Kaskus

Story

kesshouAvatar border
TS
kesshou
Mr.Mars & Miss.Venus
Mr.Mars & Miss.Venus

Pernahkah kalian bermimpi indah kemudian tiba-tiba terbangung dengan perasaan hampa di pagi hari ?
Pernahkah kalian merasakan bagaimana kehangatan cinta yang ternyata tidak sejalan dengan takdirNYA ?
Pernahkah kalian merasakan ketakutan dalam menghadapi esok ?
Pernahkah kalian merasakan kalau hidup tidak pernah adil ?
Pernahkah kalian merasakan kemarahan saat seseorang yang berharga pergi meninggalkanmu ?
Pernahkah kalian merasakan pahitnya kopi tidak sebanding dengan pahitnya hidup?
Kalau kalian bertanya kepadaku apakah aku pernah mengalami semua itu
maka jawabanku adalah
IYA....!!!!!
Aku pernah mengalaminya, sampai-sampai bosan dan muak dengan semua ini.
Namun saat itu tiba-tiba engkau datang dalam kehidupanku
Seolah memberikan sesuatu yang kucari selama ini
Sebuah jawaban akan semua penderitaan yang aku lalui
Dan
Engkaulah yang berhasil membuat kopi dalam cangkirku terasa manis.
Dan
Engkaulah yang membuat mataku terbuka lebar sehingga aku bisa melihat indahnya takdir Tuhan.


Hidup ini terlalu singkat dan berharga jika digunakan hanya untuk mengeluh dan bersedih.



Spoiler for Index:


Diubah oleh kesshou 17-05-2016 19:35
yusuffajar123Avatar border
SANTO.0281Avatar border
mahrsmello5680Avatar border
mahrsmello5680 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
677.8K
3K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
kesshouAvatar border
TS
kesshou
#484
Chapter 18. Sore Kelabu Steffany


“Ndre…tunggu.” teriak steffany

Gue pun segera menghentikan langkah kaki dan menunggu steffany yang berlari menuju arah gue.

“Anterin pulang dong ndre.” ucap steffany

“Hah? Lah memangnya mobil elo kemana?” tanya gue heran.

“Lagi di bengkel.”

“Terus kenapa nggak minta jemput aja?” tanya gue lagi.

“Tadi pagi gue buru-buru ndre, dompet sama hape gue ketinggalan di rumah. Mana Adel sama yang lainnya udah pulang duluan lagi. Ayo dong ndre, anterin pulang. Masa tega sih ngeliat gue jalan kaki ke rumah?”

“Ya udah deh. Tapi naik aku naik angkot lho, kamu nggak alergi angkot kan?”

“Ya nggak lah, udah yuk berangkat nanti kesorean.” Ucap Steffany

Dan bener kan dugaan gue kalau yang namanya tuan putri itu tetep aja tuan putri, nggak akan bisa berubah jadi rakyat jelata, steffany dari tadi ngeluh terus saat diangkot. Ngeluh angkotnya pengap lah, panas lah, sumpek lah, nggak nyaman lah, bau lah bla…bla… Sampai akhirnya dia meminta ke gue untuk turun dan naik taksi.

“Gila ya lo steff, gue nggak ada uang buat bayar taksi.”

“Tenang aja ndre, ntar di rumah gue bayar taksinya.”

“Ya udah kalau gitu lo bisa pulang sendiri kan.” ucap gue.

“Gue taku di culik sama sopir taksinya ndre, sekarang kan banyak kasus penculikan sama pemerkosaan di taksi ndre. Lo tega ngeliat gue di gilir sama sopir taksi?” ucap steffany

“Ya…nggak lah.” Ucap gue

“Ya udah kalau gitu cepetan lo cariin taksi gih. Panas nih.”

Entah kenapa gue bagai kerbau yang dicucuk hidungnya saat itu, gue ikutin semua permintaan dari steffany. Gue pun mengstop taksi dan membukakan pintunya untuk steffany. Lumayan juga jarak rumahnya Steffany, gue lihat argo di taksi sudah menyentuh harga diatas 50 ribu. Gila mahal amat nih taksi!!! Gue nggak tau itu argo udah di modif atau sopirnya sengaja membawa kami muter-muter nggak jelas, karena gue penasara dari tadi sepertinya belum sampai-sampai juga akhirnya gue tanya ke steffany yang sedang asik melihat pemandangan di luar lewat kaca jendela

“Steff, ini jalannya bener ?”

“Bener kok.”

“Kok rasanya jauh banget sih steff.”

“Memangnya lo udah pernah ke rumah gue?”

“Belum sih.”

