- Beranda
- Stories from the Heart
Kelakuan Anak Kuliah
...
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Quote:
Quote:
Quote:
----------------------------------------------------------------------------------
========================================
pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 19-09-2016 03:37
yusrillllll dan 23 lainnya memberi reputasi
22
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
pujangga1000
#2118
Ace of pentacle - Reversed 2
Gue baru akan membuka mulut untuk bertanya kenapa dia ada disini,
tapi ternyata gue kalah cepat,
"Gpp kok" Kata dia
"
"
"Bapak dirumah juga merokok" Lanjutnya
"Oh..."
Gue membakar lagi rokok yang telah gue matikan tadi.
Gue tarik nafas panjang
Gue angkat cangkir yang ada ditangan
Lalu gue nikmati kopi buatan Widya.
"Soal yang tadi, jangan diambil hati ya" Kata Widya
"Soal apa?" Gue bertanya balik
"Anak-anak memang manja" Jelasnya
"Ohh itu..."
"Memang aku yang salah kok" Kata gue
Widya menatap gue
Dia hanya tersenyum menanggapi kalimat gue barusan
Kita berdua kembali larut dalam hening
Gue sibuk dengan rokok gue yang tinggal setengah
sedangkan Widya?
Mungkin menikmati pemandangan didepannya?
Ahhh, gue lupa bertanya kenapa dia ada disini.
Baru saja gue hendak membuka mulut,
lagi-lagi gue kalah cepat..
"Aku boleh tanya gak Jek?" Katanya mengejutkan gue
" (gue menaikkan alis) "
"Kamu kenapa sama Una?"
"
"
Widya menanyakan gue hal ini? Sesuai logika gue, seharusnya dia sudah tau kejadiannya dari Una, karena mereka sahabat karib. Lalu untuk apa Widya bertanya? Apa dia ingin tau cerita antara gue dan Una dari versi gue?
Seingat gue, Wawan pernah bilang kalo gue gak ada usaha buat deketin Una. Sepertinya bagian ini perlu gue perjelas. Gue ingin melihat reaksi sahabat karibnya mengenai ini.
Panjang lebar gue bercerita kepada Widya. Gue rasa, tidak ada bagian yang sengaja gue lebih-lebihkan. Gue menceritakan apa adanya sesuai dengan apa yang gue rasa.
"Ya begitulah, aku suka Una" gue menutup cerita
"Hmmm" dia hanya berdeham
Tapi gue tidak mendapat respon apapun.
Tatapannya lurus ke depan, memandang lautan luas yang tertutup gelap.
Sial! Apa wanita emang seperti ini? Kenapa tidak ada sanggahan.
Tidak ada bantahan. Tidak ada apapun.
Nihil!
Gue memandangi Widya cukup lama,
sekedar menunggu mulutnya berbicara.
Akhirnya bibirnya mulai bergerak
Terima kasih Tuhan!
"Baikan lagi ya Jek sama Una, Jangan kayak gitu.."
"Jangan kayak orang gak kenal"
"Gimana pun kita sahabat" Kata Widya
"
"
Tanpa ada sedetik pun ia memalingkan wajahnya
Kata-katanya terlontar sambil terus menatap kedepan.
Gue bingung dengan kalimatnya.
Apa itu sebuah nasehat untuk gue?
Gue hisap lagi rokok gue dalam-dalam.
Bukan ini yang gue harapkan!
Apa gue harus bertanya langsung kepada Widya, mengenai apa yang diceritakan Una kepadanya?
Apa gue harus?
Gue harus!
Gue sedang memilih kata-kata yang tepat.
Tapi Widya tiba-tiba meminum habis kopi yang ada dicangkirnya
Berdiri,
Lalu memandangi gue,
"Aku balik dulu ya, uda ngantuk"
"Kamu jangan bergadang"
"
"
Widya mengakhiri kalimatnya
Ia berlalu meninggalkan gue sendiri.
Gue memandangi sosoknya hilang dibalik pintu pendopo.
Anehnya, tidak ada rasa kesal dalam diri gue.
Karena hati gue merasakan sesuatu yang lain,
Bukan karena gue bisa tidak gugup berbicara dekat dengannya.
Bukan karena gue barusan mengatakan perasaan gue terhadap Una
Bukan karena dia care dengan hubungan gue dan Una
Bukan karena karena apapun,
Tapi karena kopi ini pahit.
