Keesokan hari setelah selesai membaca Buku Diary Aning, gue tersadar dengan saat itu tengah berada di salah satu ruang instalasi Rumah Sakit, kurang tau juga penyebabnya, yang pasti ketika terbangun gue temukan tubuh gue sudah mengenakan baju rawat sedang salah satu lengan gue telah tertanam infus, beberapa waktu segera datang disana seseorang yang untuk hari itu bahkan mungkin hingga seterusnya sebenarnya ingin sekali gue hindari, orang yang dulu dikala gue butuhkan dan inginkan kehadiranya disamping gue justru menghilang
Begitu dia datang, lekas saja dia menuju ke arah gue, selanjutnya menjatuhkan pelukanya dan menumpahkan tangisanya di bahu gue, tapi saat itu gue sedang tak benar2 menginginkan air mata penyesalanya, bahkan tak sekalipun menginginkan dia hadir dikala itu, karena dia hadir ketika semua telah terlambat, ketika gue telah banyak kehilangan
Quote:
Astri : Mas, maafin adek ya yang baru bisa menemui Mas sekarang
Gue: Hmm…. iya, gak pa2 kok, Mas ngerti jika mungkin kamu sangat2 sibuk sehingga gak ada waktu lagi buat Aku?
Astri : Mas….! kenapa? Mas marah sama Adek? Adek emang udah bikin salah apa?
Gue : Gak juga kok, kamu gak salah, kamu bahkan selalu benar, andaipun kamu salah itu bukanlah kesalahanmu tapi kesalahan Mas, karena kamu gak boleh salah, sebab yang berhak dan boleh salah hanyalah Mas!
Astri : Mas…! sumpah Adek sungguh gak ngerti deh, Mas kenapa sih sebenernya?
Gue : Mas gak kenapa2, kamunya aja yang suka sensitive, Mas hanya mengatakan yang ingin Mas coba katakan aja, jadi gak ada itu kenapa2
Astri : Tapi kenapa Mas seperti sedang marah2 ke Adek, seperti menyindir2?
Gue : Oh…. baguslah jika kamu ngerasa, padahal sumpah Mas gak berniat seperti itu loh
Astri : Mas jujur deh, ada apa sih sebenernya dengan Mas, hari ini kok aneh banget?
Gue : Mas gak ngerasa ada yang aneh, mungkin kamu aja yang berlebihan menganggapnya
Astri : Cukup Mas……! kalau begitu Adek pulang sekarang!
Gue : Oh begitu … ya udah silahkan!
Astri : (tadinya dia sempet keluar, tapi gak begitu lama balik lagi) Mas beneran! Adek udah capek ya! cukup ya maen2nya! kenapa Mas gak coba tahan pas tadi Adek mau pergi?
Gue : Lah nahan buat apa? orang tadi kamunya sendiri kan yang berkeras mau pulang?
Astri : OK cukup! Adek udah ngerti! sekarang gini aja! anggaplah jika Adek memang ada atau pernah memiliki salah ke Mas, yang mungkin tak sengaja telah menyakiti Mas, Adek benar2 meminta maaf sebelumnya, tapi tolong setidaknya kasih tau dimana letak kesalahannya, silahkan tunjukkan ke Adek!
Gue : Mas sangat hargai itu, hanya aja Mas gak bisa memberitahumu, silahkan aja untuk kamu cari tau sendiri, masih ada banyak waktu sebelum nanti kamu benar2 telah siap untuk bicara ke Mas
Astri : Maksudnya? apakah setelah hari ini Mas menghendaki kita gak bertemu dulu? seperti itu? OK fine! tapi paling tidak kasih Adek sebuah alasan!
Gue : Gak ada sebuah alasan, hanya sementara ini Mas butuh waktu buat sendiri dulu!
Astri : Bagi Adek itu bukan sebuah alasan, bagaimana bisa Mas memutuskanya sepihak tanpa persetujuan Adek lebih dulu, kenapa Mas begitu egois?