“Yee, belum pernah kok bisa ngomong jauh. Udah ah nanti juga sampai kok, tenang aja.”

Setelah di ajak muter-muter sama pak Sopir, akhirnya sampai juga dirumah Steffany.

“Ndre, kamu tunggu disini ya.”

“Nggapain gue harus disini?”

“Ya elo jadi jaminan lah sewaktu gue ngambil uang di dalam.” Ucap Steffany sambil turun dari dalam taksi.

Beberapa menit kemudian Steffany kembali dan memberikan beberapa lembar uang kepada sopir taksi itu.

“Ndre masuk dulu yuk.” Ajak Steffany.

“Nggak ah steff, gue mau langsung pulang aja.”

“Bentar doang, minum-minum dulu kan bisa. Lo kan sering bilang kalau nolak rejeki itu dosa. Lo mau masuk neraka?” ucapnya

“Ya enggak lah.”

“Ya udah, masuk dulu yuk.” Ajaknya sambil menarik tangan gue.

Rumah Steffany ternyata nggak kalah sama rumah Adelia, halamannya luas dan besar. Gue liat ada dua mobil terparkir didepan rumahnya yaitu RX-8 dan Peugeot putih yang nggak akan pernah bisa gue lupain. Gara-gara mobil itu gue mimpi buruk selama dua hari kemarin.

“Lah itu mobil lo ada steff.”

“Iya baru aja diambil kakak gue dari bengkel tadi siang.”

“Berarti kakak lo ada di rumah dong?”

“Ada, tuh lagi nonton TV di dalem. Kenapa lo tanya kakak gue? naksir ya?”

“Najis, emang lo kira gue homo.”

“Kirain. Hahaha…”

Assalamualaikum. Teriak steffany sesaat memasuki rumahnya.

Walaikum salam. Jawab seorang pria yang sedang duduk di sofa sambil menonton TV.

“Kamu bawa siapa tuh Fan?”

“Ini temennya Fanny yang tadi nganterin fanny pulang.” Ucap Steffany. “Eh, ndre kenalin ini kakak gue namanya Ferdy.” Ucap Steffany mengenalkan gue ke kakaknya, kakaknya pun menyambut baik perkenalan gue. “Kak, temenin ngobrol temen Fanny dulu ya.” ucapnya sambil pergi kedalam.

“Lo mau kemana fan?” tanya kakaknya

“Mau ganti baju.” Teriak fanny.

Sejenak kakaknya steffany melihat gue dari atas kepala gue sampai kaki gue, sumpah cara pandang dia ke gue itu bikin gue nggak nyaman banget. Serasa kayak ilmuwan gila yang lagi menganalisis kelinci percobaannya. Gue mencoba untuk mengacuhkannya dengan pura-pura tidak melihatnya tapi tetep aja dipandangin dengan cara gitu bikin gue ngerasa risih banget. Sampai akhirnya gue memberanikan diri untuk bertanya.

“Ada apa kakak?”

“Eh, lo nggak usah seenaknya ya manggil gue kakak. Sejak kapan gue punya adik yang nggak jelas kayak elo.”

“Anjir, kutil kuda, silit pitik. Ni orang mulutnya emang bener-bener ngajak berantem. Kasar amat omongannya.” Batin gue.

“Maaf…kalau gitu saya harus panggil siapa ya? Ferdy ?”

“Eh, malah ngelunjak lo ya.” ucapnya ketus sambil tetap memperhatikan gue dengan tatapan yang nggak enaknya itu. Gue pun cuma bisa tersenyum kecut.

“Maaf sebelumnya, saya cuma mau tanya memangnya ada apa dengan diri saya sampai anda melihat saya seperti itu.” ucap gue sopan sampai-sampai bahasa yang gue gunakan saat itu begitu formal.

“Gue cuma heran aja ada pesut yang bisa hidup didarat kayak gini.” ucapnya ketus.

“Wah, nih orang dikiranya gue ada sirip apa pake acara disama-samain sama pesut lagian jidat gue juga kan nggak nonjol kayak pesut” Batin gue sambil meraba-raba jidat.

“Berarti om beruntung jadi orang pertama yang bisa ngeliat pesut hidup didarat. Hehehe…”

“Candaan lo garing, lo diem aja deh. Itu lebih lucu dibanding candaan garing lo.” Ucap nya.

Duduk diem sambil diliatin kayak penjahat gini bener-bener nggak enak banget rasanya, apalagi setiap gue coba buat ngobrol selalu di suruh diem. Gila gimananya kalau dia lagi sama istrinya ntar apa sikapnya kayak gini juga? Gue bisa ngebayangin percakapan antara kakaknya Steffany sama istrinya.

