Kaskus

Story

kesshouAvatar border
TS
kesshou
Mr.Mars & Miss.Venus
Mr.Mars & Miss.Venus

Pernahkah kalian bermimpi indah kemudian tiba-tiba terbangung dengan perasaan hampa di pagi hari ?
Pernahkah kalian merasakan bagaimana kehangatan cinta yang ternyata tidak sejalan dengan takdirNYA ?
Pernahkah kalian merasakan ketakutan dalam menghadapi esok ?
Pernahkah kalian merasakan kalau hidup tidak pernah adil ?
Pernahkah kalian merasakan kemarahan saat seseorang yang berharga pergi meninggalkanmu ?
Pernahkah kalian merasakan pahitnya kopi tidak sebanding dengan pahitnya hidup?
Kalau kalian bertanya kepadaku apakah aku pernah mengalami semua itu
maka jawabanku adalah
IYA....!!!!!
Aku pernah mengalaminya, sampai-sampai bosan dan muak dengan semua ini.
Namun saat itu tiba-tiba engkau datang dalam kehidupanku
Seolah memberikan sesuatu yang kucari selama ini
Sebuah jawaban akan semua penderitaan yang aku lalui
Dan
Engkaulah yang berhasil membuat kopi dalam cangkirku terasa manis.
Dan
Engkaulah yang membuat mataku terbuka lebar sehingga aku bisa melihat indahnya takdir Tuhan.


Hidup ini terlalu singkat dan berharga jika digunakan hanya untuk mengeluh dan bersedih.



Spoiler for Index:


Diubah oleh kesshou 17-05-2016 19:35
yusuffajar123Avatar border
SANTO.0281Avatar border
mahrsmello5680Avatar border
mahrsmello5680 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
677.8K
3K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
kesshouAvatar border
TS
kesshou
#585

Chapter 21. Akhir Manis Perjuangan Panjang dan Korban Adelia

“Dian..tunggu bentar.”

“Apaan sih ndre? gue lagi sibuk nih, banyak tugas.!”

“Halah, boong kamu. Aku tau kok itu cuma alasan kamu doang kan buat menghindari dari aku.”

“Kamu kenapa sih ngindarin aku gitu? Memangnya aku ada salah apa sama kamu?”

“…”

“JAWAB YAN.!!!” Ucap gue dengan nada yang agak tinggi.

Bukannya menjawab pertanyaan gue, diandra malah berusaha untuk pergi.

“Yan, tunggu dulu.” ucap gue sambil memegang tangannya.

“Lepasin ndree, sakit..” ucap nya merintih.

“Aku nggak akan ngelepasin sebelum kamu jelasin ke aku kenapa selama ini kamu selalu ngindarin aku. Aku cape yan hampir sebulan ini kamu hindarin kayak gitu, aku juga cape setiap hari selalu ditanyaain bobbi sama kipli terus.”

“…”

“Jangan diem dong yan, masalah nggak akan selesai kalau kamu diem gitu. Aku kan bukan dukun yan, aku nggak akan tau apa masalah kamu ke aku.”

“…” diandra tetap diam membisu. Rada jengkel juga ngadepin orang-orang tipekal kayak diandra ini, sampai gue akhirnya agak sedikit emosi. Gue pun membawa diandra secara paksa ke basecamp. Setelah diandra masuk kedalam pintu pun gue kunci dan kuncinya gue simpan di saku celana.

“Kalau kamu masih nggak mau ngomong juga, aku nggak akan bukain pintu ini.” ucap gue sambil duduk didepan pintu.

“Kamu udah gila ya ndre..!!! sebentar lagi masuk tau. Nggak usah kayak anak kecil deh ndre.”

“Kamu itu yang kayak anak kecil.!!!” Bentak gue. “Apa sih susahnya jawab pertanyaan aku?”

“…”

“Diem lagi..terserah deh, yang jelas kalau kamu nggak jelasin apa masalah kamu ke aku. aku nggak akan buka pintu ini sampai pulang sekolah.” Ucap gue jengkel.

