Kaskus

Story

audrianramantaAvatar border
TS
audrianramanta
3 KONTRAKAN 1 KOST
3 KONTRAKAN 1 KOST
INTRO

Spoiler for NEW COVER:


Halo agan dan aganwati sekalian...setelah lama jadi silent reader akhirnya aku mutusin juga untuk nyeritain kisah hidupku yang kayak permen nano-nano (itu lho yang manis asem asin rame rasanyaemoticon-Ngakak). Sebelum aku nyeritain kisah ini aku mau kenalin diri dulu.Namaku Rian dan ini nama asli ku lho (terus agan harus bilang "wow" gitu?emoticon-Ngakak).Cukup namaku aja yang asli dan nama tokoh-tokoh lain aku samarin ya (Takut kena UU Pencemaran Polusi Udara...eh Pencemaran Nama Baik maksudnya emoticon-Malu (S)).

Sekarang umurku 24 tahun dan baru aja masuk kuliah S2 di kota Jogja berhati nyamanemoticon-Jempol.Sebelumnya aku kuliah S1 Teknik Sipil di Malang.Kota yang dulunya kota bunga dan berubah jadi kota ruko sekarang...hehehehe.
Durasi kisah ini terjadi 6 tahun lalu saat aku masih unyu-unyu bau penyu (halah...emoticon-Hammer2),masih jadi mahasiswa teknik yang penuh suka duka sampai aku jadi seperti ini (Seperti apa ya??emoticon-Bingung (S)).Semoga aja aku bisa terus Update kisahnya ya...jangan lupa kalo berkenan bisa kasih emoticon-Rate 5 Starudah cukup kok apalagi yang ngasih emoticon-Blue Guy Cendol (L)

Intinya Selamat menikmati Kisah ini...emoticon-Angkat Beer

Quote:


Spoiler for PRAKONTRAKAN (Before 2007- 2007):


Spoiler for KONTRAKAN PERTAMA (2007-2008):


Spoiler for KONTRAKAN KEDUA (2008-2009):


Spoiler for KONTRAKAN KETIGA (2009-2011):

Index 2

Index 3
Polling
0 suara
Siapa karakter favorit agan di thread ini?
Diubah oleh audrianramanta 02-10-2013 06:58
fhy544Avatar border
efti108Avatar border
bagasdiamara269Avatar border
bagasdiamara269 dan 29 lainnya memberi reputasi
30
1.3M
3.4K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
audrianramantaAvatar border
TS
audrianramanta
#2933
PART 21 Angka Nol (5)
Yogyakarta...

"Jam 1 tunggu di depan gerbang ya, tapi kalo kakak terlambat jangan keluyuran kemana-mana" Rizal menyerahkan uang ribuan ke Rino dan menepuk kepalanya dengan sayang. Wajah polos Rino terseyum dan giginya yang gigis kebanyakan makan permen tersungging di depan Rizal.

"Kapan adik bisa ketemu ibu ?" tanya Rino ketika ia membenarkan celana seragamnya yang agak kedodoran.

"Ntar ya, kalo ibu udah agak sehat, ntar kakak ajak ke rumah sakit, ya udah sana cepet masuk, ntar disetrap ama ibu guru."

Rizal membayangkan adegan itu terus menerus. Jam masih menunjukkan pukul 12.00, ketika ia turun dari motornya dan menghela nafas sejenak. Ia lega bisa datang lebih awal. Wajahnya nampak capek dengan peluh bercucuran didahinya.

Pintu gerbang sekolah masih tertutup dan suara riuh anak SD bergaung di balik gerbang itu.Ketika ia hendak membenarkan helm yang digantung di stang, Vera menepuk pundaknya.

"Rizal...udah lama gak ketemu ya, kamu agak kurusan, agak iteman juga"

Rizal terbelalak melihat Vera, entah datang darimana dan seketika Rizal pasang tampang masam.

"Mau apa lagi kamu ?"

"Aduh jutek amat Zal, senyum dikit dong didatengin cewek cantik macam aku "

"Butuh duit apa lagi sekarang !" Rizal menghardik Vera setengah hati, takut kemarahannya malah dilihat banyak orang, maklum jalanan sudah mulai ramai oleh orang-orang yang menunggu anak-anaknya pulang sekolah.

"Wow, sekarang kamu langsungan ya kalo bicara, hahaha...mending kita ngobrol deket situ yuk." Vera tetap tersenyum, menunjuk ke arah warung beberapa meter dari tempat mereka berdiri.

