• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Meski Masih Belia, Pemikirannya Mampu Menggugah Mata Dunia #IniIndonesiaku

skydaveeAvatar border
TS
skydavee
Meski Masih Belia, Pemikirannya Mampu Menggugah Mata Dunia #IniIndonesiaku


Terlahir dengan nama Faye Hasian Simanjuntak, remaja muda ini sukses mengetuk hati nurani yang kerap tertutupi kabut demi menyaksikan sebuah realitas yang sebenarnya disuguhkan dengan sangat gamblang di depan mata.

Faye, demikian panggilan akrabnya, di usianya yang masih belia, ia memiliki perhatian besar kepada kasus prostitusi, perdagangan serta kekerasan pada anak. Remaja yang baru menginjak usia 16 tahun ini, lebih memilih menyumbangkan segenap pemikirannya serta berjuang untuk hal-hal yang positif. Ia paham benar, bahwa hidup adalah sebuah pilihan. Meski menyadari bahwa jalur perjuangan yang bakal dilewati tak hanya melulu melewati jalan mulus tanpa aral, namun dorongan nurani mengisyaratkan dirinya harus berbuat sesuatu yang nyata. Tulus tanpa tendensi.

Sementara disaat yang bersamaan, remaja seusianya kebanyakan justru menghabiskan waktu dengan berbagai aktifitas tanpa arah dengan alasan klise, demi menemukan jati diri, atau tenggelam dalam dunia hedonisme akibat fasilitas mewah yang diberikan oleh orangtuanya.

***
Menguak Tabir Kekerasan Pada Anak

Seperti dilansir dari situs Okezone News, Ai Maryati yang menjabat sebagai Komisioner Bidang Trafficking dan Eksploitasi Anak, menyebutkan bahwa, pada tiga bulan awal tahun 2018, tercatat 32 kasus yang menyasar anak-anak sebagai korbannya. Ironisnya, diantara kasus yang mencuat, kasus eksploitasi seks komersil terhadap anak paling sering terjadi.

Deretan kasus yang menyeruak kepermukaan seperti data yang dimiliki oleh Komisioner Bidang Trafficking dan Ekpsloitasi Anak, sejatinya hanya serpihan kecil dalam bingkai besar kejahatan yang menimpa anak-anak sebagai korbannya. Diluar sana, data yang luput dari pencatatan atau tanpa pelaporan disinyalir jauh lebih banyak lagi. Sebuah fenomena yang acapkali berlindung dengan dalih aib. Sehingga dianggap pantang menunjukkan diri ke permukaan.

Padahal, dipundak mereka kelak tongkat estafet bangsa ini dibebankan. Mengingat saat ini jumlah anak berkontribusi hampir setengah dari total populasi Indonesia.

***
Pendiri Rumah Faye

Berangkat dari realitas miris tersebut, Faye, gadis berkacamata yang baru-baru ini menjadi finalis 'Children Peace Prize'di Den Haag, Belanda, mendirikan 'Rumah Faye'. Sebuah organisasi non-profit yang memberikan edukasi kepada korban prostitusi, perdagangan, dan kekerasan seksual terhadap anak.

Rumah Faye yang ia dirikan sekitar empat tahun lalu itu, kini, telah memiliki satu tempat penampungan atau rumah aman di Batam, Kepulauan Riau, dan menampung 5 anak perempuan korban perdagangan anak dan kekerasan seksual.

Tidak hanya menyediakan tempat sebagai wadah berlindung yang aman bagi korban, Faye juga ikut aktif dalam memberikan konseling kepada mereka. Ia rajin berinteraksi, memberikan dukungan, bimbingan dan motivasi supaya korban dapat menghilangkan rasa trauma yang dialaminya secara berangsur-angsur. Termasuk memompa kembali semangat hidup agar kelak mampu menjadi generasi yang tetap produktif kendati pernah didera oleh masalah. Lalu membantu menghimpun lagi mimpi-mimpi indah anak-anak korban eksploitasi yang sempat berserakan.

Bukan tugas yang mudah. Karena secara psikologis, bayang-bayang kelam akan trauma yang pernah dialami biasanya kerap menghantui korban. Jika pola penanganannya keliru, korban akan merasa apatis dan kehilangan semangat hidup dalam menjalankan kehidupan ini.

Rasa kepedulian yang dimiliki Faye tak lepas dari pola asuh dari orangtuanya. Ibunda Faye, Uli Pandjaitan, merupakan sosok yang berperan besar membentuk kepribadian Faye.

