- Beranda
- Stories from the Heart
Cruise to Alaska
...
TS
storyharibawa
Cruise to Alaska

Aku hanyalah seekor ubur-ubur di tengah lautan
DAFTAR ISI
Welcome on Board!
Bisul Pecah
Deck 1 - Kabar Mengejutkan
Deck 2 - Fly to The Sky
Deck 3 - San Francisco
Deck 4 - Sign On
Deck 5 - Perang Hari Pertama
Deck 6 - Paisano
Deck 7 - Insiden
Deck 8 - Rencana Yang Gagal
[URL="https://www.kaskus.co.id/show_post/5bfb6bafd675d4410f8b4567/49/deck-9---ikan-dendeng-tanpa busana-dan-cinta-satu-kontrak"][size="6"][color=blue]Deck 9 - Ikan Dendeng tanpa busana dan Cinta Satu Kontrak[/color][/size][/URL]
Deck 10 - Beer Bad
Deck 11 - Sepiring Cheechako di Robert Peaks
Deck 12 - USPH (United States Public Health)
Deck 13 - Gaji Pertama
Deck 14 - Tengsin
Deck 15 - Romantisme Skagway
Deck 16 - Grrr!
Deck 17 - La Piazza
Deck 18 - Masalah Davor dan Pacarnya
Deck 19 - Sikap Aneh Alfredo
Deck 20 - Kabar Menggembirakan
Deck 21 - Kecewa
Deck 22 - Gara-gara King Crab
Deck 23 - Di Ruang Isolasi
Deck 24 - Di Rumah Sakit
Intermezo Penulis: Mengapa saya menulis?
Deck 25 - Kedatangan Veronica
Deck 26 - Kebersamaan Dengan Veronica
Deck 27 - Sepiring Nasi Goreng Bersama Veronica
Deck 28 - Ternyata Gara-Gara Antibiotik
Deck 29 - Air Mata Veronica UPDATE!
Deck 30 - Kabar Dari Office UPDATE
Deck 31 - Kabar Dari Office (Bagian 2) UPDATE
Deck 32 - Wellcome Back TAMAT
Diubah oleh storyharibawa 27-01-2019 06:16
adhemy dan 29 lainnya memberi reputasi
30
47.3K
461
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
storyharibawa
#91
Deck 13 - Gaji Pertama
Aku pernah mendengar cerita salah seorang instruktur, sewaktu aku masih training di Jakata. Katanya, “Ugh! Capek-capek kerja di kapal, tiap hari digoyang ombak, istriku di rumah malah digoyang tetangga.” Bukannya empaty, spontan anak-anak tertawa mendengarkan kisah sang Instruktur. Lalu sang Instruktur juga bercerita tentang kisah temannya yang merupakan anak buah kapal. Temannya itu sepuluh bulan bekerja di laut, pulang-pulang cuma bawa kolor. Bagaimana tidak, selama bekerja orang itu lupa diri dan asyik berfoya-foya. Alhasil, ketika pulang tidak punya uang sepeserpun, bahkan ketika mau berangkat lagi harus utang sana-sini. Heuh. Ada-ada saja cerita orang bekerja di kapal; dari cerita konyol sampai kisah sedih. Namun, tidak sedikit pula yang sukses menjadi anak buah kapal. Itu kata sang Instruktur.
Aku senyum-senyum sendiri kalau mengingatnya.
Biar kuberitahu satu rahasia. Setiap kali berada di ranjang, terkadang aku merenung. Kok bisa, ya, aku sampai di sini, di Amerika, dan sekarang di Alaska. Sebuah tempat nan jauh dan tidak pernah kubayangkan semasa hidupku. Terkadang aku berpikir mungkin ini yang namanya takdir. Jika bencana gempa bumi itu tidak menimpa keluargaku, mungkin aku tidak akan bertekad bekerja di kapal pesiar.
Tiba-tiba saja aku ingin membuka kalender di ponsel, mengingat kembali kapan aku berangkat dari rumah. Ternyata sepuluh hari sudah aku berada di kapal.
