- Beranda
- Stories from the Heart
Berondongku sayang, i love you, muach
...
TS
citanisa
Berondongku sayang, i love you, muach
Malam..
Kali ini Cita datang dengan cerita fiksi kisah cinta antara Cita dengan Rei. Maaf ya kalau berantakan dan ada failnya, Cita nubi nih, mohon bimbingannya hihihi.
Cita memutuskan tidak akan ada adegan BB+ karena Cita menghargai Rei
Mentari pagi sudah bersinar menyinari kamarku melalui jendela yang sengaja aku buka tirainya. Alarm menunjukkan pukul 5.30 pagi. Dengan langkah gontai aku pergi menuju kamar mandi dan mandi. Cukup 5 menit saja aku mandi membersihkan diri dari iler dan bau badan, hihihihi. Kembali ke kamar dan bersegara berdandan, ku kenakan dress baloon pinkku, lalu blazer hitam kesayanganku, celana jeans hitam dan tentu saja dalaman-dalaman lainnya yang gak perlu aku tulis
"Ibuuuuu, sarapan apa?" tanyaku pada ibu yang sedang menonton berita di depan tv
"Beli aja sana, beli bubur gudeg di Mbah Pur" ibuku memberikan selembar uang Rp 10.000
"Yahhh, giliranku beli bubur nih" batinku sebal
Jadi biasanya siapa yang sudah mandi maka dia yang membeli sarapan, biasanya sih bergantian antara aku dan adik laki-lakiku. Ibuku jarang sekali memasak. Beliau sangay sibuk dengan pekerjaannya, maklum beliau single mom. Yup aku sudah tidak punya ayah, ayahku pergi entah kemana.
Aku keluar rumah dan menuju rumah Mbah Pur, yang hanya berjarak 10 meter saja dari rumahku. Mbah Pur sangat ramah, dan beliau sangat mengutamakan antrian anak sekolah. Yah meski aku sudah lulus SMA tapi Mbah Pur tau kalau aku masih sekolah (kuliah) jadi ya gak ada yang bisa nyalip aku kalau mengantri. Hihihihi.
Begitu sampai halaman depan rumahnya, ku lihat Mbah Pur sedang melayani 1 pembeli saja dan sudah selesai. Lekas-lekas ku hampiri Mbah Pur.
"Mbah nyuwun bubur gudeg, tigo, pedes nggih" sembari ku keluarkan uang Rp 10.000 dari kantung blazerku.
Oh iya artinya "Mbah minta bubur gudeg, tiga, pedes ya"
Mbah Pur pun segera menyidukkan centong untuk mengambil bubur, gudeg, setengah telur uang sudah diiris dan tak ketinggalan krecek pedesnya. Manteb tho
Sepulangku dari Mbah Pur nampak mulai banyak orang berdatangan hendak membeli sarapan juga. Untung aja aku berangkatnya mruput.
Sampai rumah segera ku berikan bubur gudeg pada ibu dan adikku Zoi. Kami sarapan bertiga, setelah itu aku dan Zoi segera berpamitan pada ibu.
Zoi adikku sekolah di SMP Gajah sementara aku berkuliah di Universitas Merah. Karena letak sekolah Zoi dan kampusku lumayan dekat, maka aku harus mengantar jemput dia. Ya jadi kakak yang cantik sekaligus baik buat adik laki-lakinya.
Zoi adikku saat ini duduk di kelas 2, adikku anak yang pintar sebenarnya tapi dia malas belajar. Meski begitu nilainya selalu bagus, heran deh. Sementara aku ya nilai-nilai mata kuliahku standar aja, tapi cukup baik dan gak ada yang mengulang. Saat ini aku semester 4 di jurusan Psikologi.
Tak sampai 10 menit kami sudah tiba di depan pintu gerbang sekolah Zoi. Zoi turun dari motor matic kesayanganku dan berucap
"Nanti gak usah jemput, aku nanti nebeng Herlan sekalian ngerjain tugas"
"Halah, bilang aja mau ke gamenet" selorohku
"Ya itu juga tapi kan beneran ngerjain tugas, bikin mading nih nanti"
"Oke deh, nanti aku bisa nonton deh. Hahahaha" balasku dengan gembira
"Dah kak, aku duluan ya" Zio pamit dan langsung memasuki halaman sekolahnya.
Segera ku pacu motor matic warna pink kesayanganku menuju arah Timur, ke arah kampus Merah.

