- Beranda
- Stories from the Heart
Kelakuan Anak Kuliah
...
TS
pujangga1000
Kelakuan Anak Kuliah
Quote:
Quote:
Quote:
----------------------------------------------------------------------------------
========================================
pujangga1000
Diubah oleh pujangga1000 19-09-2016 03:37
yusrillllll dan 23 lainnya memberi reputasi
22
3.9M
7.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
pujangga1000
#950
Widya 4
"
"
Gue masih tertegun dengan ucapan Widya barusan. Tiba-tiba rasa malu menghinggapi diri gue. Entah pikiran apa yang berkecambuk dalam otak gue.
"Tumben Jek kamu bisa ngobrol lama?
" Tanya Widya membuyarkan lamunan gue
"
"
Gue ngak tau kemana arah pertanyaan Widya barusan.
"
"
Terdengar tawa kecil dari Una
"
"
Shit! Gue mengalami momen bingung! Kenapa mereka berdua menatap gue? Apa karena pertanyaan gue barusan? Atau ada yang salah dari tingkah laku gue?
"Halooo, spadaaa" Kata Widya menatap gue
"
"
Ahh! Barusan Widya nanya gue, tapi dia nanya apa??
Kenapa gue grogi disaat yang tidak tepat sih???
"Bang! Pasti mikir yang jorok nih sampe mulutnya nganga gitu
" Kata Una
"
"
Thanks Una! Gue akhirnya tau harus mengatakan apa dari mulut gue.
"Yeee, enak aja!" Kata gue
"Hihihi" Una tertawa lagi
"Jek, mbok pertanyaan ku dijawab to" Kata Widya
"Yang mana Dya?"
"Halah kamu tuh..,"
"Kalo ngobrol sama aku, kalo ngak diem, trus aku dicuekin, ato ngak gak mesti gak nyambung" Kata Widya melanjutkan
"Kamu kenapa to sama aku?"
Gue dicerca dengan pertanyaan ini sepersekian detik. Gue speechlees. Gue gak nyangka bakal ditanyain oleh Widya secara langsung. Gue harus gimana menjawabnya? Otak gue gak bisa diajak kerja sama disituasi seperti ini. Yang paling gue takutkan adalah alam bawah sadar gue yang mengambil alih untuk menjawabnya.
"errrrr, gapapa kok hehe" Jawab gue kaku
"
"
Widya menatap gue bingung.
"Jangan-jangan abang suka sama Widya?!" Tembak Una
"
"
Una... Kenapa dirimu mengatakannya barusan??
Peluh-peluh keringat mulai keluar dari pori-pori disekujur tubuh gue. Gue bisa merasakan kalo dahi gue mulai berkeringat. Keringat dingin tepatnya.
"Hush, ngomong opo to mbakyuuu, kui mas mu loh
" Kata Widya
"
" Una malu-malu
Trit... trit... Hape gue bunyi
"Boy, gue didepan nih, bukain pintu donk"
dari Wawan
Gue berjalan meninggalkan mereka berdua yang sedang tertawa dan malu-maluan di dapur
Gue pikir, setidaknya gue bisa menghirup udara bebas terlebih dahulu..
Setelah gue bukain pintu buat Wawan, kita berdua balik ke dapur mencari pasangan kami masing-masing.
"Yank, kamu gak diapa-apain sama Jeki kan??" Tanya Wawan ke Widya
"Ngak kok, Jekinya mah jinak kalo sama aku
" Kata Widya
"Baguslah, soalnya takut nih anak macem-macem, suka kalap kalo liat cewek cantik kayak kamu soalnya
"
Selama beberapa menit tadi, gue mulai berpikir keras untuk mencari alasan buat Widya. Lalu gue rasa saat ini adalah momen yang pas untuk menunjukkan kalo gue bisa bersikap "normal" didepan dirinya.
"Yaelah boy, bagi dikit kenapa sih? Oke??" Kata gue
"Bagi ndas mu!" Kepala gue ditoyor Una
"
" Widya ngakak melihat kelakuan Una
"Ehh iya, yang tadi itu karena ini nih, dya" Kata gue sambil menunjuk Wawan ke Widya
"Oalaaah, santai wae loh Jek hehe" Kata Widya ke gue
"
" Wawan kebingungan
Gue ingat kalo Una pernah cerita ke Widya alasan dibalik gue yang selalu diam didepan dia yaitu karena gue gak mau dianggap saingan sama Wawan. Well, gue cuman memanfaatkan momen ini doank supaya gue selamat. Mungkin gue harus belajar bagaimana menjadi orang yang "biasa" dikemudian hari. Kalo memungkinkan juga gue gak mau ganggu hubungan sahabat gue. Salah satunya dengan melupakan rasa yang gue punya.
Tapi kalo disuru melupakan sih agak sulit ya. But in this case, I must try. Kalo emang terlalu sulit untuk melupakan, mungkin gue bisa belajar memindahkan rasa suka gue dari Widya ke orang lain. Pandang mata gue lurus ke Una. Mungkin dia wanita yang tepat.
Sebentar...
Gue coba mereka ulang peristiwa dan setiap dialog yang diucapkan Una dan Widya ketika Wawan belum pulang. Ada satu momen ketika Widya mengatakan kalo gue ini "mas-nya" Una. Gue paham kalo itu artinya pacar. Tapi yang gue gak paham, apa iya Widya gak tau kalo ini cuman pura-pura? Atau pernyataan itu cuman bercanda?
