Ungkapan Hati Seorang Ayahanda...

Gw membuka mata dan mendapati diri sudah berada kembali di hutan kecil Kerajaan Rampak Tantra.. Kondisi hutan nampak sedikit porak poranda akibat pertempuran gw melawan Jin Penjaga nya Reinata, dengan banyak pohon tumbang dan sebuah lubang cukup besar..

Pandangan gw mulai beredar dan melihat sosok Jin Penjaga nya Reinata sedang di pulihkan oleh Ki Purwagalih.. Wajah Jin tersebut nampak sangat pucat dengan aliran jejak darah hitam yang mengering terlihat disela bibirnya.. Sementara Bimo, Ridho dan Rampak Tantra juga sedang duduk bersila untuk memulihkan tenaga nya masing-masing..

“Kau sudah bertemu dengan Bayu Ambar, Ngger?” Tanya Ki Suta yang membuat gw sedikit terkejut..

Sesaat, gw menatap wajah kakek moyang kami tersebut yang sedang menatap kosong ke arah Jin Penjaga nya Reinata..

“Sudah, Eyang.. Sukma ku bertemu dengannya beberapa saat lalu.. Apakah semua yang dikatakan Bayu Ambar itu benar, Eyang?” Tanya gw dengan rasa penasaran yang amat kuat..

Ki Suta kemudian berdiri dan melangkahkan kedua kaki nya satu tombak ke depan.. Sesaat, kakek tua berwajah bijak tersebut melirik ke arah gw, seperti memberikan isyarat agar gw menghampiri beliau..

Gw mengangguk, lalu mulai bangkit dan berjalan mendekati Ki Suta.. Untuk beberapa saat, kami berdua berdiri menghadap ke depan, sementara Jin Penjaga nya Reinata dan Ki Purwagalih serta kedua saudara gw masih duduk bersila di belakang kami..

“Secara garis besar, aku yakin Bayu Ambar telah menceritakan semua nya pada mu, Ngger.. Tragedi itu terjadi beberapa tahun sebelum aku memilih Islam sebagai Agama ku” Ucap Ki Suta mengawali kalimatnya..

Gw sempat melirik ke arah wajah Kakek berjenggot putih tersebut, yang nampak dipenuhi beban perasaan cukup banyak..

“Kejadian itu diawali sejak aku jatuh cinta dengan seorang puteri bungsu dari Raja Jin, sebelum aku menikahi nenek moyang mu.. Aku dan puteri Raja Jin saling mencintai satu sama lain dan menikah meski tanpa restu siapapun.. Kami sangat bahagia saat dikaruniai seorang putra yang kuberi nama Jagat Tirta.. Tapi ternyata ada kembaran sepertalian pusar dengan Jagat Tirta yang juga terlahir, namun dengan wujud sukma sejati sama seperti isteriku.. Aku beri nama putera ku itu dengan nama Bayu Ambar” Untuk sesaat, ucapan Ki Suta terdengar berhenti..

Sebuah rasa penasaran mendadak lenyap, begitu salah satu pemikiran gw saat menyaksikan kilasan peristiwa masa lalu yang ditampilkan Bayu Ambar, akhirnya terjawab..

“Pernikahan kami yang berbeda alam itu, mengakibatkan tanah pasundan geger pada dua alamnya, alam manusia dan alam Jin.. Semua karena Raja Jin tidak merestui pernikahan kami yang menentang kodrat dan mengancam akan membumi hanguskan tanah Pasundan, kecuali aku mengembalikan puteri bungsu dan satu cucunya ke alam Jin.. Aku juga bahkan dipanggil oleh Sri Baduga Maharaja Padjadjaran.. Beliau menyuruh ku untuk menuruti kehendak Raja diraja Jin tersebut” Tambah Ki Suta dengan suara mulai bergetar..

Sejenak, ingatan gw kembali ke beberapa kalimat dari Bayu Ambar saat sukma gw di tariknya untuk mengetahui semua hal yang terjadi..

“Mengapa kau tidak menentang permintaan Kakek nya Jagat Tirta dan Bayu Ambar serta mempertahan kan isteri mu, Eyang?” Tanya gw mewakili perasaan Bayu Ambar, yang gw yakin saat ini ia juga akan mendengar jawaban Ayahanda nya..

Ki Suta nampak melirik gw dengan tatapan mata heran, lalu tersenyum dan kembali menatap kosong ke arah depan..

