangan khusus VVIP, sementara di ring kedua untuk para astral VIP dan ring terluar adalah untuk astral receh seperti trio populer : Pocong, Kuntilanak dan Genderuwo. Artinya tempat kami berada seperti daerah yang sudah steril dari mereka yang memang tidak layak untuk ada di situ. Hanya astral-astral tingkat tinggi dan pilihan yang berhak untuk berada di situ. Tidak heran kalau suasana nya beda. Begitu syahdu dan lembut.

“Bagaimana? Menghadap sekarang?”. Tanya Mas Prabhu pada kami setelah semuanya siap. Entah kenapa semua mata malah terarah kepada ku. Aku yang dipandangi begitu rupa malah jadi salting dan kikuk. Sejenak kemudian Aku mencoba diam. Menyerahkan jawaban nya pada indra keenamku. Sesaat kemudian terdengar suara seperti alunan Gendhing Jawa dari arah atas. Suara nya mengalun begitu indah dan menenangkan. Itu suara Gendhing Ageng. Aku yakin itulah pertanda nya.

“Sendhiko Den Mas, Sekarang”, ujarku kemudian. Kami pun beranjak dari tempat kami duduk. Mas Prabhu memimpin di depan. Diikuti olehku Tito dan Anto di bagian paling belakang. Kami berjalan beriringan. Di tengah suara deras rintik hujan yang tidak sedikitpun membasahi badan kami. Dalam pandangan Mata Ketiga kedatangan kami disambut dengan tarian Bedoyo dari 4 penari putri cantik yang tak kasat mata.

Gerbang besar di hadapan kami akhirnya terbuka. Gerbang megah cungkup atas makam raja-raja Imogiri. Saat memasuki gerbang itu, kami seperti merasakan sudah memasuki sebuah dimensi yang berbeda. Semua yang terlihat dari pandangan Mata Ketigaku saat masuk ke dalam adalah penuh dengan nuansa putih. Putih yang bersih. Seolah itu adalah sebuah dimensi keluhuran yang suci. Tidak ada warna yang lain selain warna putih. Hanya rasa syukur yang pertama kali terpanjat begitu melihat pemandangan ini.

Aura keagungan Raja-raja yang bersinar begitu terasa saat mendekat ke arah cungkup para Raja. Cungkup besar itu berjajar tertata rapi. Ukuran nya bahkan seukuran tubuh orang dewasa saat berdiri.

Para Sinuhun tampak duduk di tempatnya masing-masing dengan pakaian Raja lengkap dibalut nuansa putih yang bersih. Aku sempat melihat sesosok wanita cantik dengan tampilan khas seperti seorang Ibu dalam busana Jawa, yang belakangan Aku ketahui namanya sebagai Kanjeng Nyai Batang.

Upacara dipimpin langsung oleh Mas Prabhu yang duduk di bagian paling depan. Sementara Aku mendampingi di belakangnya. Tito dan Anto berada di bagian sebelah kiri belakangku. Berjajar di belakang kami Nyi Penguasa Selatan, Para Eyang Merapi, Para astral Medang dan Pengging, Dewi Lanjar, Para Panglima dan Tumenggung dari Pasukan Astral Suryo Metaraman, Eyang Lawu, dan lain-lain yang tidak bisa Aku sebutkan satu persatu sangking banyaknya.

Terlihat dalam pandangan Mata Ketiga ku dupa yang dinyalakan oleh Mas Prabhu sebagai tanda kinasih itu berubah menjadi tumpeng dan sesembahan lengkap. Tumpeng itu kemudian diterima oleh Kanjeng Nyai Batang dan diletak kan di sebelah kanan depan.

Mas Prabhu kemudian maju mendekati Gusti Kanjeng Sinuhun HB IX. Hubungan mereka tampak akrab layaknya Kakek dan cucu. Aku bisa merasakan pribadi Sinuhun HB IX yang terasa begitu terbuka.Terbuka bagi siapa saja. Tidak memandang siapa kamu siapa saya. Menerima siapa saja yang datang dengan tangan terbuka. Seorang tokoh yang merakyat dan mudah akrab dengan siapa pun. Pemimpin yang begitu mengayomi, yang membuat siapapun akan menaruh rasa hormat dan segan karena nya. Dirinya menerima kami dengan tangan terbuka

Selain itu tampak juga para Ngarso Dalem Sinuhun-sinuhun lain dengan wibawa dan pancaran aura pribadi seorang raja, juga menerima dan menyambut kami. Ada rasa senang yang kami rasakan bahwa diri kami diterima di tempat ini. Hawa lembut yang seketika menyelimuti kalbu menjadi tanda bahwa tidak ada yang perlu kami khawatirkan tentang kehadiran kami di sini.