Diandra hanya berdiri diam menunduk, gue nggak tau apa yang ada dipikirannya saat itu. tapi gue nggak peduli, yang gue peduliin sekarang hanya sebuah penjelasan dari mulut diandra atas sikapnya selama ini ke gue.

Gue terus melihat kearah diandra berharap kekerasan hatinya bisa sedikit melunak dan mau memberikan gue jawaban. Gue juga cemas banget ini, soalnya habis istirahat pertama ini kelasnya bu Yanti, guru killer yang bawelnya minta ampun.

Tiba-tiba diandra berjalan menuju kearah gue dan duduk disamping gue dengan melipatkan kakinya kearah kiri, jarak antara gue dan dia ada sekitar 1 meter. Gue tetep diem menunggu kata-kata yang keluar dari mulutnya.

“Maaf…” ucapnya lirik

“Maafin aku ndre…”

“Kamu nggak usah minta maaf ke aku dian, dari awal aku memang udah memaafkan semua kesalahan kamu dian, yang aku minta dari kamu sekarang ini cuma penjelasan kenapa kamu selalu menghindar dari aku. Itu aja, nggak lebih.”

“… Aku juga ngga tau ndre sama sikapku ini.”

“Kok aneh? Nggak mungkin lah yan kamu nggak tau kenapa kamu kayak gini.”

“Entah kenapa saat aku tau kamu lagi liburan bareng adelia dulu, rasanya dada ini terasa sakit.” Ucap diandra memegang dadanya.

“Perasaanku campur aduk ndre..aku sedih..kecewa..marah..aku ngerasa…aneh aja..”

“Tunggu..tunggu..jangan bilang kamu cemburu sama aku?” tanya gue yang mulai bisa membaca situasi.

“…”

“Mungkin…” ucap Diandra lirih.

“…”

Diandra cemburu sama gue?

OMG

Seriously.. ??? gue masih nggak percaya.

“Yan..” ucap gue membuka obrolan

“Ya..?”

“Mau nggak kamu jadi pasangan aku?”

“Maksudnya?”

“Kita jadian.”

“Tapi ndre...”

“Yan, jujur ya aku suka sama kamu sewaktu pertama kali aku ngeliat kamu waktu MOS kemarin dan sampai sekarang pun rasa suka aku ke kamu nggak pernah berkurang sedikit pun.”

“Apa kamu mau menerima perasaan aku ini? ”

“…”

“…”

Aduh, gue rasa bakalan ditolak lagi gue. Ah, masa bodo kalau misalnya ini ditolak, masih ada kesempatan ketiga, keempat, kelima. Gue bakalan nembak lo terus yan, sampe lulus SMA.

“Aku mau ndre..” ucap diandra lirih.

“Hah? Apa yan? Aku tadi nggak jelas dengernya.” Ucap gue

“Aku mau ndre jadi pacar kamu.” Ucap diandra dengan suara keras dan setelah dia menjawab pernyataan gue itu dia langsung tertunduk malu.

“Serius? Jadi kita beneran resmi pacaran nih?” tanya gue nggak percaya. Diandra hanya menggangguk.

Gue bahagia banget, akhirnya gue diterima juga. Masa bodo kalau gue dibilang ngejilat ludah gue sendiri, jangankan ludah, tai aja gue rela ngejilatnya. Yang penting sekarang gue bahagia hubungan gue dengan diandra resmi.

Bel tanda istirahat pun berakhir, gue bersama diandra berlari menuju kelas. Namun ternyata guru diandra sudah berada dijalan menuju kelasnya diandra.

“Ndre, gimana nih bu Yuli udah sampai disana. Aku takut ndre kalau nanti diomelin sama bu Yuli. Bu Yuli itu sering banget ngomelin anak yang baru masuk setelah dia masuk kelas ndre.”

“Tenang aja yan, biar cowo kamu ini yang membereskan masalah kamu.” Ucap gue percaya diri.

“Apaan sih ndre, lebay ah.”