Gue : Oh, bukankah justru sebaliknya? sepertinya malah Mas yang selalu mendapatkan perlakuan egoismu, belakangan ini Mas udah cukup bersabar dengan selalu menuruti setiap permintaanmu, dan selalu mengabulkan semua keinginanmu, apakah yang demikian masih kurang untukmu? kenapa disaat Mas kemudian menuntut yang sebaliknya, terasa tak adil buatmu, lantas kapan keadilan itu ada buat Mas?
Astri : Jadi, pada akhirnya Mas kecewa dan menyesal selama ini telah bersamaku?
Gue : Jangan pernah menyimpulkanya sendiri! apa pernah sebelumnya Mas mengatakan yang seperti itu? Mas gak pernah menyesal dengan pertemuan kita, tentang hubungan yang sedang kita jalin, jika itu memang bagian kecil dari jalan takdirnya untuk kita, hanya yang tak bisa Mas mengerti adalah tentang reaksi dan tindakanmu ketika menghadapi sebuah masalah, kenapa setiap kali ada masalah kamu seperti takut, seakan menghindar dan sembunyi, selebihnya kenapa di waktu2 yang Mas butuhkan kamu selalu gak ada dan menghilang? intinya hanya tentang waktu dan keadaan, selebihnya Mas gak ada masalah
Astri : Baik, Adek sepenuhnya sadar kok bahwa mungkin Adek masih mempunyai banyak kekurangan, walaupun sebenarnya adek sudah berusaha untuk menjadi yang sempurna untuk Mas, jadi untuk hubungan kita kedepan Mas menginginkanya seperti apa?
Gue : Jika saja Mas bisa menemukan cara untuk mencegah hubungan ini tak berakhir, Mas pasti akan mencobanya, namun entahlah sejak kepergian almarhumah Mas seperti kehilangan rasa untuk mencintai lagi, jadi daripada kamu nanti mendapatkan sesuatu yang tak seharusnya kamu dapatkan lebih baik kita break dulu, kita istirahatkan sementara hubungan kita, Mas perlu waktu untuk kembali meyakinkan diri Mas untuk mencoba membina hubungan denganmu lagi, dan sebaliknya waktu yang sama kuberikan padamu semoga dipertemuan kita selanjutnya kamu telah berubah, kita saling instrospeksi dulu masing2 sampai kita nanti dipertemukan kembali dalam suasana dan keadaan berbeda, dimana kita telah siap mengambil langkah selanjutnya
Astri : Baiklah jika itu memang keinginan Mas, tapi masih ingatkah Mas dengan janji Mas dulu? janji di hadapan mendiang Ibuku untuk selalu menjaga dan melindungiku, janji kepadaku bahwa apapun yang mungkin terjadi padaku dan berubah menjadi apapun aku setelah itu, Mas berjanji tak akan pernah meninggalkanku, semoga saja Mas belum lupa! baiklah sampai jumpa di kesempatan berikutnya, semoga penantianku kepada Mas tak sia2! (selajutnya mencium tangan gue, pamit dan kemudian meninggalkan ruang perawatan gue)
Gue : (pernyataanya saat itu sama sekali tak sanggup gue jawab, sumpah gue benar2 lupa bahwa dulu gue pernah menjanjikanya seperti itu) semoga kamu akan baik2 saja, satu tahun bukan waktu yang lama kok, Mas janji secepatnya jika Mas sudah memiliki jawaban dan alasan untuk bisa menerimamu lagi, Mas akan langsung menghubungimu
Astri : (tak dijawab, hanya tangisan yang gue dengar selanjutnya)
