Seduce

“Aku bilang jangan lakukan itu.”, omel Romeo. Johnny mengusap rahangnya.

“Lihat yang kalian lakukan. Dia pasti mencurigai kita sekarang. Pasti.”, tegas Romeo.

“Cepat atau lambat dia bakal tahu. Dia tidak sebodoh itu. Hanya sekarang dia kalah jumlah. Satu lawan dua belas.”, ujar Arelia.

“Dia belum tentu bersalah. Jangan berkata seolah-olah dia pasti adalah orang itu. Dan meskipun menjadi anak dari seorang pembunuh bukan berarti ada yang salah dengannya.”, jelas Samantha. Arelia menatap Samantha tidak percaya.

“Aku bukan tidak sepaham denganmu Arelia. Cuma ini adalah salah satu pemenuhan ego kita semata. Yang telah haus akan misteri. Kau pasti juga sependapat denganku kan?”, ujar Samantha.

Arelia tampak berpikir. Meskipun pelan, akhirnya dia mengangguk. “Kau mungkin benar, Samantha.”, ujar Arelia.

“Aku yang akan menjebaknya.”, ucap Arelia mantap. “Maksudmu? Bagaimana?”, tanya Johnny.

“I will seduce him.”, Arelia mengerling. Johnny menatap Romeo ngeri. Romeo tampak sangat terkejut mendengar hal itu.

“Dia tanggung jawabku dan Johnny. Kali ini kau tidak perlu ikut campur.”, Romeo akhirnya buka suara.

Arelia menatapnya dengan tatapan ganas. Romeo tidak memalingkan muka dan tetap melihat wanita itu. Seolah-olah dia adalah seekor singa yang sedang mempertahankan teritorialnya.

“Semakin lama, sikapmu semakin menyebalkan Romeo. Kau dan aku tidak…”, kalimat Arelia terhenti saat ia menyadari beberapa yang lain menatapnya dengan penuh rasa penasaran.

“Malam itu kau tampak menikmatinya.”, Romeo beranjak dari sofa tempat Ia duduk sedari tadi.

“Listen. Aku tidak perduli semua yang kau lakukan, Arelia. Tapi aku hanya tidak suka kau berada dalam bahaya.”, Romeo berbicara sambil memunggungi mereka semua kemudian berlalu.