gilbertagungAvatar border
TS
gilbertagung
Inflasi dan Ilusi Harga Murah Zaman Dulu



Inflasi adalah kenaikan harga yang terjadi secara umum dan terus menerus. Inflasi menyebabkan angka yang tertera pada harga sebuah barang meningkat dan mengurangi jumlah barang yang bisa dibeli oleh sejumlah uang tertentu. Inflasi juga secara tak langsung menciptakan ilusi bahwa harga pada zaman dulu murah, bila dilihat dari perspektif zaman sekarang.

Klik gambar untuk menuju sumber gambar

Saya sangat menyukai iklan lawas dan saya sering meluangkan waktu untuk melihat iklan lawas yang tersedia dalam jumlah berlimpah di YouTube. Salah satu iklan lawas yang sering saya lihat adalah ini.

Dalam iklan ini, Almarhum Taufik Savalas mempromosikan produk ayam goreng dengan bumbu pedas (Hot and Crispy Chickensesuai yang disebut dalam iklan) dari sebuah restoran cepat saji seharga 5.999 rupiah (kita bulatkan saja menjadi 6.000 rupiah, toh tidak jauh berbeda) untuk paket yang terdiri atas nasi dan 4 potong ayam goreng (berdasarkan pengamatan saya dalam iklan). Meski tak disebutkan tahun penayangannya, namun dari logo yang tertera di iklan, bisa diperkirakan bahwa iklan ini dibuat pada 1990-an (menurut akun bernama Teddy Priyatna yang mengunggah ulang video ini, iklan ini ditayangkan pada 1996).

Bukan hanya menonton iklannya saja, namun saya juga menggulirkan layar ke bawah untuk melihat komentar yang diberikan kepada video tersebut. Hal yang menarik adalah sebagian orang berkomentar bahwa produk tersebut dijual dengan harga yang murah (jika dinilai dengan nilai mata uang sekarang). Sebagai contoh, sebuah akun bernama Mr Enjoy Channel berujar "5 ribu dlu murah amat ya"


Ya, 6.000 rupiah memang merupakan harga yang murah untuk ayam goreng tepung...bila itu dijual pada masa sekarang. Namun, apakah 6.000 rupiah juga merupakah harga yang murah untuk produk yang sama bila dijual pada 1990-an? Sebagai gambaran, Upah Minimum Provinsi (UMP) pada 1997 berkisar antara 106.000 rupiah dan 235.000 rupiah dengan angka di DKI Jakarta sebesar 172.500 rupiah.

Berarti, dengan asumsi penghasilan katakanlah setara UMP DKI Jakarta 1997, Anda dapat membeli produk ini 28 kali dalam satu bulan. Tentu saja Anda tidak akan bisa membeli sebanyak itu dalam satu bulan karena penghasilan Anda juga harus disisihkan untuk keperluan lain.

Mari kita bandingkan dengan masa sekarang dengan UMP DKI Jakarta tahun 2019 adalah sebesar 3.940.973 rupiah. Sebagai catatan, perhitungan persentase kenaikan UMP tahunan adalah persentase inflasi tahunan ditambah persentase pertumbuhan ekonomi tahunan. Saya kemudian membuka aplikasi GoJek dan mengecek harga produk yang sama. Saya menemukan bahwa sepotong ayam goreng varian yang sama saat ini dijual seharga 16.364 rupiah.

Sementara itu, seporsi nasi dijual seharga 7.727 rupiah.


Harga dengan angka seperti ini biasanya adalah harga sebelum pajak (agar harganya menjadi bulat jika ditambah pajak). Maka, saya mengasumsikan bahwa harga setelah pajak untuk sepotong ayam goreng adalah sebesar 18.000 rupiah dan nasi seharga 8.500 rupiah. Berarti, untuk membeli nasi dan 4 potong ayam goreng varian ini (seperti dalam iklan) saat ini, saya memerlukan uang sebesar 80.500 rupiah. Jika penghasilan sebulan saya setara UMP DKI Jakarta, saya dapat membeli paket seperti ini sebanyak 48 kali, cukup untuk katakanlah mentraktir teman satu angkatan SMA. Jika penghasilan saya lebih tinggi dari UMP, tentu daya beli saya lebih besar lagi.