"Sejak kecil, saya menempatkan Faye sebagai partner tanpa mengeyampingkan adab kesopanan hubungan antara anak dan ibu. Faye saya ajarkan untuk berfikir dalam memutuskan sesuatu".

"Tentunya dengan bantuan saya. Tapi saya menggiring dia selalu berpikir untuk dirinya dan bukan 'kata mama'."

"Tapi jangan salah, ia tetap anak-anak. Jadi tetap berbuat kesalahan. Namun saya mencoba membuat mereka untuk tahu dan menyadari kesalahan mereka," sebut Uli, seperti dikutip dari Detik.

***
Faktor Ekonomi dan Pendidikan

Selama berkecimpung dalam permasalahan yang sesungguhnya melebihi usianya, Faye mengamati bahwa faktor eknomi dan pendidikan menjadi penyumbang terbesar seorang anak bisa terpelosok jatuh di dunia prostitusi dan diperdagangkan.

Faktor ekonomi yang tidak stabil, sanggup menggerus nalar dan akal sehat. Alih-alih menyekolahkan anak sebagai pemenuhan hak mereka dengan pendidikan yang cukup, untuk menyambung hidup pun terasa berat. Begitu biasanya alibi dari orangtua yang hendak melepaskan tanggungjawabnya secara halus. Sehingga anak pun kerap dieksploitasi demi ditukar dengan setumpuk materi.

Padahal pendidikan ditengarahi memainkan peranan penting dalam mencegah terjerumusnya anak kedalam dunia gelap prostitusi.

Kondisi demikian semakin diperparah dengan terbatasnya akses pendidikan bagi golongan miskin. Terutama bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil atau kalangan masyarakat dikasta proletariat.

***
Panen Penghargaan dan Pujian

Berkat kegigihannya dalam memerangi kasus kekerasan dan eksploitasi anak, gadis Indonesia yang gemar menyelam ini diganjar sebagai satu dari 50 warga Asia yang melejit oleh koran "Strait Times"di Singapura. Bakat kepemimpinan dalam diri Faye pun terendus saat ia disuruh berandai-andai menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Simaklah gaya diplomasi dari bibir remaja yang merupakan cucu dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI, Luhut Pandjaitan, ini.

"Kalau saya tak punya oposisi, pertama-tama saya akan menghapus tes keperawanan terhadap perempuan yang mendaftar sebagai tentara."

"Kedua, saya akan mengupayakan pendidikan seksual yang lebih baik di kurikulum nasional." Kata gadis lincah yang tetap memprioritaskan pendidikan sebagai targetnya.

***
Usia Muda Bukan Halangan Berkarya

Faye Simanjuntak, adalah satu diantara jutaan aset milik bangsa ini. Hadirnya Faye, merupakan bentuk kepedulian serta perhatian nyata terhadap anak-anak yang kerap menjadi korban. Pada usia yang masih belia, pemikiran dan tindakannya seakan keluar dari patron anak-anak sebayanya.

Berkaca dari apa yang telah diperbuat oleh Faye, kita menemukan sebuah pesan moral yang luhur, bahwa kedewasaan, cara berpikir, dan persepsi dalam memahami sebuah masalah, ternyata tidak tergantung pada usia. Sebab diluar sana, orang tua yang seharusnya mapan dalam laku dan tindakan dengan umur yang melekat padanya, terkadang cenderung hanya menjadi subyek yang pasif. Bahkan, tidak menutup kemungkinan jika mereka justru menjadi bagian dari perusak tatanan yang sudah dibangun.

Namun bagi Faye, usia baginya cuma soal angka. Karena ia menjalaninya dengan torehan indah yang sarat dengan makna. Meski secara finansial dan strata sosial yang dimiliki, ia bisa saja menghamburkan usianya untuk berpoya-poya. Tetapi, ia memilih untuk berbeda. Hidup adalah pilihan.

Semoga negeri ini melahirkan banyak Faye lainnya. Kendati masih muda, akan tetapi dirinya berhasil menjadi sumber inspirasi bagi orang lain. Membantu sesama, tanpa membedakan latarbelakang identitasnya. Semua dilakukan atas dasar 'kemanusiaan'.


Quote:

Quote:


Simak video saat Faye diwawancarai terkait Rumah Faye-nya


©Skydavee 2018

Sumber gambar: google
Sumber video: youtube
Referensi: 1dan 2
Diubah oleh skydavee 19-10-2018 07:16
14
6.9K
69
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82.1KAnggota
Tampilkan semua post
skydaveeAvatar border
TS
skydavee
#68
Welcome december. Please be nice to me:terimakasih
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.