4 bulan sejak percakapan terakhir gue dengan Astri ketika itu, selanjutnya sama sekali tak ada komunikasi/ kontak lagi denganya, kita baru bisa dipertemukan kembali secara tak sengaja ketika kita sama2 menghadiri resepsi pernikahan Doni a.k.a Beruk dan Putri, walau kami berada di tempat yang sama ketika itu tapi kami memutuskan untuk tak memilih duduk dalam satu bangku, Astri lebih memilih duduk bersama seorang lelaki kala itu yang gue kurang tau apa hubungan mereka, sedang gue sendiri kebetulan datang ditemani Nisa, (atau lebih tepatnya dipaksa menjemput dia ke rumahnya), sebuah suasana yang benar2 canggung waktu itu, dimana kami duduk namun dengan pasangan masing2, beberapa kali dia kedapatan melirik ke arah gue disertai sedikit reaksi seperti orang cemburu, beberapa kali juga dia justru seperti mencoba beradegan mesra dengan pria disebelahnya, entah apa yang waktu itu dimaksudkanya, apakah dia sedang mencoba memanas2iku? ingin mencoba segera lepas dari suasana canggung tersebut selanjutnya gue memilih mencoba mengajak ngobrol orang disebelah gue yang tampak asyik mencicipi jamuan malam itu, alangkah beruntungnya gue malam itu, Nisa juga berdandan tak kalah cantik dengan Astri, sehingga gak malu2in saat dibawa, tapi bukan berarti gue tertarik dan menjatuhkan pilihan padanya
Quote:
Gue : Nis! lo kenal sama cow disamping Astri itu?
Nisa : Iya, namanya Endra, kelihatanya beberapa hari ini memang mereka lumayan deket, mungkin mereka pacaran, kenapa? bukankah kalian katanya sudah resmi putus ya? jadi lo belum bisa move on Gri? kenapa gak coba terima orang lain aja, gue misalnya, gue siap bantu lo buat lupain dia, gimana? (ternyata keputusan gue untuk mengajak Nisa kala itu benar2 pilihan yang bodoh, gue gak sangka bahwa selama ini dia masih mengharapkan gue)
Gue: Eh, siapa bilang, sebenarnya kita belum putus kok, gue hanya meminta waktu pada Astri bila mungkin belum sanggup menjalani hubungan seperti biasa, semenjak kepergian almarhumah
Nisa : Udah pasti si Astri sendiri yang cerita, emang lo gak pernah mikir ya dengan dia sekarang menggandeng orang lain aja sudah menjelaskan bahwa dia gak setia, lagian kalo kalian belum putus mana bisa dia bebas menerima orang lain saat ini, mikir Gri! lo itu udah di khianatin si Astri
Gue : Tapi kok gue gak percaya sama omongan lo ya, pasti lo punya motif dan maksud tertentu? mungkin lo seneng jika seandainya hubungan kita bubar, yang kemudian lo menawarkan diri lo sebagai gantinya, begitukan rencana lo sebenarnya? maaf gue udah bisa tebak jalan pikiran lo
Nisa : Memang apa salahnya gue berusaha mewujudkan apa yang gue inginkan, sadar Gri gak ada cew lain didunia ini yang bisa seperti gue, yang dengan sabar selalu ngebela dan selalu peduli dengan lo, selalu ada disaat lo butuhkan, walaupun sebaliknya perlakuan lo ke gue, gue terima kurang sewajarnya, gue kurang dimananya sih menurut lo, hingga lo tetep gak bisa terima gue, jika lo ingin gue seperti orang lain, OK gue siap Gri, lo pengen gue seperti Astri gue juga sanggup, asal lo bisa terima gue disamping lo
Gue : Cukup Nis, baiknya obrolan ini gak usah dilanjutkan, asal lo tahu kenapa gue gak bisa terima lo? karena gue gak ada alasan untuk bisa tertarik ke lo, gue anggep selama ini lo cuman seorang sahabat dan gak lebih, sedang tentang Astri sampai kapanpun lo gak akan pernah bisa untuk gantikan dia
Nisa : Susah emang ya lo dikasih tau, apa sih yang masih lo harapkan dari dia, jelas2 dia udah gak setia sama lo, perlu bukti apa lagi? kalau kalian belum putus, kenapa dia bisa terima orang lain sedangkan masih memiliki hubungan dengan lo