Sebuah dialog yang panjang pun berlangsung. Tentang apa yang kami gelisahkan. Tentang apa yang kami khawatirkan. Semua kami utarakan. Atas seizin Tuhan Allah Yang Maha Kuasa para Sinuhun berkenan menjawab. Kami banyak mendengarkan dari para Sinuhun-sinuhun tentang apa yang akan terjadi ke depan nya. Tentang apa yang sebaiknya dilakukan. Tentang bagaimana seharusnya semua didasarkan pada aturan-aturan yang ada.

Bahwa aturan-aturan yang telah dibuat bukan saja sebagai pertanggung-jawaban terhadap rakyat, tetapi juga dipertanggung-jawabkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena aturan yang dibuat adalah sebuah keniscayaan dari sebuah hubungan kosmis antara manusia dengan alam / bumi pertiwi, manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan manusia (Hablum Minallah, Hablum Minan-nas).

Aturan tidak seharusnya disimpangi atau dilanggar. Apalagi apabila aturan itu sudah merasuk menjadi adat yang mengisi sendi-sendi budaya dan semangat kekeluargaan di dalam masyarakat.

Aku sendiri memaknai bahwa ziarah yang dilakukan ini memang dalam merangka sebuah pencarian jawaban. Jawaban atas kegelisahan. Atau kalau dalam bahasa orang-orang tempo dulu mencari wangsit. Atau kalau dalam tataran yang lebih tinggi adalah menunggu Wahyu. Wangsit atau Wahyu menurutku tidak mungkin atau kecil kemungkinan didapatkan di tempat yang hingar-bingar, ramai, di tempat yang enak, di atas kasur yang empuk, atau ruangan ber AC.

Wahyu atau Wangsit akan datang bagi orang yang dengan hati yang bersih tulus ikhlas, mencari nya di tempat yang sepi sunyi, jauh dari keramaian dan hingar-bingar, tempat yang jauh dari rasa enak dan jauh fasilitas. Tempat yang mampu membuatnya bertiratkat dan dekat dengan Tuhan.

Ini semua kami lakukan karena kami peduli. Perduli dengan kota ini. Perduli dengan masyarakatnya. Tidak rela bila rasa tata-titi-tentrem karta raharja itu menghilang. Berganti dengan hiruk pikuk keriuhan dan perpecahan. Kehilangan sifat ramah-tamah lemah lembut yang telah begitu membudaya, dan menjadi dasar sikap serta adab yang harus dijaga.

Sempat Aku lihat Mas Prabhu menitikkan air mata. Dirinya menangis sambil memeluk kaki Kakek dan para Eyang nya itu. Menumpahkan segala kesedihan yang ada di hati nya. Mungkin itu terkait dengan kondisi keluarga besarnya yang sedang dilanda perpecahan. Baik Aku, Tito, dan Anto hanya bisa melihatnya dengan hati trenyuh. Aku sempat menyimak Para Sinuhun memberikan wedaran bagi Mas Prabhu, yang intinya memberikan semangat dan penghiburan bagi cucu nya itu. Semakin malam suasana semakin haru dan syahdu. Tanpa terasa waktu 2 jam berlalu.

Sampai akhirnya Mas Prabhu mengucapkan uluk salam pamit, kemudian beringsut mundur dan berjalan jongkok ke belakang. Aku pun mengikutinya dan mengucapkan uluk salam pamit undur. Diikuti oleh Tito dan Anto. Sempat Aku melihat di deretan agak belakang, tampak seorang Sinuhun duduk di Singgahsana namun seperti tertutup kelambu tirai putih.

Aku hanya melihat siluetnya yang duduk dengan posisi tegap gagah. Sempat Aku merasakan hawa menekan yang begitu khas dan tegas dari nya. Tadiny Aku mengira itu adalah Gusti Kanjeng Ndalem Panembahan Senopati, tetapi ternyata Mas Prabhu menjelaskan bahwa itu adalah Gusti Kanjeng Sultan Agung.

Mas Prabhu, Aku, Tito dan Anto berjalan beriringan ke arah keluar gerbang. Diiringi tatapan dan senyum para Sinuhun dan para Astral tingkat tinggi yang ada di situ. Mereka sepertinya tidak langsung pergi dan kembali ke tempat mereka masing-masing. Sepertinya mereka masih tinggal dan berkumpul di situ untuk membahas sesuatu. Seperti rapat umum terbatas atau tertutup. Gerbang Besar Imogiri dibelakang kami pun akhirnya tertutup, membiarkan apa pun yang terjadi di dalamnya kemudian tetap menjadi misteri.

