Sebuah Dosa Besar...

Akhirnya gw bersama Anggie hanya berjalan-jalan saja, menikmati pemandangan pantai yang membuat hati tenang.. Setelah sore hari, kami kembali ke Jembatan Cinta untuk memandangi indahnya matahari terbit.. Beberapa pasang anak muda seperti kami nampak hanyut dalam suasana romantis, bermandikan sinar keemasan dari sang surya yang mulai tenggelam..

Sebenarnya, gw sempat merasakan seperti sedang diawasi oleh seseorang atau sesuatu.. Awalnya, gw ingin membuka kembali mata batin untuk memastikan keadaan.. Tapi, gw urungkan niat tersebut, karena aura yang terasa dari tiap sosok gaib yang ada di sekitar gw, tidak ada yang mengancam..

Karena hari mulai gelap, gw mengajak Anggie untuk segera kembali ke cottage.. Angin pantai terasa mulai sedikit kencang, disertai mendung di langit yang semakin menebal.. Hujan mulai turun membasahi tanah pantai yang berpasir.. Kami pun tak luput dari serangan air hujan, yang membuat basah sekujur tubuh..

Setibanya di depan pintu kamar cottage, Anggie nampak pucat sambil menggigil.. Tanpa pikir panjang, gw langsung membuka pintu kamar cottage.. Segera gw ambil handuk di kamar mandi untuk menyelimuti tubuh Anggie yang menggigil.. Gadis itu terlihat berdiri di depan salah satu dari dua kursi rotan, yang mengapit televisi LCD berukuran cukup besar..

“Di..dingin, Be..eb” Ucap Anggie dengan suara terbata-bata..

Gw segera memeluknya dengan erat.. Tapi percuma, kaos yang gw gunakan pun sama basahnya dengan baju Anggie.. Dengan cepat gw buka kaos dan kembali memeluk gadis itu, untuk menghangatkannya.. Terasa sekali hembusan nafas Anggie di dada gw.. Seiring pelukan nya yang semakin erat..

Dari sini lah, Iblis berhasil menjerat kami berdua dengan hawa nafsu...

Getaran menggigil tubuhnya Anggie, yang awalnya sangat terasa di dalam pelukan gw, berangsur-angsur hilang.. Cukup lama kami berpelukan erat sambil berdiri, hingga gadis itu mengangkat wajahnya.. Pandangan kami bertemu dengan jarak wajah sangat dekat.. Sampai gw bisa merasakan hangatnya udara yang keluar dari hidung gadis tersebut..

Perlahan, Anggie melepaskan pelukannya dari pinggang gw, lalu menarik kepala ini dan mencium bibir gw dengan lembut..

“Makasih buat semua rasa cinta dan sayang kamu ke aku, Beb” Ucap Anggie dengan suara lirih..

Gw tersenyum manis ke arah nya, kemudian memegang kedua pipi Anggie dan mencium bibir tipis gadis itu yang terasa sangat lembut.. Anggie membalas ciuman gw dengan memainkan lidahnya di dalam mulut gw.. Aah, birahi gw mulai terpancing...

Sambil terus berciuman, gw melemparkan handuk putih yang tadi menyelimuti gadis itu.. Anggie terlihat menggelinjang, mana kala ciuman gw mulai menyusuri lehernya yang jenjang.. Dengan perlahan, gadis itu mulai membuka kaus biru yang ia kenakan..

Nafsu gw semakin membara melihat lekuk tubuh Anggie yang indah di balut kulit putihnya, serasi sekali dengan bra hitam yang ia kenakan.. Di balik benda hitam itu, tersembul dua buah benda kenyal dan empuk dengan ukuran pas.. Tidak terlalu kecil, maupun besar.. What a beautiful things she has..

Perlahan, gw kembali menciumi bibir gadis itu sambil menarik tubuhnya ke arah ranjang..
Suara tubuh kami yang terjatuh di atas kasur pegas, nyaris tak terdengar.. Posisi gw ada di bawah, masih dengan setengah kaki menapak di lantai.. Hal itu memudahkan gw bisa manatap tubuh molek Anggie sepuas hati..

Dari atas, Anggie menghujani wajah gw dengan ciuman.. Dari kening, pipi dan cukup lama di bibir.. Setelah itu dia mengecup leher gw dan turun ke dada lalu ke pusar.. Birahi gw yang sudah naik sedari tadi, mau tidak mau mempengaruhi ketegangan senjata pamungkas di dalam boxer..

Dengan sangat hati-hati, Anggie membuka boxer gw dan melemparkannya ke bawah.. Sesaat, gadis itu nampak tersenyum penuh arti, melihat isi dalam boxer yang sudah dibuangnya.. Sementara pandangan gw langsung menatap ke arah langit-langit kamar.. Kedua mata gw mendadak terpejam, begitu merasakan senjata sakti milik gw sudah berada dalam sebuah rongga hangat berlidah ..