"Maaf, aku banyak urusan..permisi"

Vera gak begitu saja berdiam diri, ia malah menarik baju Rizal.Memastikan Rizal gak pergi menjauh darinya."Aku gak minta duit, justru aku mau bantu kamu, denger-denger kamu lagi butuh duit. Buat nebus obat Ibumu"

"Tau dari siapa kamu aku butuh duit"

"C'mon, aku mungkin jauh dari kamu Zal, tapi mataku ada dimana-mana"
"heh, bukan berarti aku pernah deket sama kamu dan kerja jadi driver buat SPG palsu seperti kamu, terus kamu bisa seenaknya nguntit kehidupanku ya !"

"Please Zal, seenggaknya hargai aku sepagi ini udah datengin kamu"

"Oke...oke...tapi bentar aja ya ngobrolnya."

"Nah gitu dong Zal." Vera menarik tangan Rizal, menelusuri trotoar dan masuk ke warung, sebelum duduk di warung, Vera sempat memandang penuh arti di kejauhan, seakan pandangannya mampu menembus gang kecil dan kaca gelap mobil tempatku dan Yusa duduk.

Kami berdua sedang mencuri dengar percakapan dari sebuah alat seukuran camcorder. Aku mendengar suara mobil lalu lalang sejenak dari alat itu. Mendadak agak hening, tepat ketika Vera dan Rizal masuk ke dalam warung.

"Yus, terus rencana kita ngapain sekarang?" tanyaku, tapi Yusa memberi isyarat agar aku diam sejenak, ketika ia membenarkan tombol receivernya.

"Aku belum tau, tunggu rencana Vera aja." tukas Yusa cepat.

"Apa kamu percaya sama Vera ?"

"Aku cuma percaya diriku sendiri Yan, tapi saat ini, Vera,cuma dia yang punya akses yang paling pas untuk masuk ke kehidupan Rizal, she is a diversion."
Aku mengangguk, lalu gak bertanya apa-apa lagi. Aku lebih banyak duduk diam mendengarkan percakapan gak berarti yang keluar dari receiver itu.Kadang aku cuma menerawang dari balik jendela dengan pikiran kosong, membiarkan Yusa asik sendiri dengan alatnya.

"Tau apa kamu soal Rena !"

Suara dari receiver membuyarkan pikiran kosongku, suara yang cukup keras dan menggugah kembali keingintahuanku. Yusa terlihat lebih mencondongkan tubuhnya kealat itu, ketika nama Rena tiba-tiba disebut.

"Kan aku udah bilang, aku kenal sama Rena, dunia prostitusi cuma sebesar daun kelor Zal, si ini kenal si itu, dan Rena ini dia cukup terkenal sama profesinya dulu. Gak jarang pelanggan-pelangganku masih nanyain keberadaan Rena."Suara Vera diantara denting suara piring dan sendok menyeruak di telingaku.

"Emang bener Yus ? si Vera kenal Rena ?" tanyaku.
Yusa menoleh kearahku sambil mengangkat bahunya cuek."Gak...cuma akting aja, tapi Vera, akting nya meyakinkan, lihat aja kayaknya Rizal udah terlanjur percaya."

"Rena, kamu sayang sama dia kan Zal? hahaha...jangan mimpilah, dia itu kakaknya Rudi dan Rudi itu adikmu, kamu tau kan dia gak akan mengorbankan perasaannya buat kamu"

"Sok tau kamu Ver, bilang aja kamu cemburu " ujar Rizal masih tersulut emosi.

"Aku gak cemburu, aku cuma kasian sama kamu, gak pernah bisa nemuin cewek yang pas selama ini."

"Kalo maksudmu buat ngejelekin aku aja, aku pergi Ver, percuma ngomong sama cewek macam kamu."

Tiba-tiba Vera terisak, sangat meyakinkan karena Rizal nampaknya gak jadi pergi.

"Hidupku kacau Zal akhir-akhir ini, aku udah gak tau lagi harus deket sama siapa, sejak Bapakmu meninggal dan kamu yang udah gak mau ngehubungin aku lagi, hidupku kacau "

"Oke...oke tenang dulu, malu didenger orang kalo kamu nangis" ujar Rizal, terdengar panik dari nadanya. Benar juga, air mata memang senjata wanita.

"Maumu apa sekarang ?"
Vera masih terisak sejenak menciptakan keheningan yang membuatku bergidik didalam mobil. Lalu ia melanjutkan ucapannya dengan lirih " izinin aku tinggal di rumahmu ya Zal, barang beberapa hari aja, aku gak mau balik ke tempat kerjaku atau kostku, ada om-om yang neror aku akhir-akhir ini, pelanggan gila yang salah aku kasih hati, dia kelewat punya tekad buat ngedapetin aku, aku kayak buronan aja akhir-akhir ini"

"Maaf Ver, aku gak bisa, kamu tau sendiri hidupku juga lagi susah, ibuku juga lagi rawat inap di rumah sakit, aku punya tanggung jawab besar sekarang, lagian apa kata ibuku kalo tiba-tiba aku ngajak masuk cewek ke rumah."

