Arie031Avatar border
TS
Arie031
BINGUNG DAN STRESS MENGHADAPI SIKAP ISTRI SEPERTI INI, SEPUH HARAP MASUK.
-BINGUNG DAN STRESS MENGHADAPI SIKAP ISTRI SEPERTI INI-

Assalamualaikum,
Selamat malam semuanya.
--
Intro:
Terpaksa saya curhat di sini karena bingung pikiran ini mulai agak buntu.
--
Saya menikah dengan istri menjelang 4 tahun, istri berusia 27 tahun dan saya 31 tahun.
Alhamdulillah kami telah dikarunia seorang putri berusia 3 tahun.

Gambaran istri saya:
#Kelebihan
- baik, penyayang anak dan suami
- berbakti pada orang tuanya
- sangat menghormati orang tua saya juga keluarga saya.

#Kekurangan
- pencemburu, mudah baper dan gampang emosi.

Gambaran keadaan rumah tangga.
#Ekonomi
- saya dan istri sama-sama kerja dan berpenghasilan.
- istri Rp. 4jutaan flat.
- saya gaji pokok: Rp. 9juta.
- penghasilan saya yang lain: bisa hingga Rp. 20 jutaan setiap bulan (tidak pasti bisa sangat jauh di bawah atau melebihi nominal itu)
- total dalam sebulan penghasilan kami berdua minimal Rp. 13 jutaan.
- seluruh gaji dan segala penghasilan lain saya percayakan dipegang istri (ATM gaji sejak awal menikah saya kasih ke istri), jadi saya cuma pegang untuk duit bensin dan rokok.
- 3 bulan menikah, saya belikan istri mobil (walaupun second) demi menunjang aktifitasnya ke kantor karena tempat kerja dia dan saya berlawanan arah hingga tidak bisa barengan, sementara saya hingga saat ini tetap nyaman dengan sepeda motor kesayangan.

#Pengeluaran
- sekitar 6jutaan per bulan (listrik, air, PRT, kebutuhan dapur, popok dan susu, dll)
- saat ini tengah bangun rumah dari tabungan bersama + bantuan dari keluarga istri dan keluarga saya.

Tambahan:
Mulai dari awal menikah, kami tinggal di rumah orangtua saya, kebetulan orang tua punya dua buah rumah, jadi kami tidak hidup serumah dengan orang tua.

#PERMASALAHAN:
Selama hampir 4 tahun menikah, sudah tidak terhitung berapa kali kami ribut, mulai dari hal yang besar hingga hal yang benar-benar sangat kecil. Contoh: pernah kita berdua hadiri undangan kimpoian teman kantor, saat masuk ke gedung acara, tanpa saya sengaja dan sadari, saya meninggalkan istri beberapa langkah di belakang saya, istri pun langsung marah dan minta pulang saat itu juga, sampai di rumah pun terjadi keributan besar.
Masih banyak contoh masalah2 kecil lainnya berujung keributan besar akibat istri yang terlalu gampang emosi dan baper.

Beberapa kali saat "ribut" ia sempat pulang ke rumah orang tuanya. Umpatan/cacian berupa kata2 kasar seperti brengsek, anj**, ba**, dll kerap dilontarkan istri kepada saya jika ia tengah dikuasai emosi. Pernah saya pun diserang dengan pisau dapur bahkan hingga sengaja mau menabrak sya dengan kendaraan.

Pernah terjadi "ribut besar" hingga sayapun tersulut emosi akhirnya terjadi kontak fisik yang mengakibatkan istri cedera karena ulah saya. Insiden itu menjadi penyesalan terbesar dalam hidup berumahtangga saya, saya sadari sebesar apapun permasalah dengan istri, kekerasan fisik tidaklah dibenarkan.

Nah sejak saat insiden "kontak fisik" itu, saya pun bersumpah dalam hati tidak akan lagi meladeni amarah istri dengan amarah, sejak saat itu pun saya berusaha selalu meminta maaf jika istri mulai menunjukkan gejala akan terjadi keributan atau jika istri mulai menampakkan amarahnya. Namun namanya manusia terkadang kesabaran saya pun habis dan emosipun tak lagi tertahankan. Namun demikian tak pernah lgi terjadi saya membalas amarah istri dengan "serangan fisik", yang paling bisa saya lakukan adalah meluapkan amarah pada barang2 di rumah, ya saya berpikir daripada istri yang jadi sasaran, mending properti yang tak bernyawa, namun itu sangat jarang terjadi, seingat saya baru 2 kali saya merusak barang dalam rumah dari sekian kali istri ribut. (Bukan pembenaran, faktanya memang demikian).