“Saat itu, aku masih menjadi seorang laki-laki yang takut mati, Ngger.. Aku yakini Raja diraja Jin akan dengan mudahnya membunuh ku, apabila aku menentang kehendaknya.. Tapi sesudah mengenal Islam, aku baru tahu bahwa tiada kekuatan lain selain Allah SWT, Yang Maha Tinggi.. Aku juga menyesali tapa moksa ku yang merubah diri menjadi sosok Jin, sebelum mengenal Islam.. Aku bahkan merindukan kematian saat ini, yang kebanyakan sangat ditakuti manusia sejati seperti mu, Ngger” Jawab Ki Suta dengan wajah tertunduk..

Beberapa saat, keheningan membungkam lisan kami berdua.. Gw sempat melirik ke arah Bimo dan Ridho serta Rampak Tantra..

“Maaf, Eyang.. Apa benar Bayu Ambar juga merupakan kembaran ku, meski dalam bentuk gaib? Dan mengapa semua sosok gaib yang aku kenal tidak satupun pernah menyinggung sosok Bayu Ambar, termasuk Eyang sendiri ” Tanya gw yang teringat ucapan Jin yang selama ini bersemayam dalam jiwa gw..

“Itu merupakan suatu misteri dari Illahi, Ngger.. Aku bukannya merahasiakan ada nya sosok Bayu Ambar di dalam sanubari mu, tapi karena aku benar tidak merasakannya.. Baru setelah kau tidak sadarkan diri tadi dan meracau dengan menyebut nama salah satu putera ku, aku langsung menyadari jika selama ini Bayu Ambar, ada dibalik kekuatan dahsyat yang kau miliki jika sedang termakan amukan emosi” Jawab Ki Suta yang membuat gw mengangguk kan kepala..

“Sudahlah, Ngger.. Jika memang Bayu Ambar selalu berusaha menguasai kesadaran mu saat sedang tenggelam dalam emosi, satu-satu nya cara bagi mu untuk menghindarinya, adalah dengan selalu medekatkan diri ke Sang Khaliq dan melatih terus kesabaran” Kata Ki Suta menasihati..

Gw tersenyum mendengar nasihat beliau, lalu hendak memutar tubuh ke arah Bimo dan Ridho.. Tiba-tiba terdengar suara Ki Suta dalam batin gw..

“Bayu Ambar putera ku.. Maafkan Ayahanda mu, Ngger.. Sekali lagi maafkan Ayahanda”

Gw tertegun dan menoleh kembali ke arah Kakek Moyang gw yang masih berdiri sambil memangku kedua tangannya di atas pinggul.. Dalam hati gw berharap, sosok Bayu Ambar yang bersemayam dalam jiwa gw, mendengar kalimat tulus yang diucapkan lewat batin oleh Ayahnya sendiri..

Dengan hati masih dipenuhi harapan, gw berjalan menuju Jin Penjaga nya Reinata yang masih duduk bersila di hadapan Ki Purwagalih..

Mereka nampak berdiri bersamaan saat gw sudah hampir mendekat.. Ki Purwagalih terlihat mengulum senyuman manis, berbeda dengan Jin Penjaganya Reinata yang menatap gw dengan tatapan dingin, namun tak lagi mengisyaratkan sebuah tantangan..

“Maaf kan aku, Eyang.. Aku tidak bermaksud melukai mu tadi” Ucap gw dengan tulus meminta maaf ke sosok Kakek Tua jelmaan Jin Penjaga nya Reinata..

Sesaat, Jin itu melirik gw dengan tatapan aneh.. Sementara, Ki Purwagalih berjalan dengan santai ke hadapan kami berdua..

“Aku tidak sangka kau mempunyai kekuatan dahsyat yang selama ini tersembunyi, Ngger.. Namun kau harus berhati-hati, karena aku bisa merasakan hawa hitam menyelimuti kekuatan mu tadi” Ucap Ki Purwagalih sambil menepuk bahu gw dua kali..

Gw tersenyum mendengar ucapan Jin yang awalnya merupakan seorang resi itu, lalu kembali menatap ke arah Jin Penjaga nya Reinata.. Sekali lagi, gw melihat Kakek tua tersebut melirik gw dengan tatapan aneh..