Quote:


Astaga, pikiran gue bisa jadi konslet gini.

“Woi, pesut ancol.” Ucap kakaknya Steffany tiba-tiba

“Y..ya.” jawab gue

“Elo dulu pernah nggak diajakin Steffany naik mobil gue?”

“Pernah. Sekali..” ucap gue.

“Ooh,... jadi elo ya yang ngencingin jok mobil gue dulu..!!!” ucapnya dengan suara meninggi. “Pantesan jok mobil gue kemarin bau pesing.” Ucapnya dengan sorot mata tajam.

“Bukan…bukan saya. Saya nggak pernah ngencingin jok mobil kakak.” Ucap gue ketakutan.

“Diem lo. Nggak usah alasan lagi, lo tau nggak gue harus ganti baru itu jok gara-gara lo kencingin.”

“Sumpah kak, bukan saya yang ngencingin. Itu kemarin kena cairan pembersih kaca kak. Sumpah.” ucap gue.

“Boong lo, mana ada cairan pembersih kaca yang baunya pesing kayak gitu. Lo berani boong sama gue sekali lagi, beneran gue cincang badan lo.” Ucapnya sambil memegang rahang gue dan menampar pipi gue berkali-kali, nggak keras sih tamparannya tapi lama-lama mulai perih juga gue rasain.

“Sumpah, waktu itu cairannya jatuh gara-gara Steffany bawa mobilnya sambil ngedrift. Beneran kak, gue nggak boong.” Ucap gue.

“…” kakaknya Steffany melepaskan tangannya yang memegang rahang gue.

“Pantesan ban baru mobil gue kemarin terkikis gitu, ternyata di pakai fanny buat ngedrift diem-diem lagi.” gumamnya.

“Ok. Gue percaya sama elo.” Ucapnya sambil kembali duduk dikursi.

“Untung dia percaya kebohongan gue tentang cairan pembersih kaca tadi, kalau nggak tamat deh gue sekarang.” Pikir gue.

“Mobilnya kenceng kak, pasti habis banyak uang ya buat modifikasinya.” Ucap gue mencoba untuk membuka percakapan.

“Ya, lumayan lah. Yang pasti lo nggak akan bisa ngerakit mobil kayak gitu meski lo kerja seumur hidup.” Ucapnya sombong.

“Hehehe..” gue cuma bisa tertawa kecut.

“Lo suka mobil?” tanyanya tiba-tiba.

“Suka banget kak, pengennya sih punya FD sama NSX .”

“Udah, lo kalau ngimpi jangan ketinggian. Ntar kalau nggak kesampaian bisa gila lo.”

“Hehehe…Tapi mau gimana lagi, udah lama ngidam itu.”

“Ya boleh juga sih selera mobil lo, gue juga kemarin lagi cari FD. Tapi memang rada susah masuk ke sini. Ribet banget prosesnya pusing kepala gue, mana bla…bla..bla.”

Tanpa gue sadari obrolan gue dan kakaknya steffany klop banget dan juga ternyata kakaknya steffany ini asik banget kalau diajakin ngobrol soal otomotif, dari dia gue sedikit paham mengenai dunia otomotif yang ternyata luas banget. Lebih lengkap daripada yang ada dimajalah otomotif yang selalu gue baca selama ini.

“Cie..cie…cie. Asik banget sih ngobrolnya.” Ucap Steffany tiba-tiba

Gue liat steffany saat itu mengenakan Chambray Dress. Bentuk tubuh Steffany yang fit dan ramping itu sangat cocok banget waktu pakai dress model itu. Eksotis banget.

“Lo mau kemana lagi Fan?” tanya kakaknya

“Mau cari kado buat ulang tahun Keken.” ucap Steffany.

“Ya udah ntar aja bareng sama gue.”

“Terus temen gue ini gimana?”

“Pulang sendiri bisa kan?” ucap kakaknya

“Ya nggak bisa gitu dong kak. Udah ah, kunci mobilnya mana?” tanya Steffany

“Disana, digantungan tempat biasa.” Ucap kakaknya

Steffany pun kembali kedalam mengambil kunci mobilnya.

“Eh, Babi air. Awas lo ya kalau macem-macemin adek gue. Beneran gue potong-potong badan lo ntar. Ngerti nggak lo?” Ancamnya sambil menekan ubun-ubun gue.

“Ngerti...ngerti..” Ucap gue sambil mengangguk.
Diubah oleh kesshou 12-01-2016 12:28
khodzimzz
khodzimzz memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.