Gue : Setia atau gak nya yang tahu hanya kita berdua Nis, tapi dalam hati gue, gue masih yakin bahwa Astri sebenarnya tak seperti itu, dia pasti punya alasan sendiri kenapa melakukan itu, dan tentang alasanya itu yang belum bisa gue ketahui untuk sekarang
Nisa : Gri demi Allah gue menyesal terlahir sebagai gue yang sekarang, andaikan gue bisa terlahir sebagai Astri, akan kupastikan bahwa gue gak akan pernah ninggalin lo, gak akan pernah khianatin lo, dan gue akan selalu setia ke lo, sungguh bodoh lo As kenapa lo bisa menyia2kan seseorang seperti Agri, yang telah beruntung lo dapatkan, bodoh, bodoh, bodoh Astri bodoh, benar2 bodoh
Tak berapa lama muncul pengumuman dari MC acara dimana waktu itu adalah tepat sesi foto, waktu itu nama gue dan Astri dipanggil untuk memenuhi undangan foto oleh mempelai, yang beberapa saat selanjutnya gue dan Astri terlibat saling pandang, gue gak sanggup membayangkan moment awkward yang terjadi nanti di atas panggung, belum sempat berpikir dan menimbang2, yang berikutnya terjadi sungguh diluar dugaan, Astri waktu itu justru malah menggandeng cow disebelahnya untuk menuju kepanggung, sedang gue sendiri, apa daya dengan sangat terpaksa juga turut menerima uluran tangan Nisa yang kemudian juga menyusul mereka ke panggung, segera saja kami menempati spot yang diinginkan sang fotographer, jadilah kami disana berpasang2an, sebuah aba2 sudah dimulai sampai suatu saat Beruk menginstrupsi
Quote:
Doni : Eh bentar2 Mas fotographer, ada yang salah nih komposisinya, bentar saya minta waktunya (kemudian segera menghampiri gue kemudian Astri kami disuruh menukar pasangan, dan jadilah akhirnya moment akward yang gak gue harapkan itu terjadi juga, sekarang posisi gue jadi disamping Astri, sedang si Nisa jadi bersama cow yang bersama Astri tadi)
Berikutnya Beruk sedikit berbisik kepada kami, "gue gak tau ya apa yang terjadi, dan apa yang salah dengan kalian, tapi untuk saat ini gue minta banget untuk kalian berdua bisa akur ya, paling tidak sampai nanti sesi foto selesai, karena gue pingin punya sebuah kenang2an bersama kalian sahabat2 gue, dihari bahagia gue ini, apakah terlalu berlebihan menurut kalian, semoga saja kalian gak keberatan!" karena mungkin gue dan Astri gak enak yaudah kita iyain aja permintaan Beruk waktu itu, jadilah sesi foto selanjutnya berjalan hingga kurang dari 10 menit, dimana diantaranya ada beberapa capture istimewa buat kita, (permintaan spesial dari Beruk, nih anak kali sengaja mungkin waktu itu kerjain kita), ada mungkin 10 shot kalo gak salah hingga kita akhirnya dipersilahkan untuk turun kembali, sebelumnya gue ucapkan selamat ke Beruk dan Putri atas pernikahannya semoga langgeng dan menjadi keluarga samawa, sedang Beruk malah kembali menasehati gue, "gue gak sangka bahwa selama ini gue berteman dengan seorang yang bodoh, bodoh sekali gue bilang untuk seseorang yang telah menyia2kan sebuah kesempatan, sampai kapanpun lo gak akan mungkin mendapatkan kesempatan yang sama, gak akan mungkin lo masih memiliki sebuah pilihan, karena sejatinya satu2nya pilihan yang tepat dan benar itu hanyalah Astri, jadi baik2inlah dia lagi, jangan kalian malah bubar" segera gue tinju saja salah satu lengannya selanjutnya menjawab pertanyaaanya, apa dari diri gue yang masih bikin lo khawatir Ruk! lo pasti tau kan bahwa gue ahlinya mengatasi segala masalah, tenang aja anggep masalah udah beres sama gue, yang dijawab selanjutnya olehnya, "kampret sakit woi kebiasaan lo"