Kali ini Cita datang dengan cerita fiksi kisah cinta antara Cita dengan Rei. Maaf ya kalau berantakan dan ada failnya, Cita nubi nih, mohon bimbingannya hihihi.
Cita memutuskan tidak akan ada adegan BB+ karena Cita menghargai Rei

Berondongku sayang, i love you, muach
Mentari pagi sudah bersinar menyinari kamarku melalui jendela yang sengaja aku buka tirainya. Alarm menunjukkan pukul 5.30 pagi. Dengan langkah gontai aku pergi menuju kamar mandi dan mandi. Cukup 5 menit saja aku mandi membersihkan diri dari iler dan bau badan, hihihihi. Kembali ke kamar dan bersegara berdandan, ku kenakan dress baloon pinkku, lalu blazer hitam kesayanganku, celana jeans hitam dan tentu saja dalaman-dalaman lainnya yang gak perlu aku tulis

"Ibuuuuu, sarapan apa?" tanyaku pada ibu yang sedang menonton berita di depan tv
"Beli aja sana, beli bubur gudeg di Mbah Pur" ibuku memberikan selembar uang Rp 10.000
"Yahhh, giliranku beli bubur nih" batinku sebal
Jadi biasanya siapa yang sudah mandi maka dia yang membeli sarapan, biasanya sih bergantian antara aku dan adik laki-lakiku. Ibuku jarang sekali memasak. Beliau sangay sibuk dengan pekerjaannya, maklum beliau single mom. Yup aku sudah tidak punya ayah, ayahku pergi entah kemana.
Aku keluar rumah dan menuju rumah Mbah Pur, yang hanya berjarak 10 meter saja dari rumahku. Mbah Pur sangat ramah, dan beliau sangat mengutamakan antrian anak sekolah. Yah meski aku sudah lulus SMA tapi Mbah Pur tau kalau aku masih sekolah (kuliah) jadi ya gak ada yang bisa nyalip aku kalau mengantri. Hihihihi.
Begitu sampai halaman depan rumahnya, ku lihat Mbah Pur sedang melayani 1 pembeli saja dan sudah selesai. Lekas-lekas ku hampiri Mbah Pur.
"Mbah nyuwun bubur gudeg, tigo, pedes nggih" sembari ku keluarkan uang Rp 10.000 dari kantung blazerku.
Oh iya artinya "Mbah minta bubur gudeg, tiga, pedes ya"
Mbah Pur pun segera menyidukkan centong untuk mengambil bubur, gudeg, setengah telur uang sudah diiris dan tak ketinggalan krecek pedesnya. Manteb tho

Sepulangku dari Mbah Pur nampak mulai banyak orang berdatangan hendak membeli sarapan juga. Untung aja aku berangkatnya mruput.
Sampai rumah segera ku berikan bubur gudeg pada ibu dan adikku Zoi. Kami sarapan bertiga, setelah itu aku dan Zoi segera berpamitan pada ibu.
Zoi adikku sekolah di SMP Gajah sementara aku berkuliah di Universitas Merah. Karena letak sekolah Zoi dan kampusku lumayan dekat, maka aku harus mengantar jemput dia. Ya jadi kakak yang cantik sekaligus baik buat adik laki-lakinya.
Zoi adikku saat ini duduk di kelas 2, adikku anak yang pintar sebenarnya tapi dia malas belajar. Meski begitu nilainya selalu bagus, heran deh. Sementara aku ya nilai-nilai mata kuliahku standar aja, tapi cukup baik dan gak ada yang mengulang. Saat ini aku semester 4 di jurusan Psikologi.
Tak sampai 10 menit kami sudah tiba di depan pintu gerbang sekolah Zoi. Zoi turun dari motor matic kesayanganku dan berucap
"Nanti gak usah jemput, aku nanti nebeng Herlan sekalian ngerjain tugas"
"Halah, bilang aja mau ke gamenet" selorohku
"Ya itu juga tapi kan beneran ngerjain tugas, bikin mading nih nanti"
"Oke deh, nanti aku bisa nonton deh. Hahahaha" balasku dengan gembira
"Dah kak, aku duluan ya" Zio pamit dan langsung memasuki halaman sekolahnya.
Segera ku pacu motor matic warna pink kesayanganku menuju arah Timur, ke arah kampus Merah.
Terimakasih banyak buat para pembaca setia sampai bisa masuk TT 3x