Silakan bertanya kepada kakak atau orang tua Anda mengenai besaran uang jajan masa Sekolah Dasar atau gaji mereka di tahun 1990-an, sebelum krisis moneter. Untuk uang jajan, mereka pasti akan mengatakan bahwa uang jajannya sehari berada di kisaran ratusan rupiah yang merupakan standar zaman tersebut, jika beruntung bisa mendapat 1.000 rupiah atau lebih. Untuk gaji, jawaban mereka kemungkinan besar berkisar ratusan ribu rupiah hingga satu jutaan rupiah.

Dalam perekonomian yang bertumbuh secara normal, nilai uang Anda secara perlahan tapi pasti akan terus tergerus. Uang 10.000 rupiah yang 25 tahun lalu dapat membelikan Anda satu kotak mi instan sekarang hanya dapat membelikan Anda empat bungkus mi instan. Kenaikan harga adalah sebuah keniscayaan, tetapi tentu saja tingkat kenaikannya harus dapat diikuti oleh masyarakat untuk menyesuaikan diri. Jika pendapatan Anda tak meningkat namun harga meningkat, terjadilah stagflasi. Jika pendapatan Anda tidak meningkat dan harga juga tidak meningkat, terjadilah stagnasi.

Inflasi ideal bagi sebuah perekonomian berkisar antara 2% sampai 5% per tahun, maksimal 10%. Kisaran ini merupakan angka yang bagus bagi perekonomian untuk berkembang. Pekerja dapat menyesuaikan kenaikan pendapatan dengan kenaikan harga agar daya beli mereka tetap stabil yang pada akhirnya membuat pengusaha mendapat insentif untuk berproduksi karena permintaan konsumen yang kuat. Angka di bawah maupun di atas kisaran tersebut kurang ideal untuk pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan.

Masih berpikir harga yang terlalu murah dan terus menurun itu bagus? Tengoklah Jepang. Perlu Anda ketahui bahwa Jepang berharap stagnasi dan kecenderungan penurunan harga dalam perekonomiannya yang sudah berlangsung sejak resesi mereka dimulai pada awal 1990-an segera berakhir dan tingkat inflasi tahunannya mencapai 2%. Berdasarkan data yang telah saya himpun sebelumnya, kenaikan harga secara agregat di Jepang sejak 1991 hingga 2018 hanya mencapai 9,31%. Ini adalah angka yang sangat rendah. Sebagai perbandingan kenaikan harga secara agregat di Indonesia untuk periode yang sama adalah sebesar 1.010,64%. Angka serendah ini tidak dapat memberi insentif bagi sektor bisnis untuk berproduksi. Siapa yang mau berproduksi kalau harga barang produksinya cenderung stagnan bahkan menurun? Mereka bahkan sampai menerapkan tingkat suku bunga negatif, dalam arti membebani penabung dengan biaya tambahan ketimbang memberi pendapatan bunga, untuk merangsang konsumsi dan inflasi sejak awal 2016.

Jadi ingat, yang terpenting bukanlah nominal harga yang kecil, namun seberapa besar daya beli Anda. Mi ayam seharga 10.000 rupiah akan terasa lebih murah kalau Anda berpenghasilan 5.000.000 rupiah per bulan ketimbang saat berharga 5.000 rupiah tetapi penghasilan Anda hanya 500.000 rupiah per bulan.


Demikian thread dari saya kali ini. Daripada berharap harga menurun terus menerus, lebih baik bekerja keras meningkatkan pendapatan Anda. Terima kasih telah membaca dan semoga hari Anda menyenangkan.


Referensi I
Referensi II
Referensi III
Referensi IV
Referensi V



Diubah oleh gilbertagung 26-01-2019 04:13
anasabila
4iinch
nona212
nona212 dan 20 lainnya memberi reputasi
21
14.5K
185
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82KAnggota
Tampilkan semua post
gilbertagungAvatar border
TS
gilbertagung
#25
#21,402
Quote:


Karena dari awal munculnya emang ditargetkan menengah ke atas. KFC aja 40 tahun lalu cabang pertamanya di Melawai.

Quote:


Quote:


Gak kemahalan tuh kursnya?
Tapi juga harus diingat juga. 1 dolar di Amerika beda daya belinya dengan di Indonesia. Kalau mau bandingin, harus pakai paritas daya beli.
1
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.