Hai agan-agan....

Langsung aja...selamat menikmati update pagi.....

PART 14 Ghost in My Room

Aku Sadar Keputusanku meninggalkan Malang secepatnya gak memperbaiki keadaan sedikitpun antara aku dan Sari. Bahkan sepanjang perjalanan di Kompartement aku dihinggapi rasa bersalah. Meninggalkan Sari tanpa kabar, menyakiti hati Rena dengan ucapanku, lalu sekarang Dedi yang ngomel gak jelas di telpon.

"Kamu kok gak bilang-bilang kalo lagi perjalanan balik ke Jogja, nih anak gimna sih ? janjimu kita mau ketemuan, terus main-main ke tempat Bang Tyo di Surabaya "

"Maaf Ded, mendadak hidupku kacau."

"Sekacau-kacaunya hidupmu, paling gak kamu punya temen disini yang siap bantu kamu Yan. kan Ada aku, ada Bang Tyo yang bisa ngasih saran"

"Aku gak mau ngeropotin kalian sama masalahku, kamu kan masih sibuk ngurusin kerjaanmu Ded, apalagi Bang Tyo...dia udah cukup sibuk ngerawat Vania"

"Sejak kapan kamu jadi punya budaya sungkan heh ? ya sudahlah, terserah kamu,".

Dedi, nadanya kecewa dan telpon segera dimatikan sepihak.Ketika kereta masuk kedalam terowongan gelap, untuk pertama kali setelah sekian lama, kesendirian menghinggapiku.



Aku menatap hiruk pikuk stasiun , suara koper-koper digeret, derap kaki orang-orang yang hilir mudik.

Walaupun cuma sedikit, satu-satunya kehangatan yang bisa menghiburku adalah sepiring gudeg hangat dan secangkir teh yang masih mengepul di stasiun Tugu Jogja.

Aku melahapnya lambat-lambat sambil menunggu Mas Nubi yang janjinya akan menjemputku 15 menit lagi.

Nyatanya Mas Nubi baru datang 2 jam kemudian,terlambat lebih lama dari yang aku perkirakan "Maaf aku telat ya Yan...." Mas Nubi bergegas ke arahku setengah panik dan setengah cengir sambil pasang tampang meminta maaf.

"Gak apa-apa Mas Dab nyantai aja" ujarku tersenyum masgul, lantas berdiri hendak membayar makanan . Tapi buru-buru Mas Nubi mencegahku sambil ngeluarin uang dari dompetnya dan menyerahkannya kepada ibu penjual gudeg."Ndak usah... biar aku aja Yan"

"Mas gak usah repot-repot !" pekikku kaget tapi Mas Nubi tetap bersikeras mentraktirku, pikirku apa mungkin ini kompensasi keterlambatannya. Mas Nubi lalu menyuruhku mengikutinya keluar pelataran Stasiun.

"Waduh Mas Dab, aku jadi gak enak, udah dijemput pakek motornya Mas Nubi, dibayarin pula" ujarku tersipu malu.

"Nyatai Yan, mumpung aku lagi seneng, jarang-jarang nih aku seneng, semenjak thesis gak kelar-kelar, istri nyuruh pulang terus ke Klaten"

"Ada apa to Mas Dab ?" tanyaku heran melihat sumringahnya yang gak hilang-hilang dari wajahnya, ketika kami di atas motor untuk melanjutkan perjalanan pulang ke kost kami. Awalnya Mas Nubi gak jawab, sibuk bermanuver indah diatas motornya, namun setengah perjalanan ia mulai bersuara.

"Temenmu Dota itu pinter banget Yan !, aku 2 hari ini di bantuin terus thesisnya, ckckck...kamu kok gak pernah cerita kalo Dota mau dateng ke jogja, mana tuh anak pinter lagi ya...walaupun agak nyentrik sih kalo kataku, agak melenceng dari yang kamu ceritaiin ke aku"

Hampir saja ransel berat yang aku bawa di pundaku merosot dari pegangan."What !! Dota di Jogja ? aku gak ngerti maksud mas Nubi opo to ?"

