• Beranda
  • ...
  • Audio & Video
  • Ulas singkat : Cerita tentang project - Speaker DIY & Mini amplifier Kentinger

audiofunAvatar border
TS
audiofun
Ulas singkat : Cerita tentang project - Speaker DIY & Mini amplifier Kentinger
PART SATU

Selamat pagi / siang /malam buat agan dan sista semua ...

Mohon maaf sebelumnya, ane cuma mau sharing singkat tentang apa yang menjadi mimpi ane sejak jaman kuliah dulu (gak usah tanya tahun ya, soalnya dah tuwir banget). Juga mohon maaf atas tulisannya, ane ini bukanlah jago dan expert audio tapi cuma orang biasa yang mencoba memujudkan keinginan yang terpendam. Mungkin ini lebih tepatnya pengalaman ane membuat DIY speaker (Do It Yourself). Sekali lagi just sharing, tidak ada maksud lain ..

Berangkat dari semangat aja ane melakukan ini, masalah budget merupakan hal yang sangat krusial dan merupakan satu masalah yang jadi pertimbangan project ini.

Speaker transmission line adalah system speaker yang mempunyai rongga atau ruang berliku-liku, dari beberapa referensi yang pernah ane baca bahwa nada bass untuk system ini terbukti (kata orang ye …) mempunyai frekuensi yang cukup rendah dibandingkan dengan system speaker konvensional dengan ukurun speaker dan power yang sama, secara ane termasuk kategori penyuka semi-basshead (bukan film semi ya …)



Setelah browsing2 di mbah Google … eh bujug ! klo mau beli speaker type ini ternyata kagak ada yang murah ! Range harganya terlalu jauh dari kantong dan dompet ane … bukan antara langit hingga bumi lagi, tapi antara dasar laut hingga galaksi bima sakti !

Kagak nyerah … tanya2 lagi ke mbah Google.
Eh ... nemu konsep speaker lain yaitu fullrange speaker ! Konsep ini adalah speaker dengan hanya 1 driver saja untuk menghandle semua frekwensi nada ... high sampai low, makanya disebut fullrange.

Setelah cari lebih dalam lagi ternyata konsep box speaker fullrange banyak disebut DIY concept alias dibuat sendiri ! Nah … Ini dia buat sendiri, lebih murah kali ye ? Saat browsing2 lagi ternyata konsep speaker ini juga banyak yang menerapkan box transmission line ….

Hmmmm, pucuk dicinta ulam pun tiba ! Buat sendiri dan hanya 1 driver speaker, mantapzz. Klo kayak gini nada-nadanya bisa low budget … Terus cari-cari lagi referensi contoh box yang gak terlalu besar (biar murah maksudnya) tapi sesuai dengan konsep diatas. Lagi-lagi mbah Google memberikan wejangan dahsyatnya, daaaaannnn …. ketemulah contoh desain gambar yang ane inginkan dan ini merupakan Desain Awal.



Sudah ketemu konsepnya, tarrraaaaaaa … ane baru sadar kalo ane tidak mempunyai keahlian pertukangan sama sekali ! Nol besuaaar ….

Aahh, mbah Google sudah kasih banyak banget info … ane coba lagi minta lagi ke dia, cari jasa perakit speaker ! Daannnn … ketemu lagi dan anehnya setelah ane lihat lokasinya gak jauh dari rumah ane, wah ini dia ! (biar murah ongkos datengnya …) Wuihhh klo sudah niat bulet kadang-kadang memang dimudahkan sama yang DI ATAS.

Ane nemu link ini : https://thekalibra.wordpress.com/
Ada no WA-nya dan ane tanyalah ke si Owner dan Creator-nya (mas Wisnu) dan via WA ane kirim contoh desain diatas dan mas Wisnu pun ternyata menyanggupi untuk pembuatan box tersebut, bahkan melayani box speaker tanpa finishing akhir (tanpa lapisan viniyl, hanya kayu MDF saja) karena ongkos buat bisa lebih hemat. Oke, ane suka ini ! Setelah tanya dan diskusi tentang harga, oke deal ! Menurut ane cukup ekonomislah … setelah itu janjian deal hari untuk ketemuan untuk diskusi lebih lanjut.