Tiba-tiba bahu gw terasa panas dan sesuatu terasa keluar melesat dari sana.. Tapi perangkap Iblis sudah benar-benar membutakan hati gw, dengan jeratan birahi.. Tak ada pikiran lain di dalam benak gw, selain merasakan sebuah kenikmatan.. Telinga gw menangkap suara petir menyambar-nyambar beberapa kali.. Sepertinya cuaca benar-benar sedang buruk di luar sana..

“Aaahh..” Suara desahan gw terdengar lirih, seiring Anggie menaik turun kan kepalanya..

Gw mulai bangkit terduduk dan dengan lembut menjatuhkan tubuh Anggie yang sudah tidak tertutupi sehelai benang pun ke atas ranjang.. Gw tarik bed cover yang terlihat sedikit acak-acakan, untuk menutupi tubuh kami yang sama-sama tanpa busana..

Posisi gw sekarang berganti di atas sementara Anggie berada di bawah.. Sambil menarik bed cover hingga sebatas punggung, gw mulai menindih tubuh gadis itu..Kedua mata Anggie nampak membesar.. Ada guratan rasa sakit di wajahnya.. Gw sempat menghentikan gerakan, namun dicegah oleh gadis itu..

Tubuh gw mulai merapat kembali dengan tubuh Anggie, tanpa dipisahkan sehelai kain pun.. Beberapa kali Anggie mencengkram lengan gw, tiap kali tubuh ini bergerak menekan.. Keringat mulai membasahi tubuh kami, seiring gerakan-gerakan yang terus gw lakukan..

Hingga sebuah suara desahan panjang terdengar dari mulut Anggie yang teredam di leher gw, bersamaan dengan pelukannya yang sangat erat ke tubuh gw selama beberapa saat.. Hal itu memancing birahi gw yang hampir memuncak.. Dengan membenamkan wajah di leher Anggie, tubuh gw ikut menegang selama beberapa saat, lalu terkulai lemah di atas tubuh gadis itu..

JEGGEERR!!!

Tiba-tiba suara petir menggelegar sangat keras, hingga menggetarkan dinding kamar kami..

Mendadak, Anggie menyuruh gw untuk segera bangun.. Dengan cepat ia mengambil selimut dan berlari ke kamar mandi.. Sementara, gw masih terbengong-bengong menyadari apa yang barusan kami lakukan..

“Astaghfirullah, gw sama Anggie barusan...” Pekik gw yang terputus karena baru menyadari sebuah dosa sangat besar telah kami perbuat..

Beberapa kali gw beristighfar meminta ampun, atas dosa yang mungkin tak dapat diampuni itu.. Mungkin terdengar naif.. Gw baru sadar setelah berbuat.. Gw baru insyaf setelah berdosa.. Tapi gw dan Anggie hanya manusia biasa.. Tempat nya salah dan lupa.. Seandainya gw bisa mengulang waktu, gw rela korbankan apa saja termasuk nyawa sendiri untuk menebus dosa sangat besar yang gw perbuat

Dada gw terasa sesak.. Kedua mata gw mulai perih.. Tapi percuma, nasi sudah jadi bubur, sesal pun tiada guna.. Gw hanya bisa duduk mematung dengan tubuh masih terbalut bed cover, tanpa mampu berucap apa-apa.. Tanpa sadar, dua titik airmata mengalir di pipi gw..

Dengan lemah, gw menarik seprai putih yang menutupi kasur pegas.. Kedua mata gw terbelalak, begitu melihat ada bercak darah disana.. Hati gw terasa hancur, melihat hasil dari kehilafan gw yang sudah merusak masa depan seseorang yang gw cintai.. Kedua telapak tangan gw menutup wajah sendiri, membayangkan betapa bejatnya perbuatan yang sudah gw lakukan..

Gw memaki diri sendiri dan terus memaki.. Segala sumpah serapah keluar lirih dari lisan gw, mengutuk diri yang sudah jatuh ke dalam sebuah lubang kenistaan.. Dengan kasar, gw robek seprai tersebut sekuat tenaga, hingga menjadi potongan-potongan kain tak berpola dan membuang nya ke tong sampah.. Rasa nya ingin sekali gw berteriak sekeras mungkin, agar semua perasaan bersalah ini hilang, atau setidaknya dapat berkurang..

Mendadak, ingatan gw tertuju ke Anggie yang sudah berada di dalam kamar mandi cukup lama.. Dengan cepat, gw kenakan boxer dan setengah berlari menuju kamar mandi..

“Yank.. Kamu ngapain di dalam, Yank” Teriak gw sambil menggedor pintu kamar mandi dengan keras..

Gw terdiam, berusaha mendengarkan suara dari dalam kamar mandi.. Tidak ada suara apapun selain suara air keran yang deras mengalir ke dalam sebuah bak mandi atau kolam..

“Yank.. Jangan lakukan hal bodoh di dalam, Yank.. Aku bener-bener minta maaf.. Kita bisa bicarakan semua baik-baik.. Please, kamu keluar donk, Yank” Teriak gw dengan suara cukup keras..

