indahairaAvatar border
TS
indahaira
[Tradisi Ramadan] Tradisi Unik Selama Ramadan di Palembang


Bulan suci yang hanya datang sekali setahun ini tak dilewatkan begitu saja. Sejumlah daerah di Indonesia punya tradisi unik dalam menyambut Ramadan dan merayakan bulan yang mulia ini. Kali ini TS mau mengajak Agan Sista melihat keunikan tradisi Ramadan di Kota Palembang, Ibukota Provinsi Sumatera Selatan. Yuk kita simak!

1. Tradisi Pawai Obor untuk Sambut Ramadan


(Foto: Ilustrasi/Net)

Tradisi yang satu ini tidak sulit ditemukan di kota-kota di Indonesia, termasuk di Palembang. Pawai obor ini menyemarakkan Palembang menyambut Bulan Ramadan setiap tahunnya.

Warga dan anak-anak berkeliling sambil membawa obor sambil diiringi arak-arakan musik rebana. Kegiatan ini adalah bentuk rasa gembira masyarakat dalam menyambut bulan suci yang ditunggu-tunggu dan selalu digelar setiap awal Ramadan.

Selain arak-arakan rebana, pawai juga diiringi alunan musik yang diangkut memakai gerobak yang dihias bermacam-macam. Lantunan musik islami dibawakan saat berkeliling. Inilah yang menjadikan pawai obor semarak dan unik di Palembang. Suasana pun diwarnai semangat dan kegembiraan menyambut Ramadan.

2. Tradisi Sedekah Ruwah


Sedekah Ruwah (Foto: RRI.co.id)

Palembang, sebagai kota yang memiliki sejarah panjang kerajaan Sriwijaya, memilki tradisi sedekah ruwah yang melibatkan seluruh warga sekitar.

Tradisi ini dikabarkan sudah dilakukan sejak zaman keemasan dari Kerajaan Palembang Darussalam. Sultan yang saat itu berkuasa memerintahkan adipatinya agar melaksanakan makan-makan besar dan mengundang seluruh warga Palembang untuk ikut berpartisipasi. Kesultanan Palembang Darussalam berharap mendapat berkah dan selalu dilindungi Allah SWT.

Sampai kini, tradisi terus berlanjut dengan saling membagikan makanan antar sesama warga. Makanannya bermacam-macam, biasanya berupa nasi gemuk. Nasi gemuk merupakan nasi yang dimasak dengan santan dan daun pandan. Di atasnya ditaburi irisan telur dadar, 1 potong daging, 1 potong ayam, beberapa iris timun, ikan teri, kemplang merah, sambal, dan beberapa iris nanas. 

Ada juga Nasi Samin atau Nasi Minyak, yaitu nasi bercita rasa gurih yang dimasak berbarengan dengan kaldu daging kambing, susu kambing, dan minyak samin, dihidangkan dengan daging kambing goreng dan taburan irisan kurma atau kismis. Nasi Samin atau Nasi Minyak ini memiliki pengaruh budaya Timur Tengah dan India Muslin, tepatnya tradisi Arab Yaman. Nasi ini sekilas mirip dengan Nasi Biryani.

Tak hanya di Palembang, wilayah lain di sekitarnya seperti Bangka Belitung, juga menggelar sedekah ruwah ini. Selain bagi-bagi makanan khas Palembang, acara ini diisi dengan pembacaan Surat Yassin dan doa-doa untuk arwah-arwah pendahulu serta doa lainnya sebagai bentuk rasa syukur atas rahmat dan karunia Allah SWT.

3. Tradisi Buka Puasa dengan Bubur Suro di Masjid Al Mahmudiyah Palembang


Anak-anak mengantre untuk mendapatkan bubur Suro. (Foto: Viva.co.id)

Sampai sekarang, Kota Palembang masih menjalankan tradisi turun temurun membagikan bubur suro kepada warga sebagai takjil buka puasa, sejak tahun 1834. Tradisi bubur suro ini sudah berusia satu abad lebih. 

Nama bubur suro berasal dari Masjid Suro atau Masjid Al-Mahmudiyah, dimana bubur ini dibuat dan diracik oleh salah satu pendirinya, Ki Haji Abdurrahman Delamat. Masjid Suro termasuk masjid bersejarah Kota Palembang, berlokasi di Jl. Ki Gede Ing Suro Kelurahan 30 Ilir.

Butuh 5 kg beras dan 20 liter air untuk 100 piring porsi bubur suro. Tak lupa berbagai rempah sebagai bumbu utamanya, seperti bawang putih, bawang merah, ketumbar, merica, garam, kecap, bumbu sop, dan minyak sayur. 


(Foto: Weecak)

Rasanya mirip dengan sop daging. Seluruh bahan seperti daging dan rempah-rempah dibeli dari donatur jemaah masjid. Proses memasaknya membutuhkan waktu 3 jam, yang dilakukan oleh pengurus masjid sejak siang hari.

Bubur ini dibagikan gratis untuk hidangan warga yang berbuka puasa di Masjid Suro. Tiap harinya selama Ramadan, anak-anak dan orangtua mengantre di depan Masjid ini untuk merasakan kelezatan semangkuk buburnya.

Bubur ini hanya disediakan selama bulan puasa, pastinya warga sekitar menunggu-nunggu sekali ya menu berbuka ini.

Warga sekitar juga sering membantu menyumbang gula, kopi, teh, untuk minuman berbuka puasa di masjid. Tradisi ini tak hanya tentang bubur, tetapi tentang berbagi kepada sesama.

4. Tradisi Bagi-bagi Uang oleh Keluarga HAR


(Foto: Kompas.com)

Tradisi membagikan salam tempel dari pengusaha atau pejabat biasa ditemui di Indonesia. Salah satunya di Palembang. 

Selama bulan Ramadan, rumah Limas milik keluarga Almarhum Haji Abdul Rozak atau HAR selalu ramai pada pukul 5 sore. Ratusan warga ramai berdatangan mengantre uang sedekah dari keturunan HAR hingga Lebaran.

Keluarga HAR memiliki usaha martabak yang terkenal, yaitu Martabak HAR. Martabak ini dikenal sebagai martabak India laris di Palembang.

Tradisi membagi-bagikan uang selama Ramadan ini sudah dilakukan keluarga HAR sejak tahun '60 dan diteruskan hingga sekarang generasi ketiga.

Dahulu, H. Abdul Rozak tak hanya membagikan uang, tapi juga makanan berupa bubur. Namun, sejak wafat, berbagi bubur ditiadakan karena tidak ada yang memasaknya.

Uang yang dibagikan sebesar Rp 5000 per orang setiap hari hingga Idul Fitri. Uang tersebut memang sengaja disisihkan keluarga HAR dari hasil keuntungan penjualan Martabak HAR.

Setidaknya ada lebih dari 400 warga mengantre setiap harinya. Antrean diisi oleh keluarga yang membawa anak-anaknya.



0
9.1K
156
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Tampilkan semua post
ciamix900Avatar border
ciamix900
#146
ane cuma bingung, nastak sama nasbung definisinya apa ya gan ?
beneran tanya
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.