Saat kembali ke pesanggrahan dan berganti pakaian Aku baru menyadari bahwa beskap yang Aku kenakan bagian dalamnya telah basah oleh keringat. Tanpa sadar ternyata saat di dalam tadi Aku berkeringat banyak sekali. Entah kenapa. Tito pun ternyata mengalami hal yang sama. Baju Beskapnya basah kuyup oleh keringatnya sendiri. Rasanya seperti habis mengeluarkan energi yang begitu banyak.

Tubuh jadi terasa lelah. Selain itu rasanya juga lapar sekali. Tetapi ada seperti rasa lega, plong dan lepas. Perasaan itu terus mengiringi kami bahkan setelah berganti pakaian dan kembali ke mobil. Suara deru dan rintik hujan mengiringi langkah kami kembali ke mobil. Dan sekali lagi, tanpa satu tetespun air membasahi tubuh. Semua itu adalah bukti kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sebelum kembali ke rumah Mas Prabhu, kami sepakat lebih dulu mampir ke warung bakmi jawa pinggir jalan. Cuaca yang dingin ditambah udara malam yang sedikit menggigit, membuat siapa pun pasti bersemangat untuk menikmati hidangan malam itu. Ditambah lagi Aku dan Tito yang entah kenapa dalam kondisi seperti orang habis macul. Sambil menikmati bakmi kami saling mengafirmasi apa yang kami lihat, kami rasakan dan kami dengar dari wedaran kata-kata para Sinuhun di Imogiri tadi.

Setidaknya ada beberapa hal sama yang telah kami tangkap. Hal-hal itu adalah sebagai berikut :

- Bahwa Tahta akan hadir bagi orang yang bisa mengayomi dan menyatukan semua pihak. Bukan yang malah mengotak-ngotak dan memecah-belah. Tahta hadir dalam pribadi yang mampu mengayomi dan menyatukan semua pihak, termasuk mengayomi dan membimbing mereka yang salah dan keliru dalam berbuat serta bertindak. Karena semua itu adalah untuk rakyat dan akan kembali kepada rakyat. Tahta itu adalah untuk rakyat

- Semua yang tertulis menjadi aturan adalah pedoman, dan sewajibnya dipertanggung-jawabkan tidak hanya kepada sesama atau rakyat, tetapi juga kepada alam dan Tuhan Yang Maha Esa. Apa yang tertulis sebagai keutamaan dalam aturan tersebut adalah bentuk hubungan kosmis antara manusia dengan alam, manusia dengan manusia, dan manusia dengan Tuhan nya

- Segala sesuatu tidak ada yang kebetulan. Semua sudah digariskan. Setiap janji harus ditepati, walaupun janji itu berusia 500 Tahun sekalipun. Semua pengetahuan yang didapatkan ini adalah untuk berdamai dan mengupayakan kerukunan, bukan untuk berperang dan menimbulkan perpecahan. Mengupayakan alam untuk terus berputar. Cokromanggilingan dan Herucokro.

Selain ketiga hal itu, hal-hal lain yang ditangkap oleh ku, Tito dan Mas Prabhu mulai berbeda-beda satu sama lain. Tapi yang jelas hal itu bukanlah hal yang terlalu penting. Kami cenderung menyimpan hal-hal itu bagi diri kami sendiri. Yang terpenting adalah bagaimana segala kegelisahan dan kekhawatiran yang ada bisa terjawab dengan kelegaan.

Bagaimana ada rasa tenang yang menyelimuti ketika ada jawaban yang kami terima dan dengar. Walaupun pengalaman ini tidak dapat dibuktikan secara nalar dan logika, namun orang yang justru mempertanyakan dan mencoba untuk melogikan segala sesuatu yang sebenarnya bukanlah ranah logika dan pengetahuan malah akan terlihat bodoh. Hanya akan tampak suwung dan kosong.

Keesokan harinya Aku kembali ke Jakarta. Berpamitan kepada Tito dan Mas Prabhu. Tidak lupa meminta ijin pada Mas Prabhu untuk menuliskan pengalaman ketika berkunjung ke Imogiri itu sehingga bisa dibagikan dan dibaca untuk semua orang. Mas Prabhu pun mengijinkan. Sepanjang perjalanan dari Yogya menuju Jakarta, pengalaman ini Aku tulis. Sebuah pengalaman yang tak terlupakan.

THE END
Diubah oleh jeniussetyo09 10-02-2019 06:05
belajararif
mmuji1575
ashrose
ashrose dan 21 lainnya memberi reputasi
22
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.