Berlanjut setelahnya, begitu kami telah mengakhiri jamuan makan, kami pun segera pulang masing2, praktis setelah malam itu hubungan komunikasi gue dan Astri kembali lagi terputus seperti sebelumnya, beberapa hari semenjak dari itu gue mendapat paket pos dari Beruk berisi beberapa foto2 gue dulu bersama Astri ketika diacara resepsinya, dan sebuah surat bertulisan tangan, foto2 itu tentunya sudah dengan beberapa rekayasa dan editan disana sini, atau sengaja di crop pas bagian foto wajah kita berdua, sedang dalam isi suratnya dia berkata :
Quote:
Sebaik-baik teman ialah yang saling mengingatkan, mungkin ketika saat ini kamu telah jauh melangkah sedang yang kamu perbuat justru adalah sebuah kesalahan, tanggung jawabkulah untuk kemudian menyadarkan dengan memberi sedikit nasehat, tetap tak bosan kembali kuingatkan bahwa dulu kamu telah berada di jalan yang benar, bersama Asri tentu saja hidupmu sudah sangat sempurna, jadi aku gak habis pikir jika selanjutnya kalian malah berpisah, tak perlu alasan juga bantahanmu, karena sendirinya kamu juga pasti tahu apa yang terbaik yang kamu inginkan untukmu sendiri, jadi jangan pernah berpaling dari hatimu, karena aku tahu masih ada seorang Astri jauh didalam sana, jika kamu masih ragu maka berusahalah agar kembali yakin, jika merasa lemah maka berusahalah untuk menjadi kuat, jika kamu takut berusahalah untuk menjadi lebih berani, namun jika kamu menyerah! maka jangan sebut dirimu lelaki, maka dari itu jangan lelah mencari, jangan berhenti berusaha, juga jangan putus berdo’a dan berharap, kejarlah dan segera dapatkan kembali kebahagiaanmu, wujudkan impian kami sahabatmu, untukmu bisa berbahagia dengan orang yang kamu cintai, Wasssalam Doni & Putri
Walau sempat terharu setelah membaca surat dari mereka, tapi gue gak bisa terus lantas mengabulkanya, karena gue sendiri masih belum siap, karena hati gue belum bisa gue gunakan semestinya, belum bisa gue gunakan untuk menerima orang lain, karena hati gue udah begitu parah terluka setelah kepergian Almarhumah, gue belum bisa ikhlas menggantikanya dengan orang lain walaupun mungkin kepada Astri sekalipun
Waktu demikian cepat berlalu, hingga tak terasa setahun sudah terlewati, sampai akhirnya gue telah dinyatakan lulus dari sekolah SMK swasta tempat gue belajar saat itu, kelulusan tentunya dirayakan dengan sangat meriah oleh beberapa teman2 seangkatan gue, namun tak begitu dengan gue, disaat beberapa orang teman gue mengisi acara kelulusan dengan berkonfoi dan mencorat-coret baju seragam, pagi sekitar jam 9 gue sudah meninggalkan area sekolah yang kemudian langsung menuju ke sebuah tempat, tempat dimana gue pernah mengantarkan seseorang yang sangat gue sayang untuk beristirahat selama-lamanya