“Sudahlah, Ki.. Kau harus mengakui kekalahan mu.. Beruntung pemuda ini tidak membuat mu luka parah.. Kau juga bersalah, karena terlalu mengikuti permintaan garis keturunan terakhir yang kau jaga.. Hanya karena permasalahan cinta, kau hampir melanggar sumpah kita untuk tidak membunuh mahluk apapun” Ucap Ki Purwagalih ke Jin Penjaga nya Reinata..

Sejenak, sosok Kakek Tua yang pernah menggunakan Ilmu Terlarangnya di kesempatan terakhir, untuk menyelamatkan gw itu, menundukkan wajah.. Dengan sopan, gw meraih tangan kanan Jin Penjaga nya Reinata dan mencium tangan tersebut..

“Aku yang seharusnya minta maaf, anak muda.. Kesombongan ku telah membutakan mata hati dan sempat berniat untuk melukai mu.. Harus ku akui, kau pemuda yang luar biasa.. Dengan sikap seorang ksatria, kau mau meminta maaf terlebih dahulu meski tidak bersalah” Kata Jin Penjaga nya Reinata dengan wajah penuh penyesalan..

“Sudah sepantasnya aku yang meminta maaf, Eyang.. Karena aku telah menyakiti gadis yang kau jaga.. Tapi semua harus aku lakukan, karena aku memang tidak bisa membalas cinta nya.. Sekali lagi maaf kan aku, Eyang” Jawab gw dengan disusul sebuah senyuman..

Jin penjaganya Reinata nampak menatap wajah gw lekat-lekat, lalu memegang bahu kanan gw..

“Inshaa Allah, aku akan berusaha menjelaskan ke gadis itu.. Satu pesan ku, anak muda.. Janga sampai kau dikuasai emosi, karena aku bisa merasakan ada sosok jahat yang berniat menguasai seluruh jiwa mu yang murni” Kata Jin Penjaga nya Reinata yang langsung gw sambut dengan anggukan kepala..

Dari belakang, gw mendengar Ridho dan Bimo memanggil.. Setelah berpamitan ke kedua Jin Sakti tersebut, gw segera setengah berlari menuju ke arah mereka..

“Gila, Bree.. Lu sakti banget sampe bisa bikin Jin sengke itu muntah darah” Ucap Ridho sambil melingkarkan lengannya di bahu gw.. Sementara Bimo hanya tersenyum di sebelah Rampak Tantra yang menatap tajam ke arah gw untuk beberapa saat..

“Ada yang mau gw ceritain ke lu berdua nanti, terutama soal pertarungan tadi.. Ehh, tapi lu berdua gimana, ga luka kan?” Kata gw disusul dengan sebuah pertanyaan..

“Ridho tuh, sampe ngompol dicelana, Mam.. Gara-gara kesamber gelombang ledakan tadi” Jawab Bimo sambil melirik ke arah Ridho, lalu memegangi kaus hitam bergambar kartun gatot kaca pemberian Binar, yang nampak sobek di beberapa bagian..

“Ahh, brengsek lu, Bim.. Yang ada juga lu, pas terlempar ke belakang tadi sempet-sempetnya bilang pengen boker.. Saking takutnya ama pertempuran lu lawan Jin sengke yang itu, Mam” Balas Ridho seraya memukul lengan Bimo dan melirik ke arah Jin Penjaga nya Reinata..

Gw langsung tertawa mendengar celotehan Ridho barusan.. Bahkan Rampak Tantra pun sempat menggeleng-gelengkan kepala mendengarnya.. Seandainya wajah Jin Penjaga Bimo itu tidak tertutupi bulu-bulu panjang nan kasar, gw yakin saat ini dia juga sedang tersenyum..

Bimo yang sempat membalas pukulan Ridho dilengannya dengan sebuah tendangan ke arah bokong Ridho, terlihat kembali memegangi kaus hitam yang ia kenakan..

“Gw yakin, Binar pasti bakalan ngomel, Bim.. Secara lu kan baru PDKT.. Gw yakin itu kaos pertama yang di kasih Binar.. Kalo gw jadi lu, gw buka tuh kaos terus gw masukin bingkai biar Binar tau kaos pemberiannya udah jadi pajangan di kamar lu” Kata gw mencoba mempengaruhi Bimo, karena gw tahu pengalaman saudara gw itu soal cewe, masih minus..

“Aah, kampret!! Lu jadian sama Binar, Bim? Koq lu ga bilang-bilang ke gw sama Imam?” Celetuk Ridho dengan sebuah pertanyaan..