Sekarang ini terjadi lagi, istri kembali ngomel dan mengajak ribut, permasalahannya saya pikir terlalu sederhana, jadi saat ini kami tengah membangun rumah yang lumayan gede dengan budget yang tidak sedikit menurut ukuran kami, sebagai gambaran, saat ini pengeluaran sudah mendekati angka Rp. 400jt bangunan rumah belum apa2. Untuk pembangUntuk pembangunan rumah itu saya yang handle (mulai dari segala pengeluaran, mengatur pekerja dll).

Mengingat pengeluaran yang besar tersebut, saya dan istri sudah sepakat untuk bener2 mengirit pengeluaran kami, hanya akan belanja yang penting2 saja, oh ya istri sangat hobi ke salon dan nonton bioskop.

Suatu ketika mertua (ibu istri saya) memberikan uang Rp. 2jta kepada istri saya, saya diberitahu oleh mertua, istri pun juga membberitahu bahwa uang tersebut untuk bantu biaya pembanguna rumah. Istri sempat hendak memberikan saya Rp. 1jt untuk keperluan membangun rumah, sisanya Rp. 1jt mau dipake ke salon, lalu saya bilang pegang saja dulu nanti sisanya dari salon baru dikasih ke saya. Nah pas 2 hari setelah itu saya tanya uang yang diaksih mertua tersebut, niat saya untuk membayar harga beberapa material rumah yang sudah saya pesan, ternyata uang tersebut sudah habis, lalu saya ingatkan istri yang intinya kalau boleh hobinya ke salon dikurangi dulu termasuk hobinya nonton di bioskop. Oh ya, dalam seminggu kadang hingga 3 kali istri pergi ke bioskop, saat tengah bangun rumah saat inipun hobinya itu tak dikurangi. Saya sampaikan dengan cara yang sangat halus karena saya menghindari istri baper dan tersinggung kemudian marah.

Namun walaupun sdah berusaha saya menyampaikan dengan cara yang halus, ternyata istri tetap tersinggung dan kemudian marah besar. Sungguh di luar dugaan saya. Berbagai perkataan menyakitkan pun dilontarkan istri pada saya.

Untuk meredam amarah istri dan tanpa mempedulikan siapa benar, siapa salah, saya kemudian berusaha meminta maaf dengan berbagai cara, mulai dari mengakui kekhilafan dan kekurangan saya, hingga rayuan bahkan sampai saya peluk , karena masa-masa seperti ini saya sangat menghindari terjadi "keributan" dengan istri, sebab saya sudah cukup dipusingkan dengan mengurus pembangunan rumah yang cukup menguras dompet, pikiran juga tenaga karena setiap hari saya harus mengawasi pekerjaan tukang dan menyelesaikan persoalan di lapangan, belum lagi tugas saya di kantor.

Namun seperti yang sudah-sudah, sulit bisa meredakan amarah istri yang sudah terlanjur tersulut, semakin saya berusaha meminta maaf amarah istri seolah semakin tersulut. Pun demikian seperti yang sudah-sudah, pernyataan bahwa ia menyesal menikah dengan saya, permintaannya untuk berpisah tak luput ia sampaikan pula.

Jujur, saya bingung harus mau gimana, stres, tekanan batin dan kesabaran saya diuji berulang-ulang. Bahkan niat untuk menceraikan istri saya pun tak luput hinggap di pikiran.

Saya kadang berpikir apakah istri kurang bersyukur, egois, kekanak-kanakan atau justru saya yang salah dalam bersikap.
--
Kepada para sepuh yang sudah berpengalaman mohon bisa memberikan tanggapannya dan tolong berkanan beri saya tips bagaimana harusnya saya bersikap untuk menghadapi istri saya denga sifat dan sikap yang seperti ini.

Terima kasih sebelumnya.
Diubah oleh Arie031 16-09-2018 18:15
spermacabul
tien212700
tien212700 dan spermacabul memberi reputasi
6
14.6K
100
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Wedding & Family
Wedding & Family
icon
8.8KThread9.3KAnggota
Tampilkan semua post
ortillo.rebornAvatar border
ortillo.reborn
#1
Quote:


Mau ngatain g quote g, anjing!!
Pengecut yg beraninya eek diam-diam aja kamu!!!

Ini cerita dari sisi ts saja, cerita dari sisi bini beda lagi!!

Nonton bioskop berapa duit sih! Semahal-mahalnya yg 60.000 per tiket x 12 (seminggu 3 x), sebulan cuma 720.000!!

Ortu ts ama ortu bini sama2 bantuin bikin rumah, nominal gak disebut, bisa aja dari ortu bini banyakan jadi bini ngerasa suami gak berguna!!

0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.