"loh piye..kamu itu Yan ! Dota temenmu yang pernah kamu ceritain itu lah !,

Perasaanku berubah gak enak. Perutku terasa disodok-sodok dan efek kehangatan Gudeg yang sedari tadi membuatku nyaman, tiba-tiba lenyap. Otakku berputar cepat. Secepat laju motor yang menderu di sekitarku. Gak berlama-lama lagi aku pun menelpon Dota.Nampak panik dan setengah pucat. Hal ini membuat Mas Nubi jadi ikut-ikutan khawatir sembari menunggu aku selesai menelpon.

"Ada apa Yan, tampangmu kayak habis ngelihat hantu"

" Dota yang mas Maksud, dia sekarang ada dimana ?" tanyaku lambat-lambat.

" Ada di kamarmu sekarang,kan kunci kamu titipkan ke aku Yan. Dota nungguin kamu sejak kemarin, dateng ke kost an kita, jauh-jauh dari Surabaya buat nemuin kamu, pasti dia capek.aku sengaja gak hubungin kamu, karena kata Dota dia udah hubungin kamu jauh-jauh hari bakal berkunjung ke kostanmu, tapi kamunya ada di Malang, ya udah aku bilangin ke Dota kalo hari ini kamu mendadak pulang lebih awal....tunggu....ini ada apa ya, jangan bikin aku takut dong" Mas Nubi memelankan laju motor dan menepi di jalanan yang ramai dengan orang-orang yang lagi asik duduk-duduk di angkringan.

"Aku tadi menelpon Dota....Dota asli, yang sedang tidur di kamar kostannya di Palembang Mas !"

"J-jadi....?" tanya Mas Nubi takut-takut.Kami pandang-pandangan sebentar sebelum akhirnya aku membuka mulut."Mas Nubi salah orang, siapapun yang ada di kamarku, dia bukan Dota"



Aku melepaskan alas kakiku asal-asalan di depan kostan, bahkan tas ranselku aku letakkan begitu saja di pinggir tangga yang menghubungkan ku ke kamar kostan di lantai dua. Mas Nubi selangkah berada di depanku.Ia terlihat tergesa-gesa, ketika meloncati dua, bahkan tiga anak tangga sekaligus, menyisingkan bajunya dan memperlihatkan lengannya yang jauh dari kekar. Ia sudah siap-siap pasang bogem mentah.

Kamarku nampak tertutup rapat, cuma sesekali terdengar suara berdehem kecil di baliknya. Aku mendekati pintu kamarku, memberi aba-aba agar sebaiknya Mas Nubi mundur di belakangku.

Ia mengangguk dan menungguku membuka pintu kamar.

"Yan siapapun orangnya, kalo dia pencuri, penipu gadungan atau tukang gendam sekalipun, aku gak segan-segan pakai kekerasan" desis Mas Nubi terlihat paling terpukul di antara kami berdua, sadar kalo dua hari ini ia ditipu mentanh-mentah oleh Dota palsu.

Aku gak menggubris omongan Mas Nubi.Tanganku sedingin es ketika menyentuh gagang pintu kamar. Dugaanku tertuju oleh sosok satu orang yang gak bisa aku tepis sosoknya di pikiranku.

Tepat ketika aku mencoba membuka pintu, penghuni asing yang ada di dalam kamarku ternyata lebih sigap dan membuka pintu.

" Yoo man...long time no see"ujar penghuni asing itu dengan tampang datar seperti tidak terjadi apa-apa, menatap aku dan Mas Nubi yang tertegun kaget bergantian. Suasana sempat hening, cuma ada dengung samar laptop dari kamarku yang nampaknya overheat karena terlalu lama diapakai. Dan keheningan pecah ketika aku akhirnya berhasil bersuara.

"Yusa,kamu kok bisa disini !!"

(BERSAMBUNG)