Tiba di gerbang masuk area makam gue segera menangkap adanya sebuah obyek yang janggal, seperti ada seseorang yang lebih dulu tiba disana tengah duduk2 disebelah makam Aning, sama halnya seperti gue waktu itu dia masih mengenakan seragam sekolahnya, perlahan2 kudekati dia hingga kemudian gue dapat memastikan siapa? seorang cew kenalan gue juga Almarhumah, orang yang sama yang selama setahun ini gue memilih memutuskan kontak dengannya, bagaimana bisa dia sampai disini, bagaimana bisa dia tahu tempat ini, bukankah dia dulu tak ikut melayat, terus apa yang sedang dikerjakanya saat itu disana? datang bersama siapa dia kesini? pertanyaan2 yang kemudian terngiang di kepala gue, tak mau penasaran, sedikit demi sedikit gue coba dekati dia hingga akhirnya dapat gue dengar bahwa dia seperti sedang menangis, beberapa kali sempat seperti berbicara sendiri
Quote:
Astri : Ning demi apapun di dunia ini, gue benar2 ingin meminta ampunan dan maaf dari lo, selama ini gue sadar bahwa gue telah banyak bersalah ke lo, ibarat bila kesalahan gue dapat dituliskan, mungkin tak cukup hanya selembar kertas, bahkan berjilid2 buku pun tak dapat untuk menyimpannya, gue gak bisa penuhi satu2nya harapan lo untuk terus mendampingi Agri sepeninggal lo, gue gak bisa wujudin itu semua Ning, dan karena itu gue sangat menyesal (menangis) kali ketiga gue kemari saat ini, juga sebenernya karena gue mau bilang ke lo bahwa gue ingin menyerah, gue udah capek terus mengharapkan Agri, gue udah gak sanggup lagi memperjuangkanya, sangat sulit bagi gue untuk bisa buat dia kembali seperti dulu lagi, jika lo ingin tahu alasanya Ning, saat ini dia udah jauh berubah, dia udah gak seperti dulu lagi, saat ini dia bahkan udah gak punya rasa sayang seperti dulu ke gue, untuk itulah gue datang kemari meminta ijinmu, jika mungkin lo ijinkan gue akan benar2 berusaha melupakanya, gue akan menjauh dari hidupnya selama2nya (kembali nangis)
Astri : Gue tau jika di dalam sana mungkin lo juga gak akan rela, tapi sudah cukup yang telah gue rasakan Ning, mencintainya selama ini telah banyak melatih gue untuk bersabar, tapi sabar juga pasti ada batasnya kan, tak peduli kesusahan dan kesulitan yang terus gue lalui untuk memperjuangkanya, gue akan ikhlas selama itu dapat berbalas, tapi kenyataan itu memang demikian tak mudah, banyak hal yang akhirnya membuat kita semakin berjarak, banyak sebab yang membuat kita kemudian tak dapat bersatu
Astri: Kenapa lo beri gue tanggung jawab yang demikian besar Ning! yang sangat mustahil untuk dapat gue wujudkan, jika waktu dapat terulang, gue ingin sekali menggantikan tempat lo saat ini, biarlah gue aja yang waktu itu pergi, jika kepergian gue dapat membuat kalian berdua bahagia, tapi kenapa malah menjadi sebaliknya, kenapa lo biarkan gue yang harus menanggung beban ini, menanggung sebuah janji kepada lo yang sangat sulit untuk dapat gue tepati
Sampai dia menyelesaikan bicaranya, sama sekali dia tak merasakan kehadiran gue saat itu disana, yang bahkan sempat menguping sedikit atas pengakuanya, dia lebih2 kaget ketika setelah mendapat sebuah tepukan lembut tangan gue di pundaknya, kehadiran gue saat itu nampaknya juga tak bisa menenangkanya dari tangisnya, justru perasaan canggung yang kemudian segera saja menghinggapi kami sepanjang hari itu, bagaimana tidak! berjumpa kembali dengan seseorang yang telah lama gak kita temui, pantas aja akan membuatnya seperti demikian, terlebih dengan seseorang teristimewa di hidup kita dahulu, walaupun sebelumnya memang ada sebuah masalah yang melatar belakangi kita berpisah