Do As I Wish

Reynard mengajukan perpanjangan waktu dengan alasan salah satu dari mereka terluka. Willie Cruz dengan mudah menyetujuinya karena dengan hadirnya Reynard dalam penyelidikan, sahamnya membaik dengan cepat.

Reynard kembali dengan raut muka penuh senyum. Dia segera merebahkan dirinya di sofa sebelum James yang berjalan tertatih-tatih sampai di sofa tersebut untuk sekedar duduk.

James menatap Reynard dengan tatapan penuh dendam. Reynard kembali tersenyum dan memberi kode dengan dagunya agar James mengambil posisi sofa lainnya. Emmy datang dengan tiga gelas dengan kepulan asap dan sebuah teko. Bau seduhan teh dengan segera menyeruak diantara mereka.

“James, kau sudah lebih baik bukan?”, tanya Reynard.

“Kamu tidak lihat kalau aku masih kesusahan berjalan? Telinga dan leherku terasa tertarik semua. Semua karena jahitan tololmu itu.”, James tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena kata ‘tolol’ yang diucapkan dengan emosi membuat lehernya semakin sakit.
Dia menaikkan kedua kakinya ke sofa sehingga dia bisa meringkuk dengan kedua lututnya didada. Dia tidak ingin berbicara.

“Maaf, aku tidak tahu kalau efeknya separah itu.”, Reynard kelihatan sedih.

Emmy memandangnya ngeri. “Kau pasti sakit, Sir Reynard.”, ujar Emmy.

“Maksudmu?”, tanya Reynard.

“Oh, sial. Kau mau merasakan bagaimana dijahit?”, James merasa Reynard hanya pura-pura bodoh. Dan itu membuatnya semakin kesal.

“Aku pernah menjahit lukaku sendiri. Dan aku pernah harus mengeluarkan sesuatu dari dagingku sendiri.” jawab Reynard cuek. Emmy segera menengahi percakapan di antara mereka bertiga agar tujuan mereka berkumpul bisa bermanfaat.

“Kapan kita akan melakukan penyelidikan kalau kalian terus menyerang satu sama lain dan bermain jahit-jahitan seperti boneka Chuckie?”, tegas Emmy yang sudah mulai panas.

“Oh, kau benar juga Emmy.”, tandas Reynard.

“Jadi?”, James membuka percakapan.

“Lebih baik kita menjalankan semuanya sesuai rencanaku.”, Reynard seperti ingin menutup pembicaraan.