Tidak ada yang tau kalo gue penyuka kopi pahit.

tapi ternyata gue kalah cepat,
"Gpp kok" Kata dia
"
""Bapak dirumah juga merokok" Lanjutnya
"Oh..."
Gue membakar lagi rokok yang telah gue matikan tadi.
Gue tarik nafas panjang
Gue angkat cangkir yang ada ditangan
Lalu gue nikmati kopi buatan Widya.
"Soal yang tadi, jangan diambil hati ya" Kata Widya
"Soal apa?" Gue bertanya balik
"Anak-anak memang manja" Jelasnya
"Ohh itu..."
"Memang aku yang salah kok" Kata gue
Widya menatap gue
Dia hanya tersenyum menanggapi kalimat gue barusan
Kita berdua kembali larut dalam hening
Gue sibuk dengan rokok gue yang tinggal setengah
sedangkan Widya?
Mungkin menikmati pemandangan didepannya?
Ahhh, gue lupa bertanya kenapa dia ada disini.
Baru saja gue hendak membuka mulut,
lagi-lagi gue kalah cepat..
"Aku boleh tanya gak Jek?" Katanya mengejutkan gue
" (gue menaikkan alis) "
"Kamu kenapa sama Una?"
"
"Widya menanyakan gue hal ini? Sesuai logika gue, seharusnya dia sudah tau kejadiannya dari Una, karena mereka sahabat karib. Lalu untuk apa Widya bertanya? Apa dia ingin tau cerita antara gue dan Una dari versi gue?
Seingat gue, Wawan pernah bilang kalo gue gak ada usaha buat deketin Una. Sepertinya bagian ini perlu gue perjelas. Gue ingin melihat reaksi sahabat karibnya mengenai ini.
Panjang lebar gue bercerita kepada Widya. Gue rasa, tidak ada bagian yang sengaja gue lebih-lebihkan. Gue menceritakan apa adanya sesuai dengan apa yang gue rasa.
"Ya begitulah, aku suka Una" gue menutup cerita
"Hmmm" dia hanya berdeham
Tapi gue tidak mendapat respon apapun.
Tatapannya lurus ke depan, memandang lautan luas yang tertutup gelap.
Sial! Apa wanita emang seperti ini? Kenapa tidak ada sanggahan.
Tidak ada bantahan. Tidak ada apapun.
Nihil!
Gue memandangi Widya cukup lama,
sekedar menunggu mulutnya berbicara.
Akhirnya bibirnya mulai bergerak
Terima kasih Tuhan!
"Baikan lagi ya Jek sama Una, Jangan kayak gitu.."
"Jangan kayak orang gak kenal"
"Gimana pun kita sahabat" Kata Widya
"
"Tanpa ada sedetik pun ia memalingkan wajahnya
Kata-katanya terlontar sambil terus menatap kedepan.
Gue bingung dengan kalimatnya.
Apa itu sebuah nasehat untuk gue?
Gue hisap lagi rokok gue dalam-dalam.
Bukan ini yang gue harapkan!
Apa gue harus bertanya langsung kepada Widya, mengenai apa yang diceritakan Una kepadanya?
Apa gue harus?
Gue harus!
Gue sedang memilih kata-kata yang tepat.
Tapi Widya tiba-tiba meminum habis kopi yang ada dicangkirnya
Berdiri,
Lalu memandangi gue,
"Aku balik dulu ya, uda ngantuk"
"Kamu jangan bergadang"
"
"Widya mengakhiri kalimatnya
Ia berlalu meninggalkan gue sendiri.
Gue memandangi sosoknya hilang dibalik pintu pendopo.
Anehnya, tidak ada rasa kesal dalam diri gue.
Karena hati gue merasakan sesuatu yang lain,
Bukan karena gue bisa tidak gugup berbicara dekat dengannya.
Bukan karena gue barusan mengatakan perasaan gue terhadap Una
Bukan karena dia care dengan hubungan gue dan Una
Bukan karena karena apapun,
Tapi karena kopi ini pahit.
Tidak ada yang tau kalo gue penyuka kopi pahit.

Diubah oleh pujangga1000 14-03-2015 05:50
jenggalasunyi dan 5 lainnya memberi reputasi
6