Diubah oleh citanisa 13-03-2017 20:54
someshitness dan 5 lainnya memberi reputasi
6
183.7K
964
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
citanisa
#28
Part3: Pojokan Hangat
Kami berdua segera masuk ke dalam teater. Menaiki anak tangga dan menemukan kursi kami yang beneran di pojokkkkkkk.
"Anggi bener-bener kebangetan" batinku marah
Nonton film di pojokkan dah kaya orang mau berbuat mesum aja. Parahnya lagi kan jadi kurang enjoy nontonnya.
Rei sudah duduk di kursi paling pojok, dan aku duduk di kursiku tepat di sebelah seorang om-om.
"Gak bisa tukeran apa, aku yang duduk di situ aja" bisikku
Rei pun menjawab "Kenapa mbak?"
"Ituu, sebelahku dari tadi ngelirik-ngelirik, serem ah, dah cepet sini tukeran"
Aku pun sudah bertukar tempat duduk dengan Rei. Film pun segera dimulai.
Merasa bosan menonton karena mendapatkan kursi yang gak bagus viewnya, aku memperhatikan Rei. Anak SMA yang duduk di sampingku ini manis, lebih tinggi sedikit saja dariku, berpotongan rambut emo dengan poni lemparnya, berkulit putih dan dia mengenakan kacamata dengan frame biru tua.
"Kenapa mbak? Naksir ya?"
"Idih, siapa juga yang naksir sama kamu. Aku tu cuma ngelihatin blazerku yang kamu pakai itu kok muat"
"Dingin mbak?" tanyanya yang melihatku sedikit meringkuk seperti kucing tidur
"Dikit, dah kamu pakai aja blazerku dari pada gak pakai baju"
"Sini tanganmu mbak"
"Eh mau ngapain..!?"
Rei mengenggam tangan kiriku dengan tangan kanannya.
"Hangat tho" ucapnya usil
Film pun usai dan kami segera keluar dan menuju parkiran.
"Jangan lupa lho mbak, besok anter seragamku" ucapnya mengingatkan
"Iya, iya, aku tu masih muda ya, belum pikun"
"Tapi masih mudaan aku tho mbak"
"Zzzzzz suram"
Kami berpisah dan menuju motor masing-masing. Aku yang duluan sampai di pintu keluar membayar parkir dan
"Mbak, dua ya sama motor anak jelek itu lho yang pakai motor matic biru" ucapku pada mbak petugas parkiran, sembari membayar untuk dua motor.
Begitu pintu palang terangkat segera ku pacu motorku dan meninggalkan 31.
Sementara itu
"Maaf mas, tadi sudah dibayar sekalian sama mbak-mbak yang pakai motor pink"
Seorang petugas parkiran menolak uang pemberian Rei.
"Dasar mbak-mbak" batin Rei
"Anggi bener-bener kebangetan" batinku marah
Nonton film di pojokkan dah kaya orang mau berbuat mesum aja. Parahnya lagi kan jadi kurang enjoy nontonnya.
Rei sudah duduk di kursi paling pojok, dan aku duduk di kursiku tepat di sebelah seorang om-om.
"Gak bisa tukeran apa, aku yang duduk di situ aja" bisikku
Rei pun menjawab "Kenapa mbak?"
"Ituu, sebelahku dari tadi ngelirik-ngelirik, serem ah, dah cepet sini tukeran"
Aku pun sudah bertukar tempat duduk dengan Rei. Film pun segera dimulai.
Merasa bosan menonton karena mendapatkan kursi yang gak bagus viewnya, aku memperhatikan Rei. Anak SMA yang duduk di sampingku ini manis, lebih tinggi sedikit saja dariku, berpotongan rambut emo dengan poni lemparnya, berkulit putih dan dia mengenakan kacamata dengan frame biru tua.
"Kenapa mbak? Naksir ya?"
"Idih, siapa juga yang naksir sama kamu. Aku tu cuma ngelihatin blazerku yang kamu pakai itu kok muat"
"Dingin mbak?" tanyanya yang melihatku sedikit meringkuk seperti kucing tidur
"Dikit, dah kamu pakai aja blazerku dari pada gak pakai baju"
"Sini tanganmu mbak"
"Eh mau ngapain..!?"
Rei mengenggam tangan kiriku dengan tangan kanannya.
"Hangat tho" ucapnya usil
Film pun usai dan kami segera keluar dan menuju parkiran.
"Jangan lupa lho mbak, besok anter seragamku" ucapnya mengingatkan
"Iya, iya, aku tu masih muda ya, belum pikun"
"Tapi masih mudaan aku tho mbak"
"Zzzzzz suram"
Kami berpisah dan menuju motor masing-masing. Aku yang duluan sampai di pintu keluar membayar parkir dan
"Mbak, dua ya sama motor anak jelek itu lho yang pakai motor matic biru" ucapku pada mbak petugas parkiran, sembari membayar untuk dua motor.
Begitu pintu palang terangkat segera ku pacu motorku dan meninggalkan 31.
Sementara itu
"Maaf mas, tadi sudah dibayar sekalian sama mbak-mbak yang pakai motor pink"
Seorang petugas parkiran menolak uang pemberian Rei.
"Dasar mbak-mbak" batin Rei
Diubah oleh citanisa 23-04-2016 18:42
sormin180 dan lumut66 memberi reputasi
3