Akhirnya 3 K 1 K dibuka lagi....makasih momod...you are the best
Ane cuma pengen nostalgia sama thread ini.....kisah perjalanan hidup ane yang gak akan pernah berakhir.
Seperti yang ane selalu bilang. Kisah ini mungkin berakhir. Tapi Cerita hidup ane akan terus lanjut
Sekalin nostalgia......sekalian ane update satu part 3 K 1 K......selamat menikmati
Quote:
CERITA 13 LEMBAR BARU
PART 1
April 2016
Pagi itu, aku pijakkan kaki halaman parkiran . Di sela-sela paving, rerumputan tumbuh cukup subur. Gak banyak mobil yang parkir disini. Mungkin Karena hari ini hari sabtu, perkuliahan diliburkan, Nampak beberapa mahasiswa berjalan melintasiku. Mata mereka sayu,pakai kaos oblong, rokok kretek di tangan. Nampak sekali baru bangun karena begadang. Mungkin habis main kartu atau nonton bola. Aku tersenyum geli, membayangkan diriku beberapa tahun lalu seperti mereka.
Bangunan dua lantai berdiri gagah di depanku. Dua pot dengan tanaman hias nangkring di terasnya. Pintu kaca dua pintu dengan engsel berderit. Tiang kokoh dengan permukaannya yang retak sana-sini.
Kampus sipil ini nyaris gak berubah pikirku. Semuanya masih sama seperti dulu. Meja beserta kursi panjang di sebelah himpunan, papan mading biru yang dipenuhi jadwal perkuliahan, jadwal ngumpulin tugas,informasi kegiatan gak jelas, sampai pengumuman kehilangan barang-barang.
Aku mengitari meja panjang di sebelah himpunan itu, menyentuh kursi panjangnya yang dingin karena udara pagi. Lagi-lagi aku tersenyum geli membayangkan pasukan kontrakan sedang duduk disana. Bang Tyo dengan kaos oblongnya sibuk ngomongin target tante-tantenya sambil mengunyah tahu isinya, Dota yang tentu saja sibuk dengan game onlinenya, Yanu yang tertidur pulas sampai air liurnya netes di meja, Dedi dengan HP yang mendedangkan lagu dugem asik goyang-goyang sendiri kayak kuda lumping kesurupan. Sementara aku disini menatap bayangan mereka dengan kerinduan dan udara pagi khas Malang seseorang nyeletuk disampingku.
“Permisi yo mas, aku mau ngecharge hape” Seorang mahasiswa ceking, kurang tidur berbicara disebelahku
“ Eh...maaf...maaf, silahkan” ujarku ternyata posisiku menghalangi colokan yang tertempel di dinding.
“ Nyari siapa mas. Dari tadi aku perhatikan jalan-jalan sendiri muterin kampus.”
“ Gak nyari siapa-siapa kok, cuma mau nostalgia aja di sini sekalian ada urusan. Nungguin temen lama ” jawabku
“ Oooo...gitu. Sepurane mas, mbien angkatan piro ? (maaf mas , dulu angkatan berapa ?)”
“2007. Kalo kamu ?”
“2013 Mas. Roni” ia mengulurkan tangannya
“Rian” jawabku sambil membalas juluran tangannya. “ Gimana kabar kampus ?”
“ Ya gini-gini aja mas.”
Lalu aku dan Roni pun mengobrol tentang keadaan kampus. Lumayan ada teman mengobrol. Ditemani dua kopi hitam, ternyata dari cerita Roni cukup banyak yang berubah di kampus tercinta ini. Sudah mulai banyak dosen-dosen muda yang mengajar. Dosen-dosen tua (termasuk dosen kilernya) sudah banyak yang pensiun.
Roni terbelalak hampir menumpahkan kopi di mulutnya. “Jadi itu pas tahun mu mas ?! Siapa yang gak kenal kebiadaban Pak Jamban. Ceritanya udah kayak legenda buat mahasiswa disini lo mas” ujarnya setelah aku menceritakan kasus Pak Jamban.
“ Katanya Pak Jamban di jebak sama seorang mahasiswa hacker kelas kakap, tapi itu Cuma rumor sih mas. Banyak cerita simpang siur lainnya. Emang gimana sih mas cerita sebenarnya ?”
Gue tersenyum penuh arti. “ Entahlah. Namanya juga rumor. Terserah cerita mana yang kamu percaya.” Kataku sambil menyeruput kopi di cangkir. Aku jadi keinget Yusa. Manusia robot paling jenius yang pernah ku kenal. Membayangkan kehidupan dia, mungkin dia sudah melalangbuana ke semua tempat. Sibuk dengan hidupnya yang hanya dia yang tau maksudnya. Aku membayangkan lembaran angka-angka rumit dan bahasa kode di layar rumahnya dulu. Tatapan meyelidiknya yang membuatku gak behenti bergidik atau mungkin dia sedang di dekat sini ? memperhatikanku di kejauhan dengan laptop portable di depannya. Aku menoleh kesana kemari sejenak, bulu kudukku meremang yang aku yakin gak ada sangkut pautnya dengan hembusan dinginnya pagi. Entahlah.....