“Hheheehe..ya udah nanti kamu kesana. Aku coba untuk menghadang bu Yuli, nanti kalau bu Yuli udah berhasil aku tahan kamu langsung lari ke kelas ya.” ucap gue.

“Ok. Hati-hati ya ndre.”

“Tenang aja yan. Udah kamu siap-siap disana.” Ucap gue sambil berlari menghampiri bu Yuli.

Bu Yuli ini terkenal bawel dan galak di sekolah gue, agak sedikit rasa takut sih. Tapi gue ini cowo, apalagi sekarang gue udah punya seorang tambatan hati yang lagi butuh perlindungan dan bantuan. Sesaat gue memandang kearah diandra dan melihat wajahnya yang cantik itu. gue pun langsung semangat, keberanian gue pun meningkat, gue ngerasa seperti seorang prajurit yang ditugaskan oleh komandannya untuk melakukan bom bunuh diri.

Hajar bleh,….

Gue pun mengeluarkan sapu tangan gue.

“Bu…Bu Yuli..” teriak gue memanggil bu Yuli. Panggilan gue itu ternyata direspon olehnya, bu Yuli pun berhenti dan membalikkan badannya dia menatap gue dengan sorot mata heran.

“Bu, sapu tangannya tadi jatuh.” Ucap gue sambil menyerahkan sapu tangan.

Bu yuli memandang sapu tangan yang ada ditangan gue itu dan memperhatikannya dengan seksama Sewaktu bu Yuli memperhatikan sapu tangan gue itu, gue segera memberikan tanda kepada Diandra untuk segera menuju kelasnya

“Ini bukan sapu tangan saya.” Ucapnya tegas.

“Masa sih bu? Tadi saya liat ini jatuh dari kantong ibu lho.” Ucap gue dengan nada yakin.

“Ini bukan punya saya.” Ucapnya

“Masa sih bu? Coba dilihat lagi, di inget-inget lagi.”

“Kamu kira saya ini udah pikun.” Ucapnya meninggikan nada.
“Ng..ng..nggak kok bu, saya nggak mungkin kepiran gitu. Apalagi ibu Yuli masih muda, kulit wajah ibu aja masih kenceng gitu.” Puji gue.

“Kamu ngeledek saya.!!!”

“Ng…nggak bu, sumpah. Ya kalau misalnya ibu yakin ini bukan punya ibu, berarti saya salah liat tadi bu. Soalnya mata saya juga udah minus.”

Ucap gue sambil mundur perlahan, apalagi gue lihat diandra udah ada didepan pintu kelasnya dan melambaikan tangannya ke arah gue.

“Ya udah deh bu, saya masuk kelas dulu. Maaf ya bu udah ganggu waktu ibu.” Ucap gue sambil ngacir ke kelas gue dengan senyum keberhasilan. Untung aja bu Yuli itu nggak ngajar gue, kalau dia ngajar gue, kebayang deh hari-hari gue kayak apa.

Gue bahagia banget, terkadang gue tersenyum dan tertawa sendiri tanpa sebab. Sampai-sampai Ega menggangap gue gila dan memukul kepala gue dengan buku cetaknya.

“Sakit woi.” Ucap gue emosi

“Udah sadar lo ya? lo nggak gila kan?” ucap ega

“Lo itu yang gila, tau-tau mukul gue ga.” Protes gue

“Ya elo aneh, ketawa sendiri nggak jelas gitu.”

“Gue lagi seneng tau ga, sini deh gue kasih tau.” Ucap gue sambil meminta ega untuk mendekat ke gue.

“Gue sekarang udah jadian sama Diandra.” Ucap gue senang.

“Serius lo? Diandra anak ipa 4 itu?”

“Hooh.”

“Kok bisa?”

“Bisa dong, apa sih yang nggak bisa buat gue. Hahahaha..”

Plakk..

“Aduh kok lo nampar gue sih ga.”

“Lo tengil sih, bikin gue kesel.”

“Yee…jangan main fisik dong. Sakit tau.”