Aktivitas di kapal sangat monoton dan sedikit membosankan. Pagi hari berangkat kerja, balik ke kabin pukul dua siang, lalu kembali bekerja pukul lima, balik ke kabin sekitar pukul sebelas malam. Begitulah setiap hari. Sebab itulah, meskipun kapal pesiar ini sangat besar dengan muatan penumpang mencapai 3600 orang, dan dilengkapi dengan segala fasilitas layaknya hotel bintang 5, yang kutahu cuma crew mess, crew bar, dan crew pool. Entah seperti apa aktivitas Cici bersama teman-temannya yang bekerja di area lain. Kata Cici, siang hari ia bekerja di Lido restauran di dek 15, sedangkan malam harinya ia bekerja di dining room di dek 6.
Omong-omong, kata Cici, kerja di dek 15 lumayan menyenangkan karena bisa cuci mata. Di sana ada 3 kolam renang dengan hamparan kursi berjemur di pinggirannya. Kata Cici, sesekali aku boleh saja ke sana asal mengenakan seragam.
Lha, kenapa ujung-ujungnya malah Cici?
Aku kembali teringat momen kebersamaan kami saat menikmati Cheechacko di Roberts Peak. Aku ingin sekali mengulanginya, tapi selama dua cruise ke depan ternyata tidak ada jatah libur. Satu lagi, traning membosankan itu, ck, aku ingin cepat-cepat mengakhirinya.
***
Hari ini hari ke empat belas aku berada di kapal. Dan aku sudah hapal rute perjalanan cruise Alaska tanpa melihatnya lagi di princess patter. Rute cruise selama 7 hari mulai dari port Seattle, Juneau, Skagway, sea day, Glacier Bay, Ketchikan, sea day, dan kembali ke port Seattle. Rute cruise Alaska ini akan berlangsung selama musim panas. Itu artinya, hingga pertengahan Agustus perjalanan cruise hanya bolak-balik di kota yang sama. Setelah itu, dengar-dengar kapal akan berpesiar ke Hawaii.
Heey, omong-omong hari ini saatnya terima gaji pertamaku. Tahu rasanya terima gaji? Yup, layaknya anak kecil yang dibelikan mainan mobil-mobilan. Aku senang sekali. Semua kepenatan tiba-tiba saja menyingkir dari kepala. Saat bekerja pun terasa ringan.
Pulang dari crew mess, aku mampir ke mesin ATM di sebelah crew office, letaknya di dek 5. Ada beberapa kru yang tengah menggunakan mesin ATM, sehingga aku harus mengantre.
Betapa bahagianya hati ini ketika melihat layar mesin ATM terpampang sejumlah uang. Jumlahnya sangat lumayan untuk gaji selama 14 hari. Kalau di tempat kerja lamaku, di Jogja, itu sama dengan gaji 6 bulan. Astaga! Perbedaan gaji yang sangat jauh bagai langit dan bumi. Aku tidak boleh takabur. Semua ini pemberihan dari Allah yang harus kusyukuri.
Baiklah, malam nanti aku bisa mengembalikan utang-utangku tempo hari pada Cici. Sedangkan sisanya aku ingin segera mengirmnya ke ibu.
Omong-omong soal mengirim uang, aku teringat access card yang belum kukirimkan ke Indonesia. Acces card adalah kartu ATM ke dua yang diberikan perusahaan pada kru untuk keluarganya di rumah. Dengan access card kru akan jauh lebih mudah mentransferkan uang ke negaranya masing-masing.
“Kau titip saja dengan orang Indonesia yang mau pulang,” kata Cici ketika aku meneleponnya dari kabin.
“Orang Indonesia ada yang mau pulang dalam waktu dekat ini tidak?” tanyaku.
“Ada. Si Fahtur katanya pulang cruise depan.”
“Fahtur anak house keeping yang kita temui waktu di crew bar itu?”
“Iya, Fahtur yang itu.”
“Kau ada nomor kabinnya?”
“Sebentar … nomor kabinnya 3224. Kau telepon saja dia.”
“Oke Ci, makasih, ya. Oh iya, saya juga mau mengembalikan uangmu, nih.”
