Jalan-jalan Sama Teman Jalan

Sahabat bukan cuma sekedar teman jalan tapi juga rekan bertukar pikiran, berkeluh kesah, berbagi cerita, partner in crime bahkan teman bergosip. Tak terasa sudah lima belas tahun kita saling kenal sejak masuk kuliah. Aku masih ingat kamu mengantarkanku sampai rumah, menyusuri jalanan kota Surabaya sambil bernyanyi bersama agar aku tidak mengantuk dan tertidur sambil menyetir motor, kebiasaan burukku yang bikin aku beberapa kali kecelakaan. Yah, kamu di motormu, aku di motorku, kita bermotor berdampingan hanya untuk kamu memastikan aku selamat untuk bertemu lagi dengan kedua orangtua ku.

Sempat terpisahkan kota dan pulau, dibatasi waktu karena kesibukan masing-masing, tapi kita selalu merindu untuk berjumpa hanya untuk menyapa, berbagi pelukan dan cerita. Tidak peduli status, orientasi dan gaya hidup, aku suka jalan bersama kalian. Sejenak menyingkirkan kepenatan ibukota, beban kerja, kejenuhan berumah tangga, kita berjalan menyusuri tempat baru sambil mencoba tetap terbuka. Terbuka akan perbedaan baru tanpa perlu saling menghakimi.

Jalan ini adalah sisi jalan dekat stasiun Cirebon, entah jalan keberapa yang pernah kita susuri bersama. Terik matahari yang menyengat tidak mengalahkan kami untuk tetap menjelajah kota ini, karena setiap obrolan dan tawa lebih membahagiakan daripada keluh dan peluh dari panasnya hari itu. Setiap kita jalan-jalan, pasti ada pembicaraan mendalam yang nggak bisa kita ucapkan hanya dengan texting, yang nggak mampu kita kisahkan setelah makan malam di restoran. Biasanya kita akhiri dengan pelukan untuk saling menguatkan.

“Jaq, kamu tau nggak sih kalau aku belok?” tanyamu

“Aku sudah nebak sih. So? Ada yang salah?” jawabku

“Kita masih temenan?” tanyamu

“Ah gila!!! Masih lah. You still my bestfriend!!!” kataku sambil memelukmu.

#30haribercerita #30hbc1908 #30hbc19jalan