“Makanya jangan tengil. O iya terus kapan jadiannya?”

“Tadi, waktu istirahat pertama.”

“Serius lo?”

“Iya.”

Akhirnya gue mulai bercerita gimana gue bisa jadian sama diandra, dan ega pun memberikan gue selamat. Ah, gue jadi pengen nyebarin berita ini ke kipli sama bobby deh. Tapi gue harus sabar nunggu istirahat siang nanti.

Dan bel tanda istirahat siang pun berbunyi, gue pun keluar dari kelas dan berlari menuju ke kelas kipli dan bobby, namun ternyata mereka tidak ada disana. Gue cari di kantin juga nggak ada. Ternyata mereka berdua lagi ada dibasecamp sedang duduk didepan meja sambil melihat sebuah bungkusan yang ada didepan meja.

“Eh, lo lagi ngeliatin apa sih bob? Pli? Serius banget kayaknya.” Tanya gue heran

“Ini ndre ada yang lagi baik hati bawain kita makanan.” Ucap bobby.

“Sape bob?” tanya gue

“Adel ndre.” jawab bobby

“Lah kok nggak dibuka?” tanya gue

“Lagi nunggu adel nih ndre, dia lagi ngambil minum di mobilnya.”

“Anjir, berarti pesta dong kita. Kebetulan banget nih kok bisa pas ya.” ucap gue

“Pas apaan?”

“Pas setelah gue jadian sama diandra.” Ucap gue seneng.

“SERIUS LO ?!!!!” ucap mereka berdua

“Serius dong. Lo liat aja wajah gue ini.” ucap gue sambil menunjukkan wajah bahagia.

“Kapan lo jadiannya?” tanya kipli

“Tadi, waktu istirahat pertama.” Jawab gue.

“Eh, tapi inget ya. Jangan sampe adel tau dulu, soalnya perasaan gue nggak enak kalau adel sampe tau ini sekarang.” Ucap gue memperingati mereka berdua.

“Lah, memangnya kenapa?”

“Gue ngerasa bahaya aja. Yang penting jangan sampe adel tau, terutama lo pli. Gue mohon buat kali ini aja, mulut lo jangan ngember dulu.”

“Iyaa…”

“Jangan sampe tau apa sih?” tanya adelia yang sudah berada di depan pintu.

Astagfirullah alazim..!!! gue, bobby dan kipli istigfar karena kaget melihat Adelia yang muncul tiba-tiba.

Aduh nih cewe keturunan jin apa ya, suka banget muncul tiba-tiba. Mana ngagetin mulu lagi, rasanya umur gue makin lama makin ngurang di giniin adel terus-terusan.

“Ng..ng..ngak penting kok del, ya kan pli, bob. Hahahaha…” ucap gue gugup.

“Iya. Hahaha..” ucap bobby yang tak kalah gugup sama dengan gue.

“Eh, del buka dong ini. udah laper nih.” Ucap kipli

“O iya, sampe lupa kan.” Adelia pun berjalan mendekati bungkusan yang terletak diatas meja, dengan perlahan dibukanya bungkusan yang ditutup kain itu. Begitu terbuka, isi dalam bungkusan itu membuat gue menelan air liur. Spagetti porsi jumbo ditambah dengan daging cincang dan saos diatasnya, bener-bener mantep tuh dan saat bungkusan kedua dibuka, isinya nggak kalah mantep. Nasi goreng seafood dengan udang dan cumi yang banyak sekali. Ditambah dengan sebotol cola, sebagai pendampingnya. Siang ini bener-bener pesta besar. Hahaha…

“Ini kamu semua yang buat del?” tanya kipli

“Iya..” ucap adelia senang

What..???

Oh my god..

Otak gue langsung berpikir dengan cepat dan memberikan gue ingatan akan masakan-masakan yang dibuat adelia ke gue dulu. Gue inget kalau masakan adelia itu memang dari segi tampilan bener-bener menggugah selera tapi dari segi rasa ADUH MAMA SAYANG EEE.. mungkin itu lah kalimat pertama yang akan keluar jika yang mencicipinya orang timur seperti Abdur.