“Ah, gampang. Kau simpan sajalah dulu.”
“Duh, jangan begitu dong, Ci. Saya jadi tidak enak.”
“Kalau begitu kau gunakan untuk mentraktir saya saja besok kalau keluar di Ketchikan.” Cici terkekeh.
“Baiklah, kalau itu maumu. Omong-omong cruise ini kau libur di Ketchikan?”
“Iya, kayaknya saya ingin ambil libur di Ketchikan. Tempatnya asyik, ditambah lagi tidak perlu pergi jauh-jauh, jadi bisa hemat waktu buat beristirahat.”
“Oke, saya akan memberitahumu besok kalau jadwal libur minggu ini sudah ditempel oleh Antonio.”
“Sip!”
Sesaat kami diam. Aku berpikir ingin bertemu Cici malam ini.
“Oh iya, Ci, malam ini kau ada acara?”
“Ng, ada sih. Saya diundang Marko ke acara ulang tahun paisano-nya di crew bar. Memang kenapa?”
Aku juga ingin mengajakmu ke sana, tapi … ah, sudahlah.
“Tidak. Bukan apa-apa. Mungkin lain waktu saja.”
“Ih, kau ini macam bicara sama siapa.”
“Iya, bukan apa-apa kok. Goodnite, ya, enjoy the party.”
“Oke, goodnite … see you.”
Tut! Tut! Tut!
Beuh! Sebagai laki-laki, payah sekali aku ini. Kalau begini terus, sepertinya hubunganku dan Cici tidak akan ada kemajuan.
***
Sesuai saran Cici, aku menghubungi Fahtur di kabinnya. Dan memang benar dia akan pulang cruise depan, itu berarti 7 hari lagi. Dia memintaku supaya datang ke kabinnya untuk menyerahkan access card beserta alamat kirim. Begitu sampai di Indonesia, Fahtur akan segera mengirimnya ke alamat rumah. Fiuh, lega!
Sekarang aku tinggal menghubungi ibu melalui viceo call via yahoo mail adikku, Wati.
Aku duduk di lorong depan pintu kabin memangku laptop, dan menyumpalkan headset ke telinga. Jam di laptop menunjukkan pukul 23.30 waktu Alaska. Itu berarti di Indonesia sekitar pukul 2 siang. Aku berharap wati sudah pulang dari sekolah.
Kukoneksikan laptop ke jaringan internet, lalu membuka akun yahoo mail. Untunglah Wati segera menerima panggilanku.
“Kak Yudis!” Wati berseru sambil melambaikan tangan. “Kak, Wati kangen sekali sama kakak.”
Lalu Toni juga ikut nimbrung ingin bicara.
“Toni juga!”
Aku menyeringai dan membalas lambaian tangan mereka.
“Sama. Kakak juga kangen sekali sama kalian. Ibu sama Bapak mana?”
“Bapak masih kerja, kalau ibu … sebentar, Kak. Toni panggilin ibu sana, kak Yudis lagi online.”
Tidak lama kemudian, aku melihat wajah ibu di layar.
“Ibuuu, Yudis rindu sekali sama ibu.”
Ibu menyeringai memperlihatkan deretan giginya yang sebagian gupis. Tampaknya ibu juga senang melihatku.
“Lha, piye Le, lagi di mana posisi sekarang?”
“Yudis lagi di Alaska,” jawabku. Terkadang suara kami menghilang karena sinyal jelek.
Lalu aku mendengar suara Toni menyeletuk, “Alaska itu hutan lebat ya, Kak Wat?”
Wati menimpali, “Huz, kui jenenge neng ngalas. Ini Alaska, dekat kutub.”
“Oooh, Toni mau dong ke sana.”
“Mau naik opo? Naik becak?”
Aku tertawa geli melihat tingkah Wati dan Toni. Rasanya kangen ingin menjaili mereka.
“Bu, Yudis titip kartu sama teman, nanti kalau dia sampai di Jakarta, akan dikirim ke rumah.” Aku memberitahu.
“Kartu? Kartu opo, toh?”