Setelah tenang mendapatkan seorang ahli rakit speaker, sekarang memikirkan tentang drivernya. Karena sejak awal ane sudah kepincut tentang speaker fullrange yang mono driver, ane pikir ini apakah masih perlu crossovernya ya ? Mesti yang bagaimana nih … karena cuma 1 driver bukan system two way atau three way ! Pusing maning ….

Ok tanya lagi ke mbah Google, ternyata ada seorang blogger kota Solo yang juga pembuat speaker fullrange di : http://diyaudioku.blogspot.co.id/. Ane tanya dan Doi menjawab : “Klo system fullrange gak perlu crossover karena semua frekwensi diterima oleh speaker, tapi peredam/glasswol tetap diperlukan !” … Oke, berarti lebih hemat lagi, ndak perlu beli atau bikin (maksudnya bisa jadi masalah budget juga, hi...hi.. merki banget ya ?)

Next, pencarian driver fullrange … dari hasil berlayar di lautan Google terdapat merk speaker yang memang specialist Fullrange, yaitu : Fostex, tapi sekali lagi kantong ane lebih memilih bungkam untuk berhadapan dengan kenyataan ini. Pantang nyerah …. surfing lagi cari yang lebih ekonomis (karena patokan ane pada desain box diatas dan konsepnya memang little driver) maka cari yang ukuran 3” atau 4” saja. Sekali lagi dengan kesaktian mbah Google nemu juga di salah satu toko online (tok….dia), namanya BOA Speaker dengan spec : fullrange, 4 “, 25 watt dengan harga @ Rp 60 rb … kali ini dompet ane buka suara tanda setuju.





Oke akhirnya ane order tuh speaker, berikut beli juga alat pendukung lainnya : accoustic foam sebagai peredam dan kabel interconnect (kabel canare) di dalam box antara speaker ke terminal banana plug (all harga alat pendukung ane cari yang ekonomis juga untuk menekan cost final)



OKE … setelah dirasa semua sudah cukup, ane maju dan call untuk janjian waktu dengan mas Wisnu.
Singkat cerita sampailah di workshopnya, ane cerita tentang keinginan ane tentang konsep speaker ini, ternyata konsep ini juga sudah tidak asing bagi mas Wisnu, bahkan pernah buat yang jenis floortstandingnya (tower speaker), tapi karena ane to the point aja tentang masalah budget doi setuju dan paham.

Nah, pas ane keluarin speaker tersebut doi langsung komentar : “Wah ini bassnya keras mas, agak dominan bassnya … saya pernah buat sebelumnya ! Jadi suara high & vokalnya agak ketutup“
emoticon-Bingung Glek ! waduuhhh …. salah ane juga sih gak browsing tentang speaker ini sebelumnya.

Lanjut doi : “Gak pake fostex aja mas, lebih bagus !” … belum sempat ane jawab doi dah ngomong lagi : “Tapi harga secondnya bisa sejutaan sih !” Nah …. itu dia kata kunci untuk menjelaskan kondisi dompet ane.

Pokoknya maju terus – pantang mundur … akhirnya doi setuju aja sesuai request ane dengan sedikit koreksi ukuran dari desain awal sebelumnya dan tanpa finishing lapisan Vinyl. Oke deal dibuat dengan diberikan Down Payment ke mas Wisnu dengan disepakati sekitar 1 mgg sampai 10 hari jadi karena doi juga ada project lainnya.

Selang 3 hari kemudian mas Wisnu WA ke ane menginformasikan ada sedikit penambahan dari desain awal dengan menambahkan partisi didalamnya. Karena ane juga awam tentang box, ane setuju saja asal tidak nambah budget dan doi bilang budget masih sama, cuma tambah partisi saja jadi lebih berliku. Oke ane setuju !



Akhirnya hari yang dinanti itu telah tiba, ane meluncur ke workshop untuk menjemput speaker tersebut.
Ketika melihat langsung sempat berbunga-bunga hati ane, walau tampak seperti speaker belum jadi (karena gak pake Vinil alias langsung kayu MDF) tapi terkesan rapi dan solid, menggunakan kayu MDF dengan tebal 18 mm … solid dan berat ternyata !