“Eh, bentar ya. Gue lupa mau ngambil buku cetak di perpus.”

“Nanti aja lah ndre, makan dulu ini. Ntar di habisin bobby tau rasa lo.”

“Ya udah lah, gue percaya sama bobby nggak bakalan setega itu sama gue.” ucap gue sambil tertawa.

“Hebat kalau kalian bisa ngabisin tuh makanan buatan Adel, gue bakalan sujud di kaki kalian berdua kalau bisa ngabisin tuh makanan terus masih sehat dan ketawa kayak gini.” batin gue

Sorry nih bukannya gue nggak solider pada kalian bro, tapi menyelamatkan nyawa sendiri lebih penting sekarang, gue nggak mau mati dulu sebelum bisa first date dengan diandra saat gue resmi jadi pacarnya kayak gini.

Gue pun segera keluar dari ruangan eksekusi itu, namun gue penasaran pengen tau gimana reaksi tuh dua makhluk yang kelaperan. Jadinya gue dengan sembunyi-sembunyi mengintip dari balik jendela. Entah kenapa saat-saat kayak gini malah bikin gue berdebar-debar, antara
antusias dan takut kalau nanti kepergok sama mereka.

SHOW TIME…

Gue lihat si bobby udah mulai memakan suapan pertama spaghetti dengan lahap, gue heran kok biasa aja reaksinya? Apa Adelia udah mulai sedikit jago masak? Wah, kalau enak sih gue pengen juga nih ikut gabung. Tapi gue masih nggak yakin 100%, gue masih tetap memperhatikan mereka yang lagi makan…dan…akhirnya, gue melihat raut wajah kipli kayak sepet-sepet gimana gitu, bener-bener absurd banget tuh bocah. Hahahah….gue yakin tuh anak ngerasain rasa ganjil masakannya si adel. Tapi kok si bobby biasa aja ya? apa tu anak lidahnya udah nggak berfungsi lagi? gue bingung banget waktu ngeliat bobby.

Tapi selang beberapa menit, gue lihat raut wajah bobby berubah sama kayak kipli, sepet-sepet gimana gitu. Gue puas banget cekikikan di luar ngeliat penderitaan mereka berdua. “Habisin tuh kalau bisa” ejek gue lirih.

“Enak nggak masakanku?” tanya adelia.

“Enak kok del.” Ucap bobby

“Iya del, enak banget. Lo belajar masak sama siapa sih?” tanya kipli dengan wajah sepet tapi tetep dipaksain buat senyum.

“Belajar sendiri sih hasil dari ngeliat mama masak.” Ucap adelia polos

“Ya udah habisin ya, jangan sampai sisa ya.” ucap adelia yang duduk mengawasi mereka makan. Gue bener-bener ngakak ngeliat mereka yang makan sambil di tungguin sama adelia kayak gitu. Gue yakin cara kayak gini efektif banget nih untuk mengintrogasi pelaku kejahatan, jujur aja kalau gue jadi penjahat gue lebih pilih masuk penjara deh daripada suruh makan masakan adel.

“Kok nggak diabisin sih pli?” tanya adelia tiba-tiba.

“Gue nyisain buat andre del, gue kasian sama dia.” Ucap kipli beralasan. Emang kampret tuh bocah, pinter banget cari alasan, pake nama gue dibawa-bawa lagi.

“Tenang aja, buat andre aku udah siapin kok. Aku kan tau kalian ini kan demen banget makan.” ucap adelia sambil mengeluarkan sebuah taperware dari dalam kantong plastik.

“Oh, shit. Wah niat bener tuh adel ngeracunin geng gue, bahaya nih kalau gue masih disini aja bisa-bisa di ultra kill sama adel nih.” Batin gue sambil cepat-cepat pergi dari tempat itu.
Diubah oleh kesshou 19-01-2016 18:43
khodzimzz
khodzimzz memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.