“Lu juga, Kampret!!! Kek lu bilang aja kalo udah jadian sama Suluh” Balas Bimo sambil menendang lutut Ridho..

Ridho sempat menangkis tendangan Bimo, lalu cengar-cengir ga jelas sambil menggaruk-garuk kepala nya.. Gw yang melihat kelakuan konyol kedua saudara gw tersebut, sempat tertawa dan mengkompori mereka.. Lalu, pandangan gw tertegun menatap Rampak Tantra yang terlihat sedang melipat kedua tangannya di dada, dengan kedua mata nya yag terpejam dan mulut berkomat-kamit..

“Jin Penjaga lu ngapain, Bim?” Tanya gw penasaran ke Bimo, sementara Ridho juga mulai merapat dan merangkul bahu Bimo dari sebelah kiri..

“Lu liet aja sendiri, guys” Jawab Bimo cukup singkat dengan diselingi senyuman penuh arti..

Gw dan Ridho untuk beberapa saat saling menatap, lalu melemparkan pendangan kembali ke arah Rampak Tantra..

Tiba-tiba, Jin Penjaga nya Bimo itu meringkik satu kali sambil memggoyang-goyangkan pinggul nya ke depan dan ke belakang.. Gw kembali melirik ke arah Ridho yang terdengar sedang menahan tawa..

“Rampak Tantra lagi goyang patah-patah, Bree” Kata Ridho yang membuat gw hampir meledakkan tawa..

“SSttsss.. Lu berdua jangan berisik.. Liet aja dulu apa yang bakal muncul, gw yakin lu bakal shock dah” Bentak Bimo dengan satu jari telunjuk menempel di mulutnya..

Gw menaikkan dagu memberi kode ke arah Ridho agar kembali fokus melihat Rampak Tantra, yang masih menggoyangkan pinggulnya berputar ke depan dan belakang, samping kiri dan kanan..

Mendadak, suara puluhan ringkikan terdengar menyahut dari ketiga arah mata angin.. Pandangan gw membesar begitu melihat sosok-sosok wanita sangat cantik berpakaian sangat minim, melayang dan mendarat dengan posisi setengah berlutu tepat dihadapan Rampak tantra..

Ridho sempat menatap gw dengan kedua mata melotot, seperti tidak percaya dengan puluhan pemandangan indah yang ada dihadapannya saat ini.. Gw melemparkan pandangan ke arah Ki Suta, Ki Purwagalih dan Jin penjaga nya Reinata.. Mereka bertiga nampak tersenyum sesaat, lalu masing-masing melesat pergi meninggalkan hutan ini..

“Cewe-cewe itu anak buahnya Rampak Tantra, Bim?” Tanya Ridho dengan kedua mata tak berkedip, melihat sosok puluhan gadis cantik dengan balutan kulit hewan berbulu yang hanya menutupi bagian buah dada dan organ intimnya..

“Iya, Dho.. Lu liet tugas mereka deh.. Gw yakin lu pasti kagum” Jawab Bimo dengan senyuman sumringah..

Sejenak, gw mendengar Rampak Tantra berbicara dengan suara seperti ringkikan kuda ke arah puluhan gadis cantik jelmaan Jin penghuni Kerajaannya.. Setelah Rampak Tantra mengakhiri kalimatnya, semua Jin cantik nan seksi tersebut langsung mengganggukkan kepala dan meringkik secara bersamaan, lalu melesat ke berbagai arah..

Kedua mata gw terbelalak begitu melihat satu persatu dari Jin wanita tersebut mulai menarik pohon yang roboh akibat terkena hempasan tubuh gw dan Jin Penjaga nya Reinata, lalu menghujamkan akarnya kembali ke dalam tanah.. Ada yang bertugas menyambungkan tiap helai daun yang rusak ataupun yang terputus dari dahan..

Semua Jin wanita itu mulai membenahi seisi hutan yang sebelumnya nampak porak poranda, akibat pertempuran gw melawan Jin Penjaga nya Reinata, hingga kembali sempurna tanpa ada satu bagian hutan pun yang terlihat tidak normal..

“Mereka bertugas membenahi hutan yang merupakan bagian dari wilayah kerajaan Rampak Tantra, Mam.. Lu liet sendiri gimana guyubnya mereka sebagai Jin.. Beda banget sama kita yang kadang ga perduli sama lingkungan masing-masing” Ucap Bimo yag terpaksa harus gw benarkan dalam hati..