Setelah pay lunas dan akan dibawa pulang, asisten mas Wisnu melakukan penge-chek-an ulang kabel koneksi dan uji dengar dengan menggunakan amplifier yang ada di workshop. Setelah itu suara muncul dari speaker, OK berarti koneksi sudah benar … karena lokasi workshop berada di pinggir jalan yang ramai oleh motor ane gak bisa menilai lebih jauh hasil suaranya, pokoknya bunyi sudah seneng ane emoticon-I Love Indonesia !
Tapi ane sempat melihat mas Wisnu saling berpandangan dengan si asisten, Eh ada apa ini … ada yang salahkah ? Beberapa kali si asisten membesar kecilkan volume amplifier.
Rupanya doi dan asisten cukup kaget karena bass yang sebelumnya keras dan besar dari merk driver sama yang dibuat sebelumnya tidak terjadi di model speaker ane ini … Wah ane langsung koment : “Mungkin karena konsep berliku seperti ini jadi jatuh bassnya jadi lebih lembut !” … mas Wisnu pun setuju, bisa jadi karena speaker sebelumnya menggunakan desain konvensional pada umumnya.

Setelah semua oke akhirnya ane bawa pulang sembari mengucapkan banyak-banyak terima kasih pada mas Wisnu (barangkali kalo ada yang minat mau bikin speaker sendiri bisa coba kontak di : https://thekalibra.wordpress.com/)

OKE segini dulu … lanjut nanti ya, masih ada yang mau ane sharing lagi
Next Uji Dengar Speaker DIY & Mini Amp Kentiger (di PART DUA)

emoticon-Jempol emoticon-Jempol :

Tanpa maksud melangkahi hak cipta, demi melengkapi narasi beberapa gambar diambil dari internet.

Untuk PART DUA silakan click link dibawah ini :
PART DUA
Diubah oleh audiofun 27-03-2018 10:51
0
5.2K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Audio & Video
Audio & Video
icon
9.8KThread4.5KAnggota
Tampilkan semua post
audiofunAvatar border
TS
audiofun
#1
Ulas singkat : (PART SATU) Cerita project - Speaker DIY & Mini Amplifier Kentiger
PART SATU

Selamat pagi / siang /malam buat agan dan sista semua ...

Mohon maaf sebelumnya, ane cuma mau sharing singkat tentang apa yang menjadi mimpi ane sejak jaman kuliah dulu (gak usah tanya tahun ya, soalnya dah tuwir banget). Juga mohon maaf atas tulisannya, ane ini bukanlah jago dan expert audio tapi cuma orang biasa yang mencoba memujudkan keinginan yang terpendam. Mungkin ini lebih tepatnya pengalaman ane membuat DIY speaker (Do It Yourself). Sekali lagi just sharing, tidak ada maksud lain ..

Berangkat dari semangat aja ane melakukan ini, masalah budget merupakan hal yang sangat krusial dan merupakan satu masalah yang jadi pertimbangan project ini.

Speaker transmission line adalah system speaker yang mempunyai rongga atau ruang berliku-liku, dari beberapa referensi yang pernah ane baca bahwa nada bass untuk system ini terbukti (kata orang ye …) mempunyai frekuensi yang cukup rendah dibandingkan dengan system speaker konvensional dengan ukurun speaker dan power yang sama, secara ane termasuk kategori penyuka semi-basshead (bukan film semi ya …)



Setelah browsing2 di mbah Google … eh bujug ! klo mau beli speaker type ini ternyata kagak ada yang murah ! Range harganya terlalu jauh dari kantong dan dompet ane … bukan antara langit hingga bumi lagi, tapi antara dasar laut hingga galaksi bima sakti !

Kagak nyerah … tanya2 lagi ke mbah Google.
Eh ... nemu konsep speaker lain yaitu fullrange speaker ! Konsep ini adalah speaker dengan hanya 1 driver saja untuk menghandle semua frekwensi nada ... high sampai low, makanya disebut fullrange.