“Kartu, supaya ibu bisa ambil uang di ATM, nanti suruh Wati saja kalau mau ambil.”
“Asyiik, mau kirim duit ya, Kak?” tanya Wati girang.
“Cuma dikit, jadi harus hemat.”
“Hehehe, iya, tidak apa-apa Kak. Lumayan buat ibu berobat.”
“Ibu masih sakit?”
Ibu menjawab, “Tidak apa-apa, Le, kau tenang saja di situ, kerja yang baik.”
Lalu Wati memotong pembicaraan lagi.
“Kak, kakak lagi ngapain sih itu?”
“Lagi duduk depan pintu, kalian mau lihat kabin kakak?”
Aku berdiri, lalu menunjukkan isi kabin dengan menghadapkan posisi kamera laptop ke seluruh bagian sudut kabin.
“Wah, rupanya kayak gitu kabin di kapal, tempat tidur kakak yang mana?” tanya Wati.
Aku menunjuk. “Ini, yang atas.”
“Temannya orang mana kamu, Le?” tanya ibu.
“Orang Serbia.”
Kemudian aku kembali duduk depan pintu. Kami mengobrol ngalor-ngidul mulai dari membicarakan teman-teman, makanan, Antonio, aktivitas di kapal, kegiatanku saat libur siang, dan terakhir aku mendengarkan nasihat-nasihat ibu.
“Yo wes, Le. Kau hati-hati saja di situ, jaga kesehatan, jangan lupa berdoa sama Tuhan, Ibu, Bapak dan adik-adikmu selalu mendoakanmu.”
Duh, kalau begini bola mataku bisa mendadak berkaca-kaca. Sebelum menitikan air mata, segera kuakhiri percakapan malam itu.
***
Pukul dua belas tengah malam aku berada di ranjang. Lampu utama kumatikan, lalu kunyalakan lampu tidur. Kuraih buku berjudul “Honeymoon with My brother” yang ditulis oleh Frans Wizner, melanjutkan membaca isinya di halaman 50.
Well, sejak beberapa bulan lalu aku tertarik ingin menulis buku, belum juga kurealisasikan. Sebenarnya aku sempat punya hobi menulis saat masih duduk di bangku SMP, kemudian vakum dalam waktu yang sangat panjang. Meskipun hobi membaca tidak pernah bisa kutinggalkan hingga dewasa. Suatu saat, aku bertekad ingin menulis buku seperti Frans Wisner ini. Mungkin bukan karya besar yang akan kutuilis, melainkan kisah hidupku sendiri.
Berbeda dengan di rumah, di kapal ini tiap malam aku hanya bisa menyempatkan diri membaca 30 menit sebelum tidur. Setelah itu aku harus menutup buku dan memejamkan mata, karena esok paginya badan harus tetap segar bugar. Heuh. Baru saja ingin memejamkan mata, suara berisik mengganggu.
“Sayang, sebentar lagi kau pulang ke Serbia, lalu bagaimana denganku?”
Tidak salah lagi itu Davor dan teman wanitannya.
“Kita bisa bertemu lagi di kontrak berikutnya. Saya akan request ke agency supaya jadwal diatur dan bisa satu kapal lagi denganmu.”
Beuh. Aku memutar bola mata. Segera kumatikan lampu tidur dan menyumbat telinga dengan ear plug. Ah ya, beruntung aku menemukan alat yang sangat berguna ini di atas lemari di bawah jaket keselamatan. Sebelumnya aku tidak tahu kalau kabin ternyata dilengkapi perlengkapan seperti ear plug. Aku menemukannya saat membereskan lemari.
Baiklah, masalah suara berisik ketika Davor dan teman wanitannya sedang bercinta bisa kuatasi, tapi ranjang di bawahku tetap terasa bergoyang-goyang dan itu membuatku susah tidur. Kalau sudah begini, aku hanya bisa berdoa dalam hati supaya besok pagi tidak terlambat datang ke crew mess. Dan aku baru ingat, besok juga ada crew drill. Sial. Alamat mengantuk berat nih besok.
Diubah oleh storyharibawa 10-12-2018 07:45
5
Tutup