"Gue masih tertegun dengan ucapan Widya barusan. Tiba-tiba rasa malu menghinggapi diri gue. Entah pikiran apa yang berkecambuk dalam otak gue.
"Tumben Jek kamu bisa ngobrol lama?
" Tanya Widya membuyarkan lamunan gue"
"Gue ngak tau kemana arah pertanyaan Widya barusan.
"
"Terdengar tawa kecil dari Una
"
"Shit! Gue mengalami momen bingung! Kenapa mereka berdua menatap gue? Apa karena pertanyaan gue barusan? Atau ada yang salah dari tingkah laku gue?
"Halooo, spadaaa" Kata Widya menatap gue
"
"Ahh! Barusan Widya nanya gue, tapi dia nanya apa??
Kenapa gue grogi disaat yang tidak tepat sih???
"Bang! Pasti mikir yang jorok nih sampe mulutnya nganga gitu
" Kata Una"
"Thanks Una! Gue akhirnya tau harus mengatakan apa dari mulut gue.
"Yeee, enak aja!" Kata gue
"Hihihi" Una tertawa lagi
"Jek, mbok pertanyaan ku dijawab to" Kata Widya
"Yang mana Dya?"
"Halah kamu tuh..,"
"Kalo ngobrol sama aku, kalo ngak diem, trus aku dicuekin, ato ngak gak mesti gak nyambung" Kata Widya melanjutkan
"Kamu kenapa to sama aku?"
Gue dicerca dengan pertanyaan ini sepersekian detik. Gue speechlees. Gue gak nyangka bakal ditanyain oleh Widya secara langsung. Gue harus gimana menjawabnya? Otak gue gak bisa diajak kerja sama disituasi seperti ini. Yang paling gue takutkan adalah alam bawah sadar gue yang mengambil alih untuk menjawabnya.
"errrrr, gapapa kok hehe" Jawab gue kaku
"
"Widya menatap gue bingung.
"Jangan-jangan abang suka sama Widya?!" Tembak Una
"
"Una... Kenapa dirimu mengatakannya barusan??
Peluh-peluh keringat mulai keluar dari pori-pori disekujur tubuh gue. Gue bisa merasakan kalo dahi gue mulai berkeringat. Keringat dingin tepatnya.
"Hush, ngomong opo to mbakyuuu, kui mas mu loh
" Kata Widya"
" Una malu-maluTrit... trit... Hape gue bunyi
"Boy, gue didepan nih, bukain pintu donk"
dari WawanGue berjalan meninggalkan mereka berdua yang sedang tertawa dan malu-maluan di dapur

Gue pikir, setidaknya gue bisa menghirup udara bebas terlebih dahulu..
Setelah gue bukain pintu buat Wawan, kita berdua balik ke dapur mencari pasangan kami masing-masing.
"Yank, kamu gak diapa-apain sama Jeki kan??" Tanya Wawan ke Widya
"Ngak kok, Jekinya mah jinak kalo sama aku
" Kata Widya"Baguslah, soalnya takut nih anak macem-macem, suka kalap kalo liat cewek cantik kayak kamu soalnya
"Selama beberapa menit tadi, gue mulai berpikir keras untuk mencari alasan buat Widya. Lalu gue rasa saat ini adalah momen yang pas untuk menunjukkan kalo gue bisa bersikap "normal" didepan dirinya.
"Yaelah boy, bagi dikit kenapa sih? Oke??" Kata gue
"Bagi ndas mu!" Kepala gue ditoyor Una
"
" Widya ngakak melihat kelakuan Una"Ehh iya, yang tadi itu karena ini nih, dya" Kata gue sambil menunjuk Wawan ke Widya
"Oalaaah, santai wae loh Jek hehe" Kata Widya ke gue
"
" Wawan kebingunganGue ingat kalo Una pernah cerita ke Widya alasan dibalik gue yang selalu diam didepan dia yaitu karena gue gak mau dianggap saingan sama Wawan. Well, gue cuman memanfaatkan momen ini doank supaya gue selamat. Mungkin gue harus belajar bagaimana menjadi orang yang "biasa" dikemudian hari. Kalo memungkinkan juga gue gak mau ganggu hubungan sahabat gue. Salah satunya dengan melupakan rasa yang gue punya.
Tapi kalo disuru melupakan sih agak sulit ya. But in this case, I must try. Kalo emang terlalu sulit untuk melupakan, mungkin gue bisa belajar memindahkan rasa suka gue dari Widya ke orang lain. Pandang mata gue lurus ke Una. Mungkin dia wanita yang tepat.
Sebentar...
Gue coba mereka ulang peristiwa dan setiap dialog yang diucapkan Una dan Widya ketika Wawan belum pulang. Ada satu momen ketika Widya mengatakan kalo gue ini "mas-nya" Una. Gue paham kalo itu artinya pacar. Tapi yang gue gak paham, apa iya Widya gak tau kalo ini cuman pura-pura? Atau pernyataan itu cuman bercanda?
Diubah oleh pujangga1000 06-02-2015 04:15
jenggalasunyi dan 7 lainnya memberi reputasi
8