"Soal itu, nyantai aja Zal, aku punya banyak uang, cukup buat kehidupan kamu, kehidupan Rino".

Terdengar suara gemeresek kertas, nampaknya Vera memperlihatkan berlembar-lembar uang dihadapan Rizal.

"Aku emang butuh uang, tapi gak dari kamu Ver, makasih...aku punya uang sendiri, walaupun jauh dari cukup"Rizal bersikukuh.

"Jangan bohong Zal, aku tau kamu gak punya uang sekarang, kecuali kamu tega pakek uang pengobatannya Rudi. Ya...benerkan Zal, kamu pasti gak akan tega pakek duit itu. Kamu pasti ngerasa hidupmu gak adil, semntara hidupmu lagi susah, malah bapakmu ngasihkan seluruh uangnya buat Rudi. Rasa bersalahmu kepada ibumu, nyembunyiin tentang Rudi.Aku tau itu semua."

"Siapa yang nyuruh kamu dateng kesini Ver !"Suasana nampak memanas, nampaknya Vera udah terlalu banyak omong karena Rizal mendadak curiga."Pasti Yusa kan ? jangan bohong sama aku !"

Yusa terlihat terkejut di sebelahku, badannya mengejang. Ia gak tau kalau Rizal sudah mengerti dirinya, setidaknya Rizal cuma tahu nama Yusa tanpa tau sosoknya. Karena Rizal sudah berkata lagi.
"Temukan aku dengan Yusa Ver,aku pengen tau orang kayak apa dia, aku pengen bicara sama dia. Kalo dia emang layak disebut laki-laki sejati, bukan orang pengecut yang bisanya main belakang !"

BRAK....

Aku gak sempet meraih baju Yusa, ia terlalu cepat keluar dari mobil dan menutup pintu mobil dengan kerasnya.

"Kamu disini, jangan ikut campur...oke" pekik Yusa emosi. Aku tak tahu harus berbuat apa, ucapannya membuatku terpaku. Tubuh Yusa menghilang dari pandanganku ketika ia berbelok keluar gang.

Di dalam mobil aku cuma bisa menerka-nerka sekaligus dilema. Ini bukan urusanmu yan....ini bukan urusanmu ingat !
Aku mengenggam erat setir sampai tanganku sakit. Ditemani suara nafasku yang memburu dan suara riuh Rizal yang masih ngotot menginterogasi Vera yang keluar dari Receiver disebelahku. Aku membayangkan suara Yusa bakal terdengar di receiver itu, ketika ia benar-benar datang menghardik Rizal.
Tapi bayanganku salah, 30 menit berlalu tanpa arti, suara percakapan mendadak menjauh. Vera sudah merasa kedoknya terbongkar, dan alat penyadap itu ditinggalkan begitu saja di meja.

Yusa kemana ya ?

Aku gak membiarkan rasa penasaran menghantuiku.Gak berdiam diri lagi aku keluar dari mobil. Menelusuri gang dan menatap dari kejauhan..Yusa, gak tampak rambut merahnya dari kejauhan. Dan ketika aku hendak mengeluarkan hape ku, dan menelpon dirinya. Telpon berdering.

"Yusa...kamu dimana !!" teriakku.

"Yan, makasih udah nemenin aku beberapa hari ini, sekarang kamu bebas tanpa aku.Biarin aku menyelesaikan persamaanku sendiri".

"Fuck !"
Telpon ditutup. Membuatku tambah panik. Aku mencoba menghubungi Yusa berulang kali namun nihil hasilnya.Entah apa yang sedang terjadi. Lebih-lebih ketika Vera dan Rizal tiba-tiba datang menghampiriku.

"Kamu temennya Yusa !!" Rizal datang padaku dengan mata melotot. Luar biasa panik. Ia mencengkram kerahku.

"Apa-apaan ini...tenang dulu !"ujarku mencoba meronta dari cengkramannya.

Untung Vera yang gak kalah shock nya merelai kami.Menyuruh kami tenang dan masuk ke dalam mobil yang terparkir di dalam gang.

"Mana Yusa ?" ujar Rizal panik kembali.

"Aku juga gak tau " ujarku gak basa-basi lagi.

"Ah sial!!" ia memukul dashboard mobil dengan kerasnya, sampai-sampai mobil terguncang hebat.Lalu Rizal mencengkram bahuku dan dengan nada memohon ia berkata padaku.Ucapan yang membuatku lemas gak pecaya.

"Siapapun kamu, tolong bantu aku. Yusa udah bawa adikku. Aku gak akan maafin diriku kalo ada apa-apa sama Rino !emoticon-Mad (S)"

(BERSAMBUNG)
rendicf
sormin180
jenggalasunyi
jenggalasunyi dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.