Setelah cari lebih dalam lagi ternyata konsep box speaker fullrange banyak disebut DIY concept alias dibuat sendiri ! Nah … Ini dia buat sendiri, lebih murah kali ye ? Saat browsing2 lagi ternyata konsep speaker ini juga banyak yang menerapkan box transmission line ….

Hmmmm, pucuk dicinta ulam pun tiba ! Buat sendiri dan hanya 1 driver speaker, mantapzz. Klo kayak gini nada-nadanya bisa low budget … Terus cari-cari lagi referensi contoh box yang gak terlalu besar (biar murah maksudnya) tapi sesuai dengan konsep diatas. Lagi-lagi mbah Google memberikan wejangan dahsyatnya, daaaaannnn …. ketemulah contoh desain gambar yang ane inginkan dan ini merupakan Desain Awal.



Sudah ketemu konsepnya, tarrraaaaaaa … ane baru sadar kalo ane tidak mempunyai keahlian pertukangan sama sekali ! Nol besuaaar ….

Aahh, mbah Google sudah kasih banyak banget info … ane coba lagi minta lagi ke dia, cari jasa perakit speaker ! Daannnn … ketemu lagi dan anehnya setelah ane lihat lokasinya gak jauh dari rumah ane, wah ini dia ! (biar murah ongkos datengnya …) Wuihhh klo sudah niat bulet kadang-kadang memang dimudahkan sama yang DI ATAS.

Ane nemu link ini : https://thekalibra.wordpress.com/
Ada no WA-nya dan ane tanyalah ke si Owner dan Creator-nya (mas Wisnu) dan via WA ane kirim contoh desain diatas dan mas Wisnu pun ternyata menyanggupi untuk pembuatan box tersebut, bahkan melayani box speaker tanpa finishing akhir (tanpa lapisan viniyl, hanya kayu MDF saja) karena ongkos buat bisa lebih hemat. Oke, ane suka ini ! Setelah tanya dan diskusi tentang harga, oke deal ! Menurut ane cukup ekonomislah … setelah itu janjian deal hari untuk ketemuan untuk diskusi lebih lanjut.

Setelah tenang mendapatkan seorang ahli rakit speaker, sekarang memikirkan tentang drivernya. Karena sejak awal ane sudah kepincut tentang speaker fullrange yang mono driver, ane pikir ini apakah masih perlu crossovernya ya ? Mesti yang bagaimana nih … karena cuma 1 driver bukan system two way atau three way ! Pusing maning ….

Ok tanya lagi ke mbah Google, ternyata ada seorang blogger kota Solo yang juga pembuat speaker fullrange di : http://diyaudioku.blogspot.co.id/. Ane tanya dan Doi menjawab : “Klo system fullrange gak perlu crossover karena semua frekwensi diterima oleh speaker, tapi peredam/glasswol tetap diperlukan !” … Oke, berarti lebih hemat lagi, ndak perlu beli atau bikin (maksudnya bisa jadi masalah budget juga, hi...hi.. merki banget ya ?)

Next, pencarian driver fullrange … dari hasil berlayar di lautan Google terdapat merk speaker yang memang specialist Fullrange, yaitu : Fostex, tapi sekali lagi kantong ane lebih memilih bungkam untuk berhadapan dengan kenyataan ini. Pantang nyerah …. surfing lagi cari yang lebih ekonomis (karena patokan ane pada desain box diatas dan konsepnya memang little driver) maka cari yang ukuran 3” atau 4” saja. Sekali lagi dengan kesaktian mbah Google nemu juga di salah satu toko online (tok….dia), namanya BOA Speaker dengan spec : fullrange, 4 “, 25 watt dengan harga @ Rp 60 rb … kali ini dompet ane buka suara tanda setuju.