Lagi-lagi, tidak ada jawaban dari Anggie yang masih berada di dalam kamar mandi.. Gw mulai menyalurkan tenaga dalam ke tangan kanan yang sudah terkepal.. Baru gw berniat ingin menjebol pintu kamar mandi, tiba-tiba terdengar suara seperti suara kunci yang dibuka dari dalam..

Anggie, terlihat berdiri mematung dengan kedua mata sembab.. Gw langsung memeluk gadis itu dengan sangat erat.. Rasa takut akan kehilangannya membuat gw sempat berfikir yang bukan-bukan..

Anggie yang sudah memakai kaus dan celana hotpants nya kembali, membalas pelukan gw dengan erat.. Terdengar suara isak tangis dari wajahnya yang terbenam di dada bidang gw.. Hati gw terasa semakin hancur mendengar isak tangis gadis itu.. Tak terasa, gw pun menititkkan airmata..

“Maafin aku, Yank” Bisik gw sambil mencium rambutnya..

“Apa yang kita lakukan, Beb? Kenapa kita bisa sejauh itu?” Ucap Anggie sesaat, lalu kembali terisak..

“Aku janji, aku ga akan ninggalin kamu.. Aku akan bertanggung jawab atas dosa yang aku perbuat ke kamu, Yank” Ucap gw dengan bersungguh-sungguh..

Gw menarik kepala Anggie, agar bisa gw lihat wajahnya.. Kecantikan wajah gadis itu nampak sedikit berkurang karena kedua mata yang sembab.. Sepertinya Anggie cukup lama menangisi dosa yang kami perbuat, di dalam kamar mandi tadi..

“Yank, lihat mata aku..” Ucap gw ke Anggie, yang langsung dibalas oleh tatapan mata nya yang sayu..

“I Promise by my heart.. Aku janji sepenuh hati, aku ga akan tinggalin kamu.. Dalam situasi atau kondisi apapun.. Mungkin kamu berfikir klise banget kalimat aku, Yank.. Tapi aku ucapin nya bukan hanya dari lisan, namun juga dari hati.. Aku mau kamu percaya” Ucap gw, di susul sebuah kecupan lembut di kening nya..

“Aku percaya sama kamu, Beb” Jawab Anggie diiringi sebuah senyuman, meski terkesan dipaksakan dan mengecup telapak tangan kanan gw..

“Aku pesan coklat panas buat kamu dulu, yah.. Kamu tunggu di kamar aja, Yank”Ucap gw yang disambut dengan anggukan kepala gadis itu..

“Mandi dulu, Beb.. Nanti kamu sakit” Pinta Anggie yang gw jawab dengan anggukan kepala..

Tanpa pikir panjang, gw segera masuk ke dalam kamar mandi dan melakukan mandi junnub.. Dalam hati, lagi-lagi terbersit penyesalan karena seharusnya gw melakukan mandi itu setelah resmi menikahi Anggie.. Gw tarik nafas dalam-dalam, dan mengeluarkannya perlahan.. Mudah-mudahan setelah mandi, perasaan gw jauh lebih membaik, harap gw dalam hati..

Setelah mandi, gw segera keluar kamar masih dengan penampilan yang sudah jauh lebih baik.. Hujan disertai petir yang mengamuk, sudah reda dan berhenti menggelegar.. Mendung di langit nampak melukiskan suasana mendung di dalam hati gw.. Pandangan gw menjelajahi tiap tempat yang ada di depan kamar kami, hingga gw melihat seorang pegawai cottage sedang berjalan dan langsung memanggilnya..

“Mas, saya pesan 2 coklat panas yah.. Segera bawa ke kamar ini” Perintah gw ke arahnya..

“Baik, Mas.. 5 menit lagi saya antar kesini” Jawab pelayan laki-laki tersebut dengan ramah..

Laki-laki itu nampak berjalan dengan cepat ke arah belakang, mungkin ke kitchen.. Sementara, gw kembali masuk ke dalam kamar.. Sesaat, gw tertegun melihat Anggie sedang termenung sambil memegangi Hp miliknya..

Tiba-tiba dari arah luar pintu, terdengar suara ketukan sebanyak tiga kali.. Gw beranjak dan membuka pintu.. Seorang pelayan yang tadi gw temui, berdiri dengan membawa nampan berisi dua gelas besar hot chocolate, yang masih mengepulkan asap..

Wajah pelayan laki-laki itu nampak sedikit pucat dan aneh.. Tatapannya tajam tidak seramah tadi.. Bibirnya nampak bergerak-gerak, seperti hendak mengucapkan sesuatu..

“Mas, si Mas baik-baik aja?” Tanya gw heran..

“Esok hari, kalian harus meninggalkan pulau ku.. Jika menolak, aku tidak segan-segan melenyapkan kalian, manusia-manusia kotor” Jawab pelayan laki-laki itu dengan suara berat, disusul kedua matanya yang memutih semua..

Mata gw terbelalak mendengar ucapan pelayan itu.. Mendadak dada gw terasa sangat sesak..