Setengah jam berlalu larut dalam obrolan ringanku dengan Roni, tiba-tiba seseorang di belakangku menjitak kepalaku cukup keras sampai mataku berair. “ Woy arek ilaaaaaang ! “ suaranya tak banyak berubah. Aku berdiri, membalikkan badan dan menatapnya. Masih Dedi yang sama yang ada di depanku cuma sekarang badannya agak gemuk.
“ Deeeedi....” ujarku takjub sambil memeluknya heboh. Sementara Roni yang tiba-tiba merasa tak dianggap memandang kami masgul. Sambil agak menjauh. Dipikirnya aku dan Dedi pasangan LGBT kali yaaa hehehehe...
“Mas mas, pamit yooo....mau pulang ke kosan”
“Ya....hati-hari Ron. Suwun kopinya” ujarku melambaikan tangan.
Roni meninggalkan aku dan Dedi disini, di kampus ku yang penuh dengan cerita.
“Kamu gemukan sekarang Ded” aku membuka obrolan
“Kamu juga Yan.” jawabnya. Sama-sama tak bisa menutupi perut tambun kami. Kami larut dalam tawa, membayangkan zaman perjuangan 9 tahun lalu saat akhir bulan melanda, dompet tentu menipis sehingga kami rela makan nasi sayur dan tempe sebungkus beramai-ramai.
“Itu kan dulu Ded. Sekarang kita udah punya penghasilan sendiri-sendiri. Manusia pasti berubah bro”
“Masih kerja ngurusin jalan Yan ?”
“Ya masih lah....” jawabku
“Kamu tuh ya ngapain ngurusin jalan. Kambing tuh di gemukin” ujarnya becanda.
“ Ketimbang kamu ngapain meriksa keuangan. Wong uang nya gak sakit. Otakmu tuh yang sakit” balas ku
“Enak aja cok ! aku udah di jalan yang lurus nih.” Ia menepuk perutnya yang sedikit tambun. Aku membalasnya tersenyum melihat metamorfosa Dedi. Gak ada lagi Dedi yang kerjanya mabuk-mabukan dan dugem saban malam. Kami pun melanjutkan nostalgia kami. Saling menghina kebodohan kami dahulu. Tak terasa waktu melaju bukan main. Matahari sudah hampir di atas. Untung panasnya dihalangi oleh pepohonan besar di dekat kami.
“Eh....hampir lupa Ded.” Aku mengeluarkannya dari tas lantas menyerakan selembar undangan merah pada sahabatku ini. Seketika ia memegangnya dan menatapnya dengan takjub, seketika juga matanya berkaca-kaca.
“Ya elah....kok malah ente yang mewek. Kan aku yang mau nikah cok !” protesku
“Aku gak nyangka aja Yan. Perjuanganmu selama ini akhirnya berbuah manis ya.. Aku gak tau harus senang atau sedih. Senangnya karena dua hari lagi Rian yang dulu aku kenal mulai memasuki hidup baru. Sedihnya karena aku gak bisa hadir pas acara nikahanmu Yan.”
“Yaaach....tega bener Ded.” Kini giliranku yang kecewa. Membayangkan bahwa di saat hari bahagiaku nanti, sahabatku gak ada yang hadir. Bang Tyo menemani istrinya yang hamil besar. Dota pun harus menjaga Retno yang beberapa hari lagi akan melahirkan. Yanu tidak bisa meninggalkan pekerjaan percetakannya di Balikpapan
“Sori banget.Aku juga maunya hadir Yan. Cuma mendadak beberapa hari yang lalu aku dapet kabar dipindahtugaskan ke sulawesi. Gak bisa diundur lagi. Besok pagi aku berangkat. Makanya aku datang sekalian pamit. Aslinya gak enak sama kamu Yan. Aslinya mau ngomong pas di telpon aja.”
Aku terdiam sejenak lalu menjawab “ Gak apa-apa Ded. Aku paham banget.Namanya juga tugas negara. Aku doakan kamu sukses disana Ded.”
“Kamu juga Yan. Semoga acara pernikahanmu lancar. Jangan aneh-aneh.Selalu inget perjuanganmu buat dapatkan dia. Kalau sampai ada apa-apa sama Sari. Aku ama anak-anak gak bakal tinggal diam.” Ujarnya berapi-api setengah becanda sambil pasang tampang preman.
“Salam sama Sari juga ya. Semangat Yan. Jangan sedih. Percaya deh awalaupun kami gak hadir buat kamu. Doa kami tetap ada menyertaimu .” Ucapan Dedi setidaknya membuat hati ini ringan. Seringan angin yang menelisik dedaunan di sekitar kami. Aku memandang langit biru dengan awan tipis berarak. Membayangkan bentuknya menjadi seseorang dari masa lalu yang pernah berarti bagiku. Membayangkan senyumannya jika ia masih hidup.
....dan Setidaknya Vania di atas sana juga pasti seneng liat sahabatnya bahagia” tukas Dedi menjawab tatapanku kepada langit. Aku mengangguk setuju.
Benar kata Dedi. Aku selalu percaya sahabat sejati akan selalu hadir buat kita. Bukan wujudnya, bukan kehadirannya. Tapi doanya yang akan menyertai setiap langkah kita.....
(BERSAMBUNG)
Part 2 besok disambung lagi yaaa