Oke akhirnya ane order tuh speaker, berikut beli juga alat pendukung lainnya : accoustic foam sebagai peredam dan kabel interconnect (kabel canare) di dalam box antara speaker ke terminal banana plug (all harga alat pendukung ane cari yang ekonomis juga untuk menekan cost final)



OKE … setelah dirasa semua sudah cukup, ane maju dan call untuk janjian waktu dengan mas Wisnu.
Singkat cerita sampailah di workshopnya, ane cerita tentang keinginan ane tentang konsep speaker ini, ternyata konsep ini juga sudah tidak asing bagi mas Wisnu, bahkan pernah buat yang jenis floortstandingnya (tower speaker), tapi karena ane to the point aja tentang masalah budget doi setuju dan paham.

Nah, pas ane keluarin speaker tersebut doi langsung komentar : “Wah ini bassnya keras mas, agak dominan bassnya … saya pernah buat sebelumnya ! Jadi suara high & vokalnya agak ketutup“
emoticon-Bingung Glek ! waduuhhh …. salah ane juga sih gak browsing tentang speaker ini sebelumnya.

Lanjut doi : “Gak pake fostex aja mas, lebih bagus !” … belum sempat ane jawab doi dah ngomong lagi : “Tapi harga secondnya bisa sejutaan sih !” Nah …. itu dia kata kunci untuk menjelaskan kondisi dompet ane.

Pokoknya maju terus – pantang mundur … akhirnya doi setuju aja sesuai request ane dengan sedikit koreksi ukuran dari desain awal sebelumnya dan tanpa finishing lapisan Vinyl. Oke deal dibuat dengan diberikan Down Payment ke mas Wisnu dengan disepakati sekitar 1 mgg sampai 10 hari jadi karena doi juga ada project lainnya.

Selang 3 hari kemudian mas Wisnu WA ke ane menginformasikan ada sedikit penambahan dari desain awal dengan menambahkan partisi didalamnya. Karena ane juga awam tentang box, ane setuju saja asal tidak nambah budget dan doi bilang budget masih sama, cuma tambah partisi saja jadi lebih berliku. Oke ane setuju !



Akhirnya hari yang dinanti itu telah tiba, ane meluncur ke workshop untuk menjemput speaker tersebut.
Ketika melihat langsung sempat berbunga-bunga hati ane, walau tampak seperti speaker belum jadi (karena gak pake Vinil alias langsung kayu MDF) tapi terkesan rapi dan solid, menggunakan kayu MDF dengan tebal 18 mm … solid dan berat ternyata !



Setelah pay lunas dan akan dibawa pulang, asisten mas Wisnu melakukan penge-chek-an ulang kabel koneksi dan uji dengar dengan menggunakan amplifier yang ada di workshop. Setelah itu suara muncul dari speaker, OK berarti koneksi sudah benar … karena lokasi workshop berada di pinggir jalan yang ramai oleh motor ane gak bisa menilai lebih jauh hasil suaranya, pokoknya bunyi sudah seneng ane emoticon-I Love Indonesia !
Tapi ane sempat melihat mas Wisnu saling berpandangan dengan si asisten, Eh ada apa ini … ada yang salahkah ? Beberapa kali si asisten membesar kecilkan volume amplifier.
Rupanya doi dan asisten cukup kaget karena bass yang sebelumnya keras dan besar dari merk driver sama yang dibuat sebelumnya tidak terjadi di model speaker ane ini … Wah ane langsung koment : “Mungkin karena konsep berliku seperti ini jadi jatuh bassnya jadi lebih lembut !” … mas Wisnu pun setuju, bisa jadi karena speaker sebelumnya menggunakan desain konvensional pada umumnya.

Setelah semua oke akhirnya ane bawa pulang sembari mengucapkan banyak-banyak terima kasih pada mas Wisnu (barangkali kalo ada yang minat mau bikin speaker sendiri bisa coba kontak di : https://thekalibra.wordpress.com/)

OKE segini dulu … lanjut nanti ya, masih ada yang mau ane sharing lagi
Next Uji Dengar Speaker DIY & Mini Amp Kentiger (di PART DUA)

emoticon-Jempol emoticon-Jempol :

Tanpa maksud melangkahi hak cipta, demi melengkapi narasi beberapa gambar diambil dari internet.

Untuk PART DUA silakan click link dibawah ini :
PART DUA
Diubah oleh audiofun 27-03-2018 10:51
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.